Katak adalah
satu anggota dari classic Amphibia. Amphibia berasal dari kata amphi artinya
rangkap dan bios artinya kehidupan, karena Amphibia ialah hewan yag hidup
dengan dua bentuk kehidupan, mula-mula di dalam air tawar kemudian di darat.
Kulit harus selalu basah apabila hewan berada di luar air untuk memyngkinkan
terjadinya pernapasan melalui kulit. Kulit dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar
yang menghasilkan lendir untuk mempertahankan keadaan agar selalu basah. Setiap
kelenjar berbentuk piala, terdapat tepat di bawah epidermis dan salurannya
melelui epidermis bermuara di permukaan kulit. Mekanisme pernapasannya meliputi
dua fase, yaiu inspirasi dan ekspirasi. Katak yang dijadian bahan penelitian
kali ini adalah katak sawah (Rana canorivara).
Sistem pencernaan
pada katak sawah (Rana canorivara) terdiri dari mulut, kerongkongan, dari
kerongkongan akan masuk ke lambung, usus halus, usus besar, dan sisa maanan
akan dibuang melalui kloaka setelah diserap oleh tubuh. Sistem pernapasan pada
katak sawah tersusun atas celah glotis laring, percabangan paru-paru
(bronchus), gelembung paru-paru (alveoli) dan paru-paru.
Katak memiliki empat
kaki dan tubuh yang jongkok. Katak berjalan dengan melompat, tidak memiliki
ekor dan leher yang jelas. Kaki belakang katak lebih panjang yang berfungsi
untuk mencari mangsa. Mata katak sangat besar dan pupil mata vertikal dan juga
horizontal. Jari katak berbentuk silindris dan pipih serta kadag memiliki
lipatan kulit lateral yang lebar. Kulit katak beracam-macam, ada yang halus dan
ada yang kasar. Sisi tubuh beberapa katak terdapat lipatan kulit lateral lebar
dan kelenjar mulai dari belakang mata sampai di atas pangkal paha yang disebut
lipatan dorsal lateral. Terdapat juga lipatan serupa yang disebut lipatan
suprasimponik dimulai dari belakang mata memanjang di atas gendang telinga dan
berakhir dekat pangkal lengan.
Kulit katak memiliki
kelenjar yang dapat mengeluarkan lendir yang licin. Warna kulit katakdapat
berubah ssuai dengan cahaya yang ditangkap oleh tubuh untuk dapat berubah.
Perubahan warna kulit katak dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
dan untuk melindungi diri dari perhatian hewan pemangsa. Kulit katak juga
berfungsi dalam pertukaran gas.
Katak memiliki sepasang
paru-paru berupa kantung elastis yang tipis. Mekanisme pernapasan paru-paru
terdiri dari inspirasi dan ekspirasi. Keduanya dengan mulut tertutup. Katak
memiliki tulang-tulang rusuk dan rongga badan. Mekanisme pernapasannya diatur
oleh otot-otot tulang bawah dan perut yang saling berhubungan satu sama lain.
Paru-paru divertilasi dengan pompatekan. Kelenjar paru-paru itulah terutama
penyebab udara keluar. Amphibia menambah respirasi paru-paru dengan pertukaran
gas melalui kulitnya yang tipis dan basah. Sebagian besar CO2 dikeluarkan
melalui kulit karena laju vertilasi paru-paru tidak cukup untuk membawa keluar.
Sejumah air juga diperlukan dan ditukarkan melalui kulit. Hal inilah yang
mungkin menyebabkan Amphibi tidak dapat hidup di darat sepenuhnya.
Sistem pencernaan pada
katak meliputi bagian saluran pencernaan dan kelenjar penceranaan. Saluran
pencernaan katak secara berturut-turut adalah rongga mulut, faring,
kerongkongan, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dan kloaka.
Kelenjar penceranaan katak meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas
(Sumanto, 1994). Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang memiliki gigi
sejati. Lidah katak dapat untuk menangkap makanan atau mangsa seperti serangga.
Saluran pencernaan mulai dari esophagus yang sagat pendek, terdiri dari
konstruksi yang kecil-kecil, tepinya bersilia dan sebagai alat cerna yaitu
sel-sel secretoris, kemudian ke usus 12 jari dan usus halus yang berkelok-kelok
dan selanjutnya ke usus besar yang lebar. Setelah ke usus besar langsung menuju
ke kloaka, yaitu tempat lubang pelepasan.
paru-paru
katak terdiri dari dua kantong dengan sedikit lipatan di dalam yang membantu
permukaan dalam untuk membantu ruang-ruang kecil alveoli. Alveoli dibatasi oleh
pembuluh kapiler paru-paru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
just write!