Cari Blog Ini

27.10.15

THE COGANS - Part 1

                Kami terpecah-pecah menjadi beberapa kelompok. Kami menyerang balik! Tetapi, pasukan gerilya dan polisi bayaran menang jumlah. Aku berusaha mencari celah untuk melarikan diri dan menelepon Duta untuk bala bantuan. Tidak! Mereka telah menutup hampir semua celah. Tiba-tiba aku melihat kilatan cahaya disertai suara tembakan dari kejauhan. Lalu, aku terjatuh dan tidak sadarkan diri. Yang terakhir kulihat adalah mayat-mayat teman-temanku bergelimpangan dimana-mana. Setelah itu, aku tidak ingat apa-apa...
                Musim panas tahun ini, aku berencana pergi berpiknik bersama anak dan istriku. Tujuan kali ini adalah pantai Harbor yang terkenal dengan suasananya yang menyejukkan. Anak-anak setuju untuk berangkat pada keesokan harinya. Kami pun segera tidur...
                “Sarapan sudah siap!” teriakku pada keesokan harinya. Anak-anak segera bangkit dari tempat tidurnya dengan semangat. Mereka langsung mengambil jatah makan masing-masing. Tetapi aku melarang mereka.
                “Eits! Cuci muka dulu... “ mereka pun segera melaksanakannya lalu segera makan. Hari ini aku sengaja bangun lebih awal daripada biasanya supaya dapat menyiapkan perbekalan bagi anak dan istriku. Aku juga memasak lebih banyak daripada biasanya.
                Matahari sudah mulai meninggi. Istriku belum juga bangun. Aku akhirnya harus membangunkannya. Setelah semua siap, kami pun berangkat. Suatu kebetulan! Ternyata sahabat karibku, Raka, juga sedang berpiknik di pantai Harbor. Aku pun segera menghampirinya dan menggelar tikar milikku di sampingnya. Ia juga mengajak istrinya, Edsa. Dengan begini piknik menjadi lebih seru!
                “Kamu tidak buruk juga dalam memanfaatkan cuti.” Kataku.
                “Nah, berarti kamu juga dong hahaha!” jawab Raka.
                Belum lama bercakap-cakap, tiba-tiba seseorang berjas hitam menghampiriku. Ia bertanya tentang tragedi pembantaian massal yang terjadi sekitar 10 tahun. Aku menjawab tidak tahu. Lalu ia membuka identitasnya. Ia adalah seorang detektif!
                “Anda Bagus Suryanti?” tanya sang detetif yang namanya dirahasiakan itu.
                “Suryanto” jawabku.
                “Dan anda tuan Gatot?”
                “Raka! Bahkan tidak ada kata gatot di dalam namaku!”
                “Baik, kalian semua ikut saya!”
                Kami dipaksa menuju sebuah kantor di pinggiran kota. Kami diinterogasi di dalam ruangan yang terpisah. Kami diberi beberapa pertanyaan tentang misteri pembantaian massal yang terjadi sekitar 10 tahun lalu. Aku terus menjawab tidak tahu karena memang tidak tahu. Tetapi mereka mempunyai sesuatu yang membuatku tidak bisa berkutik. Mereka mempunyai foto para korban dari pembantaian tersebut. Dan aku terdapati di dalam foto itu sebagai korban meninggal.
                Setiap malam setelah melihat foto itu, aku selalu memikirkan foto itu. Setiap malamnya, aku selalu mendapat mimpi buruk. Ah, mungkin foto itu telah dipaslukan. Aku memilih berkonsultasi dengan teman-temanku.
                “Santai saja, tidak usah dipikirkan.”
                “Mungkin mereka  hanya ingin menjatuhkanmu.”
                “Tapi juga ada kemungkinan bahwa foto itu benar adanya.”
                “Hmm... entahlah, aku ingin melupakannya, tetapi itu terus bergema di kepalaku.” Ujarku.
                “Oh, mungkin dengan sedikit membaca akan terasa lebih baik." Lalu ia menyodorkan sebuah koran yang sangat tua kepadaku. Lau aku membaca salah satu judul wacana yang tertulis di dalam koran tersebut. Judulnya adalah “Semua Tersangka Sudah di Eksekusi. Satu tersangka kabur. Satu korban belum ditemukan. “
                “Apa kau bercanda?”
                Sudah beberapa bulan sejak hari itu, aku tidak bisa berhenti memikirkan kebenaran dari foto tersebut. Itu membuatku depresi berlebihan sehingga aku tidak bisa bekerja dengan baik. Pekerjaanku sebagai editor sangat kacau. Perusahaanku bangkrut. Aku kena PHK. Sungguh sial nasibku.
                Aku dan keluargaku pun berpindah-pindah rumah. Rumah kontrakan dan barang-barang digadaikan hingga habis. Beberapa bulan sudah kehidupan kami seperti itu. Hingga istriku tidak tahan lagi. Ia marah-marah karena tidak dinafkahi. Ia pun meminta cerai saat itu juga. Aku berusaha membujuknya supaya ia tenang. Tetapi ia tetap ingin cerai. Ia pun pergi saat itu juga. Tiba-tiba ia terlindas sebuah truk tronton curian yang melaju cepat. Aku tidak sanggup melihat jasadnya yang terpecah belah dan hancur lebur terlindas roda truk yang besar. Namun, setelah aku membuka mata, anak-anakku sudah hilang entah ke mana perginya. Tiba-tiba, terdengar tangisan kecil dari arah berlawanan. Aku melihat dan mengejar anak-anakku yang disekap di dalam mobil. Aku mengambil sepeda polisi yang terparkir di pinggir jalan untuk mengejar mobil itu. Di tengah jalan, aku bertemu Raka dan Edsa sedang berkeliling kota dengan mengendarai mobil. Aku pun berhenti sebentar untuk meminta tolong.
                “Raka! Edsa! Tolong aku, anak-anakku diculik!!!” Kataku meminta tolong
                “APA!!! Ayo cepat! Naik ke mobilku!”
                Aku pun meninggalkan sepeda polisi di pinggir jalan dan menumpang ke mobilnya Raka. Kami mengejar penculik itu dengan mengikuti jejak mobil mereka. Jejak mobil itu menuntun kami ke sebuah gudang tua yang kosong. Aku dan Raka pun memberanikan diri untuk memasuki gudang itu. Raka membawa pistol DesertEagle dengan peluru terisi setengahnya. Suara pintu gerbangnya membuat aku merinding, tetapi Raka tidak. Kami berlari menuju mobil yang digunakan untuk menculik yang terparkir di depan pintu gudang yang sedikit terbuka. Kami melihat ke dalam mobil melalui jendela mobil. Mobil itu kosong. Kami membuka secara perlahan pintu gudang. Kami tidak melihat apa-apa. Lalu kami pun masuk. Tiba-tiba, pintu gudang terkunci.
                “Ini jebakan!”
                “Hahaha, ingat aku? Sebaiknya kau bergabung denganku atau kau akan menyesalinya!” kata suara misterius.

                “Siapa kau?” 

5.10.15

Ginger Lantern Stadium [REVISI]

Prolog

Andi terbangun dari tidurnya, Ia berada di pinggir pantai di sebuah Pulau Entah Berantah. Nama pulau tersebut memang Entah Berantah. Yang Ia genggam hanyalah kartu berwarna merah dan satu set kartu remy berjumlah total 55 lembar. Ia melihat lihat sekitar. Sayang, karena terlalu dekat dengan bibir pantai, Ia terseret ombak dan terapung dengan kondisi tidak sadar. Saat Ia sadar, Ia sudah berada di pinggir pantai benua Messa. Benar benar padang pasir mematikan yang berukuran hampir seperempatnya bumi. Andi kebingungan, bagaimana cara Ia pulang. Ia mondar-mandir kebingungan. Tetapi, karena tidak hati-hati, Ia terpeleset dan terseret ombak. Ia berpegangan pada kayu yang terombang ambing. Lalu pingsan. Mengikuti arah arus laut dan sampailah Ia ke benua E-Shard, benua yang terbuat dari es dan salju.
            Andi bermimpi tentang tugasnya sebagai wasit sepak bola, dengan bosnya yang galaknya minta nambah. Ia juga tidak tahu arah pulang ke mana. Andi mengingat-ingat saat Ia bekerja menjadi wasit...
”Hhh... hhh... ” Andi berlari tergesa-gesa.
“Ehm... ” Sang Bos menegur.
            “Huff... huff... ” Andi terengah-engah.
“Ehm... ” Sang Bos menegur kedua kalinya.
            “Hahh... Hahh... ” Andi terengah-engah.
“EHHMMMM... ” Sang Bos menegur ketiga kalinya.
“Haikk SIAP PAK!” Andi kaget.
“Ckck... ” sang Bos menggelengkan kepala.
“Kan rumah kau sangat dekat sekali dari sini, kenapa kau bisa terlambat sampai satu jam!” tanya sang Bos.
“Eh... anu... kan rumah hunian saya ada di perbatasan dua negara yang sedang konflik pak. “ jawab Andi.
“Tetapi kan tidak sampai satu jam juga. ” Balas sang Bos.
“Eh... anu... begini... ” Andi menjelaskan sambil menunjukkan peta yang digambarnya sendiri.
            “Sejak kapan terdapat medan perang dekat sini?” tanya Sang Bos.
Setelah dua jam dimarahi dan panjang lebar menjelaskan, Andi melakukan profesi sehari-harinya sebagai wasit...
“Pak, pak bangun... ”
“Huh... ” Andi terbangun dari mimpinya...
Sial, ada orang terdampar lagi. Kenapa Ia bisa terdampar?kata Oso.
Saya juga tidak tahu, tapi dia hebat juga bisa bertahan di samudra E-Shard. “ sahut Anton.
Ya sudah, cepat bawa dia ke rumah pengobatan!kata Oso.
“Ugh…” Andi pingsan lagi karena tak kuasa menahan sakit dari luka-lukanya.

STADION GILA

Chapter I : The Memorize...

“Bagaimana kau ni Andi, para pemain yang melanggar kau biarkan sedangkan kau asik bermain remi disini. ”
“... ”
            Pertandingan sepak bola sedang berlangsung, pertandingan sengit antara tim nasional negara Elzarta dengan tim nasional negara Enndolia. Sebuah pertandingan yang berlangsung di stadion dengan lapangan tergenang air, kursi penonton yang satu kursinya dipakai dua orang, suasana bau apek dan sempit berdesak–desakan, langit-langit stadion yang berkarat 24 karat padahal bukan emas, dan yang terbaik adalah bau kentut berserakan. Sungguh stadion khusus orang-orang VIP (Very Important Person).
“ITU SUNARNO MELANGGAR SUDAH DUA KALI, CEPATLAH KAU BERIKAN PADA SI SUNARNO ITU... KARTU MERAH!!!!”
“PRIIIIIT PRIIIT. ” Andi meniup peluit sambil mengacungkan kartu.
“Sunarno yang mana yah bos?” tanya Andi.
“Iih... kau ni... TELADAN. Sunarno itu... pemain nomor 3 dari timnas Enndolia!” jawab sang Bos.
“Kartu remi eh... kartu merah, Sunarno, pemain nomor 3 dari timnas Enndolia, keluar lapangan sekarang!” teriak cempreng Andi.
“Ada apa men... ” balas Arno (sapaan Sunarno).
“Ada apa... saya salah apa men... kenapa juga kartu remi men... yo... memangnya salah saya apa yo men... yo...  apa salah saya men...  hak asasi juga nggak dilanggar para supermen...  saya juga nggak ngamen-ngamen...  yang saya suka paling cuma permen... gak suka baca cerpen... memangnya apa, apa salah saya. ”
“Shht... ” bisik Andi.
“Bos, pelanggarannya apa ya?” bisik Andi.
“Iih... kau ni... TELADAN. Tadi itu...  bolanya dilempar dilempar dilempar-lempar pake tangan ke udara, tetapi si Arno bukan keeper gawang, ni kan juga bukan voli ato basket. “ jawab sang Bos
“Kata bos saya, kamu bukan keeper dan ini bukan basket bukan voli, jadi mengapa kamu lempar-lempar bolanya?” jawab Andi.
“Hah yo semua kan...
“Fiuuh, dah slesai pun. “ kata Ron
“Hei dia sadar!” sahut Anton
            Rumah pengobatan tanpa hawa beku seperti diluar, pakaian mereka aneh. Si dokter pakai mantel bulu tebal, ada yang memakai seragam pramuka lengkap yang terlihat seperti sudah mengalami berbagai petualangan saja, dan yang satunya lagi memakai kulit hewan. Seperti dari suku yang berbeda.
“Hmm...  (lukanya... sudah sembuh, apa yang terjadi, dimana aku. )” pikir Andi.
“Hai Siapa kamu. “ kata Anton dengan gagah.
“Oh. Andi, saya seorang wasit” jawab Andi memperkenalkan diri.
“Hei, salam kenal Andi, aku Kantoso panggil Oso saja. Dan ini dokter kita, Ohmron, panggil Ron saja. “ jawab Oso.
“Hy. ” Sapa Ron.
“Dimana ini?” tanya Andi.
“Dimana lagi ada tempat di bumi yang seperti ini. “ jawab Anton.
            Andi kaget. Ia pun segera berlari ke jendela berembun dan mengusapnya. Jangan-jangan aku ada di...  saat Ia melihat apa yang ada di luar jendela, kekhawatiran Andi menjadi nyata. Ia berada di tempat terbeku dan terjauh dari rumahnya. Ia lantas teringat kembali tentang apa yang terjadi dengan stadion.
“... Yo semua kan senang melihatnya dan pasti ingin bisa melakukannya YEAHH. ” Balas Arno.
“INI LHO INI LHO KARTU... EH???” kata Andi sambil mengacungkan selembar kartu remi, bukan kartu merah ataupun kuning.
“HAHAHAHAHA” semua tertawa kecuali sang Bos.
“Ehm... ”
“Hmm... ”
“Ape sajalah yang kau lakukan ni sampe sampe engkau lalai TRIPLE COMBO!” bentak sang Bos.
“eh... anu... mungkin kartunya ketinggalan bos. “ kata Andi.
“pertama terlambat, kedua maen remi, ketiga, lupa bawa kartu segala. “ kata sang Bos marah.
            (DESYAK DESYAK)                    (GUBRAK DUAARRR)   (suara pemain bonyok-bonyokan)
“lihatlah akibat perbuatanmu TELADAN, para pemain bermain ngawur, kasar, tinja eh tinju-tinjuan, bonyok-bonyokan. “ kata sang Bos marah.
            (DESH SIUUT)              (DESYAK)                     (WOSSH DUARR)
“I... Iya,    maaf. bos saya dapat ide, bagaimana jika mengecat kartu remi ini menjadi kuning dan merah?” kata Andi mendapat ide.
“Hmm... boleh juga. Kau punya cat merah dan kuningnya?” jawab sang Bos.
“Punya punya, sebentar saya ambilkan dulu di rumah ya... “ jawab Andi.
“Oke oke, yang cepat ya. “ jawab sang Bos.
(cepat kok)2 jam kemudian(sangat cepat)
“HAH... HAH... HAH... ini bos catnya. “ kata Andi terengah-engah.
“(ngorok). ” Bosnya tidur.
“Bos?”
“Hmm? Kau ni baru datang je, lama sekali kau, sampai tertidur aku. Dah mulai cat sana!” kata Sang Bos.
“Ini kuas. ”
“Ini cat atau pewarna. ”
            (DESYAK)                     (DESYAK)                     (Para pemain masih bermain ngawur)
“Tunggu! Kau ambil catnya tadi dari rumahmu ya?” tanya Sang Bos.
“Ya, kenapa?” jawab Andi.
“Dan katamu tadi kartunya tertinggal di rumahmu ya?” tanya Sang Bos.
“Ya. “ jawab Andi.
“KENAPA KAU TIDAK AMBIL KARTUNYA SAJA!!! TELADAN!!!” kata Sang Bos.
“Maafkan saya... “ kata Andi.
            (DESYAK)                     (DESYAK)                     (DHESHYAK)
            Kala itu seorang pelukis amatir bernama Beni sedang melukis suasana pertandingan sepak bola. Beni pun melihat Andi sedang mengecat kartu reminya.
“Hei, itu salah, mengecat pakai dua helai rambut. Pelan-pelan. Biar bagus. Mana kuasnya, biarkan saya sendiri saja yang mengecatnya. “ kata Beni.
“Tapi... ”
“Udah santai...  aku aja yang ngerjain. “ kata Beni.
(Padahal mengecat cuma sebentar, yang ini pakai 1 helai rambut hidung, dan 1 helai bulu ketiak. HOEEKK)
“Andi!” Panggil Sang Bos.
“Ya bos?” jawab Andi.
“Sudah, panggil saja perawat atau siapkan dua puluh dua liang kuburan di lapangan ini untuk mereka-mereka itu. Sudah lebih dari 2 jam mereka begitu terus. ” Perintah Sang Bos.
(DESYAK)                     (DESYAK)                     (DHESHYAK)
“Siap bos, tapi saya membutuhkan banyak pasir. “ kata Andi.
“Pesan satu ton saja sekalian untuk perbaikan gedung, pesan via sms, kamu tulis saya dikte. “ kata Sang Bos.
“Siap!” kata Andi.
“Ehm. Pesan satu ton pasir... ” Sang Bos belum menyelesaikan perkataannya, Beliau sudah tergoda oleh minuman dingin yang dijual oleh seorang pedagang yang kebetulan lewat di depannya.
(pedagang minuman dingin lewat... )
http://www.hdwallpaperspulse.com/wp-content/uploads/2012/10/Food_Drinks_Cold_Drink_012911_.jpg“Es... Es... Seger lho... “ kata Pedagang minuman dingin yang menggoda selera. Apalagi saat hari yang terik dan panas ini. Musim hujan sudah lewat, musim kemarau menyerang.

“... Es Es beli pak!” (Srruput... ah... ) Suara Sang Bos meminum minuman dingin yang baru dibelinya.
            Memang enak minum minuman segar, dingin, saat hari sedang panas-panasnya siang hari. Beliau pun tak dapat menahan untuk meminumnya Srruput... ah...
“Pesan sudah terkirim!” kata Andi tidak menyadari bahwa pesan yang dikirimnya salah.
            Pak Santoso, dipanggil Pak Santo. Menerima Short Message Service dari telepon seluler milik Andi. Pak Santo membacanya, beliau pun merasa aneh, tetapi bisnis tetap bisnis. Pak Santo mengirimkan satu ton pasir es (es serut) pesanan Andi ke stadion. Panas matahari yang menyengat mencairkan sedikit demi sedikit es menjadi air. Mengetahui kirimannya mencair, Pak Santo langsung tancap gas supaya cepat sampai ke tujuan. Beliau melewati taman bermain raksasa yang merupakan jalan pintas tercepat menuju stadion jika setelahnya langsung belok kiri. Tetapi terdapat anak kecil bermain layangan di sebelah kiri jalan. Karena kaget, Pak Santo pun banting setir ke kanan. Ternyata di sebelah kanan ada 9. 896. 988 anak-anak yang sedang bermain. Setelah tiga hari melewati semua anak tersebut, beliau sampai di Dalan Sewu, yaituratusan jalan yang menuju ke tempat berbeda. Pak Santo bingung, beliau akhirnya memilih jalan lurus saja. Melewati hutan, lalu melewati laut, lalu gurun pasir. Barulah sampai di Stadion Gila tempat Andi bekerja. Jauh amat ya? Padahal jika tadi Pak Santo belok kiri, beberapa kilometer selanjutnya pasti sudah sampai di Stadion. Tetapi karena Pak Santo tidak ingin mengKRIUKK anak tidak berdosa, Pak Santo memilih menghindarinya yang membuatnya mengambil resiko untuk menyebrangi 2 benua lalu kembali lagi untuk menuju ke Stadion.
Saat hampir sampai, terjadi sesuatu.
“Akhirnya, hampir sampai. “ kata Pak Santo lega.
(Gluduk Glodak Gladuk)
“Hah?”
(Glodak Glodak DUARR)
            Karena tidak hati-hati, truk milik Pak Santo terguling karena terkena batu yang berserakan di jalan. Pak Santo berusaha mengendalikan truknya sebelum airnya tumpah. Tetapi sudah terlambat. Airnya tumpah dan mengombak seperti tsunami menuju stadion. Alhasil, stadion pun menjadi seperti danau.
“Hey hey hey, kenapa kamu bisa terdampar tadi?” tanya Oso membangunkan Andi dari lamunannya.
“Emm... aku tidak ingat. “ jawab Andi.
“Haha pantas saja bagi orang yang terkena musibah, mereka biasanya hilang ingatan sementara. Nanti kamu pasti ingat, saat itu terjadi, beritahu sang kepala desa. Kalau begitu, aku pergi dulu. “ kata Oso.
            E-Shard adalah benua yang unik, berbentuk seperti bunga salju, memiliki spesies hewan yang tidak dapat ditemukan di belahan bumi lain, bersuhu sangat dingin, jika badai, suhunya dapat mencapai -120o Celcius. Entah bagaimana mereka bisa bertahan dengan suhu extrem tersebut. Karena berbentuk seperti bunga salju, otomatis E-Shard memiliki banyak teluk dan tanjung.
“(musibah... ?) (banjir saat itu... )” Gumam Andi.
“Dimana Oso?” kata Andi.
            Andi pun mencari siapa dan dimana sang kepala desa. Ia bertanya kesana kemari. Dan saat Ia sampai di tempat kediaman kepala desa, Ia bertemu Oso.
“Pak Oso, kepala desanya mana? Keburu lupa. “ tanya Andi.
            Desa E-Shard merupakan desa yang lumayan makmur, kayu bakar melampaui harga kristal jika tinggal di desa tersebut. Lokasinya cukup strategis sehingga sering menjadi tempat singgah sementara para pelaut yang kebetulan lewat. Kristal-kristal ini banyak ditemukan di penjuru E-Shard. Jika dijual di tempat lain, harga kristal ini setara dengan 1 kg berlian 127 carat. Kristal-kristal ini berasal dari bunga kristal es yang disebut Xflower. Belum ada yang dapat mengambilnya dan kembali hidup-hidup. Hutan Xruce dan bunga keramat tersebut sudah dilindungi undang-undang Internasional.
“Oh kepala desa, ada di ruang itu. Ya sudah, aku keluar dulu. “ kata Oso.
“Kenapa aku harus memberitahu kepala desa ya, ah mungkin informasi itu penting bagi mereka. ” Andi masuk keruang yang dimaksud Oso.
(TOK TOK TOK)                       (Andi mengetuk pintu)
“Masuk!” kata Oso. Andi pun masuk. Ia bertemu Oso lagi disana. Sedang duduk di ruang dari kayu Ek. Di kursi dan meja yang sepertinya bekas meja guru seperti di sekolah-sekolah pada umumnya. Dengan bunga yang spesiesnya tidak dikenali di dalam vas marmer. Beberapa buku dan berkas-berkas dokumen penting tertata rapi di atas lemari kayu tua yang diletakkan di dekat jendela yang tertutup salju tebal.
“HAH Oso? Kepala desanya mana? Perasaan tadi kamu keluar. ” Andi keheranan.
“Sebenarnya kepala desanya adalah saya sendiri. “ kata Oso.
“Kenapa nggak dari tadi. Aku sudah mondar-mandir mencari. “ kata Andi.
            Oso adalah seorang kepala desa E-Shard, suka memakai kulit hewan, dan jika ingin memberitahu sesuatu, pasti hanya diberi petunjuk saja. Oso selalu mencoba untuk mengambil kristal yang berada jauh di inti hutan Xruce. Pernah saat Oso dan tim yang dibentuknya mencoba mengambil kristal itu, timnya yang awalnya 8 orang, saat kembali hanya tinggal 2 orang, salah satunya Oso sendiri.
“Pasti kamu sudah ingat kan. “ kata Oso.
“Uh, aku lupa lagi... “ kata Andi.
“Lho, kenapa kok lupa?” tanya Oso.
“Mikir bagaimana caranya teleport kayak Pak Oso. Sulap atau sihir?” tanya Andi.
“Bukan sulap bukan sihir” kata Oso.
Oso berdiri dari kursinya, berjalan ke arah lemari kayu tua, dan membukanya. JRENG JRENG!
“Lewat pintu sebelah...  hehehe. “ kata Oso.
            Ternyata itu sama sekali bukan lemari, itu adalah sebuah pintu! Yang warnanya hampir sama dengan sekitarnya, atau biasa disebut ‘kamuflase’.
“Kenapa nggak dari tadi. “ kata Andi.
Oso paling tidak suka pulang dengan tangan kosong, walau diserang beberapa Vampir saat misi mengambil kristal tersebut, Beliau tegar dan tetap berusaha mengambil kristal itu, sayang, Beliau hanya berhasil membawa pulang 2 buah kristal dengan digendong temannya karena saat itu Oso sekarat. Kenangan itu meninggalkan bekas, kaki Oso terlihat normal, padahal kakinya adalah kaki mekanik. Kaki itu masih bertahan hingga saat ini setelah beliau menjadi kepala desa.
“Nah, sekarang kamu ingat? Mau aku catat. Dimana ya...  ah ini dia, kamu adalah orang ke 201 yang terdampar di sini dan salah satu dari 21 orang yang bisa bertahan dari kekejaman Samudra E-Shard. “ kata Oso.
“pada zaman dahulu...  eh saat itu... “ kata Andi sambil menceritakan sepotong kisahnya.
            Saat itu stadion sedang banjir.
“Mengapa stadion ini menjadi kolam renang. “ tanya Bosku sambil berenang.
“Mungkin pasir esnya mencair. “ kataku sambil berenang.
“TIDAAAK LUKISANKU HANCUUUR!” kata Beni si pelukis amatiran sambil tenggelam.
“Darimana ada pasir es?” tanya Bosku.
“Tadi bos yang pesan. “ jawabku.
“Saya tidak memesannya. “ kata Bosku.
“Ini buktinya. “ jawabku sambil menunjukkan telepon seluler milikku.
Kepada : Pak Santo
Pak, pesen 1 ton pasir es es beli pak ya.
 
http://www.holiday-bookings-online.com/images/feature_pics/f_smsalerts.jpg
“Apakah saya berkata seperti itu?” tanya Bosku.
“Ya. “ jawabku.
“TELADAN! Kalau begitu bagaimana cara membersihkan semua ini?” kata Bosku.
“Saya punya pompa air raksasa di rumah saya, pasti bisa membersihkan ini dengan cepat. “ kataku memberikan usul.
“Tetapi harus cepat, sebelum semuanya beradaptasi menjadi ikan. “ kata Bosku menyetujui usulku.
            Aku pun pergi kerumahnya untuk mengambil pompa air dan kembali ke stadion.
5 Jam kemudian(Berat pompanya, makanya lama)
“UGHHH... UGHHH... BERAT... “ kataku.
“Ayo cepatlah, tinggal beberapa meter lagi lobby lalu naik tangga ke ruang part and service. Tinggi air tidak sampai sana. “ kata Bosku.
            Pompa dipasang dan dinyalakan, air pun mulai surut. Tetapi setelah airnya surut, tidak ditemukan siapa-siapa di stadion, kecuali Bosku.
“Akhirnya airnya surut juga. Andi, tolong kamu ma...  eh...  Andi kemana. LHO semuanya ke mana?” kata Bosku keheranan.
Ini masih menjadi sebuah misteri...  sampai dua detik setelahnya, pak kameramen menemukan mereka semua sedang terseret arus di selokan yang menuju ke laut. Mereka semua panik, kecuali Beni.
“AAA...  “ (BYUR)Aku ‘nyemplung’ laut.
“AAAAAAAAAAAAA” Semuanya meluncur dengan cepat ke arahku.
“???!!!!!!” Saya panik.
(DUAAR)
“Aduuh, kepalaku... “ kataku kesakitan, bagaimana tidak sakit, seluruh isi stadion jatuh tepat di atas kepalaku.
“WOOHOOOO!!! HAHAHA”Teriak Beni kegirangan.
“Malah senang orang itu. ”
“Kita tersesat! Dimana kita?”
“... ”
“Terus bagaimana selanjutnya?” tanya Oso.
“... ”
“OY!”
“... aku lupa lagi” Andi lupa.
“HADEEH lupa lagi. “ kata Oso.
“Tapi menarik juga, (Si Andi ini sepertinya cocok menjadi tim pencari, kebetulan juga kurang satu orangnya). ” Gumam Oso.
“Tapi aku seorang wasit. “ kata Andi.
“Lho, kamu dengar ya?” tanya Oso.
“Dengar apa, ah sudahlah. Saya harus kembali ke Erk. Stadion tempat saya bekerja ada disana. “ kata Andi.
“HAH ERK, jauh amat. Berarti kamu terdampar dari sana?” tanya Oso.
“Ceritanya panjang. Tapi aku benar-benar harus kesana. “ jawab Andi (kebelet).
“Oh, yasudah ke kamar kecil dahulu sana. “ kata Oso.
“Makasih... “ jawab Andi.
(PIPIS)              (BYUR)
“Ahh lega. ” Leganya Andi.
“Sudah lega? Sekarang aku memberimu sebuah misi yang mudah. “ kata Oso.
“Mudah?” tanya Andi hampir tidak percaya.
“Ya, sangat mudah” jawab Oso.
(beberapa saat kemudian di hutan Xruce)
“Aah, misi yang mudah katanya. ” keluh Andi.
            Andi dan Anton ditugaskan Oso untuk menjadi tim pencari kristal. Kristal tersebut berada di jantung hutan Xruce. Tepatnya di goa di tepi pantai E-Shard yang terjal dan curam. Pohon-pohon di hutan ini kebanyakan berjenis pohon cemara (Spruce tree) yang setiap ujung daunnya terdapat kristal es yang tajam. Tidak banyak hewan di hutan ini, hanya hewan-hewan terbuas dan terkuat saja yang dapat bertahan hidup di hutan ini.
“Kau akan kupercayakan sebagai anggota tim ini!” kata Oso dengan semangat.
“Apa Cuma aku di tim ini?” tanya Andi.
“Tidak hanya kau, Anton juga ikut. “ jawab Oso.
“Benar nih mudah ?” tanya Andi ragu-ragu.
“Iya, memang mudah kan. “ sahut Anton.
“Mudah darimana, tugasnya ditulis di kertas. Kamu bawa kertasnya kan ?” tanya Andi.
“Bawa lah. Gak bawa matchi nanti nggak tahu jalan. “ jawab Anton.
“Emang perintah ya?” tanya Andi.
“Masih berapa jauh perjalanannya?” tanya Andi.
“Sudah dekat, kira-kira 12 km lagi. “ jawab Anton.
“TUNGGU! DI DEPAN ADA SESUATU!” kata Anton merasa ada yang tidak beres.
(ROAARR)                      (GRRR)                                  (Suara hewan buas dari kejauhan 4 km)
“!!!” Andi dan Anton mulai waspada.
“Ada apa Anton ?” tanya Andi.
            Hari semakin gelap. Mereka sedang dalam perjalanan makin kedalam hutan. Tiba-tiba mata-mata biru cyan bersinar memandangi mereka dan mengepung mereka. Moncong mereka yang berwarna biru terang mengkilap perlahan keluar dari balik bayang-bayang.
            Suasana semakin tegang, Andi sampai-sampai melompat ke punggungnya Anton karena ketakutan. Pantulan cahaya dari mata-mata buas hewan-hewan ganas nan aneh semakin jelas seperti siap menerkam. Seekor tikus berjalan di depan mereka. Hewan-hewan itu pun makin dekat dan makin dekat. Sosok hewan tersebut mulai terlihat jelas. Duri-duri kristal di punggung mereka merefleksikan wajah ketakutan Andi. Dan...
            Hewan-hewan itu pun melompat ke arah mereka dan menerkam, mencincang, dan mengoyak... seekor tikus...

Chapter II : Oriental Away...

                Mereka ditemukan terkapar lemah di tepi hutan. Kondisi mereka mengenaskan. Dengan banyak bekas cakaran dan gigitan. Mereka langsung dibawa ke rumah pengobatan.
“Ayo mulai operasinya!” kata Ron
Dr. Ron yang menangani mereka. Memang beliau satu-satunya dokter di desa ini. Tetapi beliau masih dokter pemula. 4 abad hari kemudian mereka sadar.
(Mimpi Andi) “Tolooong Tolooong!” kata Andi sambil berlari sendirian di hutan Xruce saat tengah malam yang gelap gulita di tepi tebing yang terjal dan hanya membawa Xflower di tangannya.  (sesosok bayangan hitam mengejar dengan kecepatan tinggi dan berkali-kali hilang dan muncul di sisi Andi)
(Andi terengah-engah dan berhenti sejenak untuk melihat-lihat sekitar, apakah sosok itu sudah pergi atau belum. Dan tiba-tiba sosok itu Melompat kearahnya dengan wajah flat hitam dan hanya matanya saja yang berwarna putih bersinar mengagetkan dan membuat Andi ketakutan sampai Ia terbangun.
            Saat Andi terbangun, Ia sudah mendapati dirinya sudah tidak menggenggam Xflower ditangannya. Ia pun mengingat saat misi mengambil Xflower bersama mamah dedeh Anton.
Saat itu, malam hari yang gelap gulita. Andi bersama Anton tidak memiliki senjata apapun kecuali sebuah tongkat pramuka milik Anton, obor milik Anton, dan hal-hal kepramukaan lain milik Anton. Sedangkan yang Andi miliki hanyalah Xflower yang bersinar biru terang, dan beberapa kartu remy yang tersisa. Kartu remy itu digunakan saat para hantu yang berwujud Kerangka yang membeku, menyerang mereka. Andi pun melemparkan salah satu kartunya. Lalu kartu itu menembus dan memotong struktur tulang leher dan memisahkan tengkorak-tengkorak para kerangka itu dari tempatnya. Sangking banyaknya jumlah makhluk itu, Andi dan Anton sampai mblenger melihat makhluk yang itu-itu aja. Pada saat mereka berhasil melewati para kerangka hidup itu, mereka menemukan sebuah labirin.
http://group.gameclub.tw/221/000/221/images/logo.gif
Labirin itu kecil, hanya saja labirin itu memiliki banyak rintangan dan jebakan. Tetapi syukurlah setelah berputar-putar tidak lebih dari 190 kali di salah satu tempat yang sama di labirin itu, mereka berhasil menemukan labirin lainnya. Dan sekali lagi berputar-putar di labirin sampai-sampai pak kameramen ikut tersesat. Dan AKHIRNYA! Kembali lagi ke pintu masuk labirin. Mereka sempat terkena 1001 jenis depresi dari yang termainstream sampai tergreget. Mereka hampir menyerah, Andi duduk terdiam. Pada saat yang sama, Anton menemukan Xflower tepat di tempat Andi duduk sedang menusuk pantat Andi. Entah mengapa Andi tidak merasakannya.
Anton lalu mengambil Xflower dan berusaha keluar dari labirin. Mereka bermalam di pintu labirin di dekat tanda SOS. Tetapi malam itu Xflower hilang bersama bayangan hitam yang bersembunyi di antara pepohonan. Anton berusaha menyembuhkan luka Andi dan lukanya sendiri. Sampai keesokan harinya mereka kembali dengan cidera yang cukup parah dengan membawa oleh-oleh hipotermia. Mereka hanya membawa beberapa kristal. Kartu remy milik Andi tersisa 51 lembar. Kartu yang lainnya tersangkut di leher kerangka yang menyerang mereka.
“Mimpi buruk ya, makanya baca bismillah sebelum tidur. “ kata Ron menyambut bangunnya Andi.
“Oh ya Anton? Anton di mana?” tanya Andi.
“Mmmm... Mmmm... ” Anton tidak bisa berbicara karena seluruh tubuhnya dipenuhi perban sepanjang 8 km dililitkan di tubuhnya.
“Anton? Eh?!” Andi tidak bisa bergerak karena juga dililit perban sampai menyerupai pocong.
            Setelah keduanya susah payah melepaskan diri dari perban, meka dijenguk oleh Oso yang membawa obor untuk menerangi benua yang selalu malam ini. 2 jam lamanya mereka berbincang-bincang. Tiba-tiba sosok bayangan hitam yang sama menampakkan diri sedang berdiri di kejauhan sambil membawa Xflower. Entah mengapa Ia melakukan itu, mungkin untuk pamer kalau Ia yang memegang Xflower. Naluri Anton tergugah, Ia berlari menuju sosok hitam tersebut dengan melompat memecahkan jendela. Sepertinya sosok itu membuatnya mengingat sesuatu. Anton berteriak dengan bahasa alien, bukan, mungkin itu mantra. Lalu tiba-tiba sebuah balon udara berumur 14 tahun datang dari arah berlawanan dengan Anton. Dengan cepat balon udara yang tidak ada pengemudi di dalamnya itu bergerak ke arah Anton. Anton langsung menggengam tali yang bergelantungan di bawah balon udara dan naik ke dalamnya untuk mengejar sosok itu. Lalu sosok hitam itu pun berlari secepat angin kearah selatan dengan meninggalkan aura-aura hitam pekat sebagai jejaknya. Andi pun meminta izin untuk mengejar Anton. Oso memberitahu Anton sepertinya pergi kearah selatan, arah benua Messa. Perjalanan pun akan dimulai... belum dimulai, masih akan dimulai…
            Andi memulai perjalanannya dengan sebuah sekoci kayu kecil dan beberapa persediaan. Menyebrangi samudra E-Shard berbekal sebuah kompas, sedikit uang, dan apel yang hampir kadaluarsa.
“Maaf, hanya itu yang kami bisa berikan. “ kata Oso.
“Baiklah... aku mulai perjalanannya... doakan aku. “ kata Andi.
“Mari beri penghormatan terakhir bagi Andi, SEMUA SIAP... HORMAT GRAK!” kata Oso.
Pada saat awal perjalanannya, langit dan angin laut terlihat bersahabat. Tetapi setelah kaki Andi menyentuh permukaan laut, tiba-tiba muncul badai petir hitam pekat yang pekatnya seperti orang yang menutup mata di tempat gelap. Seakan-akan badai itu sengaja menunggu Andi. Saat Andi tidak menyentuh air, badai itu menghilang. Andi menyadarinya dan langsung cepat-cepat berangkat. Tetapi Andi terkena cipratan air saat berada ditengah laut dan... badai itu kembali.
            Walau saat badai, Andi masih bersantai di sekocinya sambil berlayar. Walau petir menyambar tepat 2 meter disampingnya, Ia masih santai. Terapung-apung di samudra tidak membuatnya takut. Karena satu-satunya yang membuat Andi takut adalah bosnya. Sampai-sampai Andi membiarkan sekocinya berlubang karena sambaran petir.
            Dalam proses tenggelamnya sekoci yang dinaiki Andi, Andi masih sempat berpikir bahwa bosnya pasti akan sangat marah jika mengetahui bahwa dirinya tidak berada di stadion. Padahal Andi tengah berada di tengah-tengah samudra dengan badai. Gemuruh makin menggelegar. Angin laut bertiup 1234 kali lebih cepat daripada angin sepoi-sepoi. Petir berkali-kali terlihat sedang menyambar lautan seperti sedang menari. Kapal sekoci milik Andi hanya tinggal beberapa sentimeter lagi untuk tenggelam.
            Setelah melewati warna-warni badai petir yang kekuatannya 10 kalinya Thor, kapal sekoci milik Andi sudah tidak bernyawa. Dan Andi pun terdampar di suatu Pulau Entah Berantah, pulau yang berjarak hanya beberapa ratus kilometer saja dari benua Messa.
            Saat Andi terbangun, Andi sudah dikerubungi dan dipelototi banyak orang. Andi diam saja. Andi meminta sekoci. Sekoci pun diberikan. Tetapi entah kenapa sekocinya terbuat dari baja. Saat Andi pamit untuk berangkat kembali ke benua Messa, orang-orang itu masih memelototinya dengan tatapan yang membuat merinding. Bahkan anak-anak mereka pun ikut memelototi Andi. Walau Andi sudah berjarak 1 kilometer dari bibir pantai Pulau Entah Berantah.
            Saat memasuki wilayah perairan Messa, Andi mulai merasakan panas pada bagian bawah sekocinya yang terbuat dari baja yang ajaibnya dapat mengapung. Semakin mendekati benua Messa, semakin memerah pula bagian bawah sekoci Andi. Andi melihat-lihat sekitar dan mendapati terdapat kapal penangkap ikan yang menggeret jala yang besar. Dengan jala yang terbuat dari rantai. Andi semakin dekat dengan benua Messa. Uap-uap air yang menguap makin meluap-luap memenuhi udara dan menjadi kabut yang membuat jarak pandang hanya 1 meter saja.
            Andi berguling-guling seperti cacing kepanasan. Andi menyadari dan merasakan panasnya air laut dan pasir di benua Messa dan menyimpulkan bahwa sebenarnya benua Messa bukan benua yang luas. Ketinggiannya pun dibawah permukaan laut rata-rata. Tetapi karena panas matahari berfokus pada benua yang tidak pernah malam ini, maka kebanyakan air laut menguap dengan cepat karena tidak tahan dengan panas dan menjadikan sebuah padang pasir yang sebenarnya adalah dasar laut yang kering.
 “Dimana ya kira-kira Anton berada?” gumam Andi.  
            Andi berjalan menyusuri padang pasir Messa. Andi sudah mendapati sekocinya yang terbuat dari baja meleleh di pinggiran pantai karena terkena panas. Andi berjalan-dan berjalan sambil melihat para kru yang merekamnya bersantai di bayang-bayang dengan minuman dingin nan menyejukkan berliter-liter tersedia di samping mereka. Sangking sengsaranya sampai-sampai penulisnya nggak tega menulis kelanjutannya dan harus mengubah jalan ceritanya. Setelah beberapa jalan ceritanya dilewati dan diubah, sutradaranya memerintahkan untuk melanjutkan adegan ngenes yang tadi.
            “Haus… Haus… “ kata Andi.
            “Air… Air… “ kata Andi kehausan. (temannya penulisnya juga haus karena puasa)
            Tidak lama kemudian Andi menemukan sebuah oasis. Andi pun berlari ke arah oasis yang ternyata hanyalah sebuah fatamorgana belaka. Andi berputar-putar mengikuti fatamorgana. Lalu Andi melihat oasis lagi, tetapi hanya dikira fatamorgana oleh Andi, padahal bukan. Di oasis itu terdapat Anton yang sedang menikmati minuman segar berupa es degan sambil berenang di oasis yang menyegarkan itu. Anton melihat Andi sedang berjalan lemah lembut gemulai. Dengan segera Anton memberi uang Rp 3. 000,- kepada penjual es degan. Anton pun memanggil Andi dari kejauhan.
“ANDI!!!” Teriak Anton.
“???” Andi menengok ke arah suara teriakan berasal.
“Siapa itu?” Andi tidak bisa melihat Anton dengan jelas karena terik matahari yang menyilaukan mata.
“Halo?” Suara teriakan pun hilang tergantikan oleh suara langkah kaki yang perlahan menuju ke arahnya dan…
(Splash)                      (Joosh)
“Aah… aah… segar… “ kata Andi sambil disemprot dan disiram dan diguyur es degan oleh Anton.
“Semuanya seharga Rp 12. 000,- . “ kata penjual es degan.
“Ntar ngutang dulu… “ kata Anton.
            Andi yang awalnya kering kepanasan menjadi segar dengan bonus pliket-pliket di seluruh tubuh. Anton pun mengajak Andi untuk menuju desa terdekat. Anton mengucapkan mantranya. Balon udara yang pernah dipakai Anton untuk mengejar sosok bayangan hitam itu pun muncul dan perlahan mendatangi Anton dengan perlahan tapi pasti. Anton mencengkram tali yang bergelantungan di bawah balon dan naik ke dalam balon. Saat Andi akan naik, balon udara itu tidak ingin dinaiki selain pemiliknya. Setiap kali Andi naik, pasti pintu darurat yang berada di bawah balon terbuka dan menjatuhkan Andi kembali ke pasir panas yang hampir berubah menjadi kaca. Ukuran balonnya pun lebih besar daripada saat itu karena memuai.
“Kamu jalan aja ya. Desanya sekitar 11-12 kilometer kearah barat daya. Kutunggu disana!” kata Anton sambil mengendarai balon udaranya yang memiliki kecepatan maksimum 50 km/jam dan 75 km/jam jika saat badai.
“Pasrah deh… “ kata Andi sambil berjalan dan berjalan menuju desa.
            Anton sudah menunggu 6 jam di desa sambil menikmati es degan dingin dan segar. Memang kebanyakan minuman disana adalah air kelapa atau degan, ditambah es menjadi es degan. Jika di Erk minuman terkenalnya adalah cold lemon, di sini es degan.
            Saat Andi datang, Andi sudah disambut dengan ‘TAJIR’ berupa siraman es degan. Andi datang dengan keadaan kurus kerontang bin kerempeng. Dan diobati dengan infus berupa air kelapa yang membuatnya segar kembali. Andi sempat menjadi buruh untuk mendapat uang. Andi teringat tentang Xflower yang dicuri sosok bayangan hitam. Andi pun mendiskusikannya dengan Anton.
“Anton, ngomong-ngomong, Xflower?” tanya Andi sambil menarik gerobak berisi kelapa.
“Hmm… aku nggak bisa mengejarnya. “ jawab Anton sambil menemani Andi. .
“Memang, siapa sebenarnya sosok bayangan hitam itu?” tanya Andi lagi.
“Lha kamu tanya aku, aku tanya siapa?” jawab Anton.
“Eh… ngomong-ngomong… menurut rumor… terdapat piramid keramat bonus angker di sekitar sini yang katanya, orang yang masuk nggak bisa keluar lagi. Masuk kesana yuk!” kata Anton.
“Nggak mau… semua orang pasti berpikiran sama denganku. “ kata Andi sambil menata ulang kelapa-kelapa yang ada.
“Berarti aku beda sendiri… padahal konon, katanya, menurut rumor yang tersebar, di dalam seluk-beluk piramid itu terdapat urbanstone yang berjenis Firecrackstone. “ kata Anton sambil membantu Andi.
“Nih upahnya. Makasih ya. “  
“Urbanstone itu kembang api?” tanya Andi sambil menerima upah sebesar Rp 2000,-.
“Bukan kembang api, itu lho batu yang bisa memberi kekuatan kepada pemegangnya. “ jawab Anton.
“Sebentar… membuka Google Translate… Ooh Firecrackstone itu batu petasan!” kata Andi.
“Bukan… “
            Dan perdebatan ini berlangsung selama 24 jam 24 menit 24,24 detik dan penulisnya nggak mau kehabisan halaman jadi nggak ditulis. Lalu pada keesokan harinya, Anton sudah membulatkan tekadnya untuk memasuki piramid tersebut sementara Andi ikut dengan rasa sedikit terpaksa. Mereka menjelajahi Messa berbekal es degan yang dibeli dari penjual yang tadi dibayar ngutang untuk mencari keberadaan piramid itu. Sampai akhirnya Anton tersandung ujung piramid itu.
“INI PIRAMIDNYA!!!” kata Anton.
“Anton, aku nggak yakin untuk memasukinya. “ kata Andi.
“Udah masuk aja, ladies first. “ kata Anton sambil membuka katub penutup piramid di bagian atas piramid.
“Aku laki-laki!” kata Andi.
“Ya sudah, aku duluan ya, bencong last. “ kata Anton.
            Mereka pun memasuki piramid itu lewat katub yang bertuliskan EMEREGENCY EXIT. Di dalam piramid itu terdapat beberapa mesin uap, pipa-pipa, dan komputer ber OS Windows Vista yang Beta dengan game Crysis, Witcher III, GTA VI, dan Pacman. Lalu mereka turun melewati lift menuju lantai sebelumnya. ‘Ting’ pintu lift terbuka. Mereka menemui banyak pohon dan semak belukar. Lalu mereka turun kembali menuju lantai sebelumnya lagi. Saat pintu lift terbuka untuk ketiga kalinya, mereka mendapati pasar betro disana. Lalu mereka turun lagi menuju lantai sebelum dan sebelumnya lagi. Pintu lift terbuka untuk keempat kalinya, mereka mendapati banyak mesin arcade. Merekapun memainkannya sebentar karena hanya memiliki beberapa koin. Dan lantai yang terakhir adalah tempat dimana jasad-jasad para raja disimpan beserta harta-hartanya. Anton berpikir bahwa disinilah batu itu pasti disimpan. Andi menggunakan kristal yang Ia bawa dari E-Shard untuk penerangan.
“Pasti disini tempatnya. “ kata Anton.
“Baiklah, mari kita cari dahulu batu petasannya. “ kata Andi.
“Itu bukan petasan. “ kata Anton sambil mencari Firecrackstone.
            Saat batu itu ketemu, Anton langsung mengambilnya dan menuju ke lift. Andi berpikir bahwa…
“Mengapa semudah ini mengambil batu ini, mengapa orang-orang berkata bahwa orang yang masuk tidak akan bida keluar lagi?”
“Lho kok liftnya nggak bisa?” kata Anton.
“Ooh ternyata orang-orang nggak bisa keluar karena liftnya rusak. “ kata Andi.
“Rusak! Mari perbaiki dengan alat-alat darurat milikku. “ kata Anton.
            Saat Anton sedang memperbaiki lift, tiba-tiba… batu itu bersinar, menyala terang melebihi sinar dari kristal yang dibawa Andi. Dan… BOOOM DUARRR. Batu itu meledak seperti petasan dan mencederai Andi dan Anton. Liftnya pun bertambah rusak karena terkena ledakan.
“Tuh, apa kubilang, petasan kan?” kata Andi.
“Sekarang bagaimana cara keluar dari sini?” tanya Andi.
            “Liftnya rusak, bagaimana caranya keatas?” tanya Andi lagi panik.
            “Bagaimana cara bertahan disini?” tanya Andi lagi dan lagi.   
            “Shht... “ kata Anton.
            “Kalau Kita disini selamanya bagaimana?” tanya Andi lagi, lagi, dan lagi.
            “DIAM! AKU SEDANG MEMIKIRKAN CARANYA!” kata Anton.
            Tiba-tiba terdengar suara teriakan. Seperti menjeritnya tokek. Dari langit-langit piramid dan lantai piramid yang terbuat dari batu pasir muncul benda seperti tengkorak lengkap dengan tulang-tulangnya, dengan mata oranye menyala dan berkobar seperti api menatap Andi dan Anton. Lalu Andi berkata.
            “Aduh... makhluk ini lagi... bosan aku liatnya. “ kata mereka.
            “Kemarin kamu menggunakan kartumu kan, sekarang gunakan lagi!” kata Anton.
            “Nggak mau, kartuku tinggal 51 lembar. Nanti nggak bisa main remy. “ kata Andi.
            Tengkorak-tengkorak itu mulai menyusun diri mereka sendiri. Salah satu kerangka hidup sedang memasang papan skor bertuliskan ‘Wins’. Kerangka yang lainnya terlihat sedang menghias ruangan dan menulis ‘Skeletons Score’ dan ‘Visitors Score’. Kerangka yang lainnya lagi sedang bersiap bertarung. Pertandingan dimulai dengan ditandai dengan bunyi lonceng emas yang dipukul oleh salah satu kerangka itu.
            “Ooh pertandingan tinju. Ayo bersiap. “ kata Anton.
            “Jika ini pertandingan tinju, mengapa para kerangka itu memakai pedang dan baju besi. “ tanya Andi.
(TING-TING)
            Pertandingan pun dimulai, pertandingan dua lawan seribu antara Andi, Anton dengan ‘Joe Colony’ yaitu nama grup yang para tengkorak buat sendiri. Anton memaksa Andi agar menggunakan bakatnya yaitu AKURASI DEWA saat melempar kartunya. Andi pun memaksa Anton untuk menggunakan bakatnya yaitu memanggil balon udara menuju ke arahnya.
            (Desyak)                      (Desyak)                      (Desyak)                      (DUARR)
            Setelah beberapa saat bertarung, banyak tengkorak yang terbongkar-bongkar seperti mainan bongkar pasang dan membanjiri ruangan itu. Tulisan di papan skor adalah...
Visitors Score
Andi :
Kills : 318
Deaths : 0
Anton :
Kills : 781
Deaths : 0

Skeletons Score
Damage : 180 / 200
Kills : 0
Deaths : 999

                “Sulit sekali bergerak di sini, banjir tulang!” kata Andi.
            “Tenang... aku punya alat yang bisa mengatasi ini, jika aku menemukan ranselku. “ kata Anton.
            “Tapi masalahnya ranselmu tertimbun tulang-belulang. “ kata Andi.
            “Seperti mencari jerami di timbunan jarum. “ kata Anton.
            “Terbalik... pepatahnya... “ kata Andi.
            “Dan untuk menembus tulang-tulang ini membutuhkan alat yang ada di ranselku yang tertimbun tulang. “ kata Anton.
            “Aduh... “ kata Andi.
            Setelah susah payah mencari ransel milik Anton, mereka akhirnya bisa keluar dari piramid dengan memperbaiki lift yang rusak. Tetapi mereka menyadari bahwa Firecrackstone tertinggal di dalam piramid. Mereka pun kembali ke dalam piramid dengan lift dan mencari Firecrackstone di timbunan tulang-belulang. Firecrackstone terlihat lebih gelap daripada awal ditemukannya. Terdapat tulisan ‘Recharging... ‘ di batu itu. Batu itu juga bersuara seperti bom yang akan meledak.
(Tiit tiit tiit)
            “Suara apa itu?” kata Andi.
            “Sepertinya berasal dari batu ini. “ kata Anton.
            “Batu ini ada tulisannya... hmm... recharging... apa maksudnya?” kata Anton.
            “Mungkin itu cooldownnya sebelum meledak lagi. “ kata Andi.
            “Ah... biarkan... lumayan dapet batu keramat... “ kata Anton.
            Mereka segera kembali ke desa, saat mereka melihat kembali kondisi Firecrackstone, warna Firecrackstone berubah menjadi lebih terang. Lebih oranye dan lebih berkilau. Tetapi tulisan ‘Recharging... ‘ masih ada di batu itu. Entah ini batu apa, seperti gabungan dari masa depan dan masa kecil bahagia pada saat bermain petasan. Anton menatap batu itu, Ia pun teringat dengan masa kecilnya...
            “Anton... Anton... dimana kamu nak?”
            “Aku disini bu... “
            “Ngapain nak... makan malam sudah siap... “
            “Lagi membuat tugas proyek, BALON UDARA!”
            “Wah... semoga berhasil dengan tugas proyekmu... nah sekarang ayo makan dulu nak... “
            “Aku datang Emak... “
            Anton  dahulu tinggal di desa pedalaman hutan Ringo. Tidak jauh dari pusat kota Erk. Hutan Ringo adalah hutan terbesar, walau sudah banyak penebangan liar, tetapi luas hutan tersebut masih sangat luas karena pertumbuhan segala tumbuhan dan hewan di sana sangat cepat berkat salah satu dari 5 urbanstone yang banyak dicari orang. Urbanstone ini berjenis Razor. Tidak pernah ada orang yang mampu dan mau mengambil kristal ini. Walau saat itu Anton masih berumur 14 tahun, tetapi Anton sudah diangkat menjadi pembina pramuka (bagi adik kelasnya). Ini pertama kalinya Anton membuat tugas proyek diluar kepramukaan.
            “Makan malamnya apa?”
            “Oseng-oseng. ”
            Karena ini pertama kalinya Anton melakukan tugas proyek diluar kepramukaan, Anton ingin melakukan yang terbaik. Anton membuatnya dari bahan-bahan terbaik dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Hingga kejadian itu... semua usaha Anton terbayar.
            “Hey Anton... Anton... “ kata Andi.
            “Kamu punya tanda-tanda sosok itu?” kata Andi.
            “Hmm... nggak, tapi mungkin sosok itu menuju ke suatu tempat. Bagaimana, kita cari dulu di sekitar sini. “ kata Anton.
            “Ayo!”
            Dan mereka pun mencari dan mencari dan terus mencari. Mulai dari Pulau Entah Berantah sampai piramid yang tadi, Dari jurang terdalam sampai goa terpanjang, dari bawah tempat tidur sampai atap rumah tetangga, dari sarang semut sampai lubang cacing. Mereka masih tidak menemukan sosok itu. Tetapi mereka menemukan aura htam yang merupakan jejak dari sosok itu. Aura itu mengarah ke Erk, tepatnya desa Ringo, kampung halaman Anton...
            Mereka bertekad untuk pergi ke... pedagang es degan untuk membayar hutang sebesar Rp 12. 000,- . lalu mereka segera...
            “Sebentar jangan pergi dulu, bagaimana persiapan kita seperti persenjataan, bekal, dan lainnya?” kata Andi.
            “Santai kalau masalah peralatan... aku punya banyak di ranselku. “ kata Anton.
            “Kalau masalah bekal?” tanya Andi.
            “Bekal... hanya cukup untuk beberapa hari saja sebelum busuk, kamu punya bekal apa?” jawab Anton.
            “Kalau aku... “ Andi menunjukkan apel yang hampir kadaluarsa pemberian Oso.
            “SAY SOMETHING... “ kata Anton sambil menggelengkan kepala.
            “Hmm... Persenjataan?” tanya Andi.
            “Hmm... aku cuma punya kartu remiku. “ kata Andi.
            “Ada tongkatku. “ kata Anton.
            “... “ SETELAH ITU TERJADILAH KIAMAT LALU KIAMATNYA NGGAK JADI.

Chapter III : Forest Darkness...

                Setelah mempersiapkan semuanya, Anton mengucapkan mantra ajaibnya. Balon udara Anton pun datang menjemput. Kali ini Anton bercakap-cakap dengan balonnya supaya mau mengangkut Andi. Akhirnya dengan terpaksa Balon itu mau nggak mau harus menurut. Saat sampai di pinggiran pantai Entah Berantah, mereka melihat beberapa papan tanda. Tanda yang pertama bertuliskan ‘BAHAYA’ dan tanda yang kedua bertuliskan ‘JANGAN TERUSKAN’, sementara tanda yang terakhir bertuliskan ‘YANG BACA GILA’ . mereka langsung berpaling dan memejamkan mata supaya tidak membacanya.
            Tetapi di bawah papan-papan tanda itu terdapat aura yang sama, yaitu aura hitam. Mereka secara serentak berpikir “Pasti sosok hitam itu yang memasang tanda-tanda ini. ”.
            “Baiklah mari kita ikuti arah ini dan jangan pedulikan papan-papan tanda ini. “ kata Anton.
            “Memang kenapa?” kata Andi sambil memejamkan mata.
            “Kamu nggak baca ta, kamu beruntung.” kata Anton.
            Dan mereka melanjutkan perjalanannya menuju Erk. Perjalanan membosankan yang melewati badai yang sama yang menerjang Andi, yang petirnya berserakan, yang anginnya balapan, yang awannya besar-besaran, yang air hujannya jatuh keroyokan, yang topannya nggak pusing-pusing. dan yang ombaknya tabrakan.
            Sangking bosannya, mereka sampai tertidur di dalam balon udara, main kartu di dalam balon udara, pesta minum teh di dalam balon udara, main ular tangga, minum coklat panas, bermain tic-tac-toe, minum es teh panas, main monopoly, main angry bird, minum coklat panas, makan kue buatan nenek, sampai main bad pigiies di dalam balon udara saat badai.
            Dua hari kemudian, badai telah berlalu... Anton mengecek sekitar. Karena kabut, jarak pandang jadi terbatas walau Andi sudah meminjam teropong jarak dekat milik Anton. Sebenarnya itu adalah teropong jarak jauh yang terbalik karena Andi tidak tahu cara memakainya. Andi baru dapat melihat dengan jelas setelah Anton memberitahu cara memakainya.
(GUBRAK)
            Andi tidak dapat melihat dengan jelas kembali. Andi berusaha membalik-balik dan memutar-putar teropong itu tetapi jarak pandang masih seperti ditutupi penghalang yang besar. Andi merasakan balon udara tidak bergerak lagi. Tanpa teropong Ia hanya dapat melihat daun dan kayu raksasa dimana-mana.
            “Dimana ini. Anton, Kamu sedang apa?” tanya Andi.
            “Huh... buat pijakan biar bisa turun, lho kok masih dipakai, udah lepas aja teropongnya, jangan dipakai terus. “ kata Anton.
            “Memang seberapa tinggi?” tanya Andi.
            “Lihat aja sendiri.” jawab Anton.
            Andi langsung merinding saat mengetahui ketinggian dari pohon raksasa ini. Anton kembali melanjutkan mengukir pohon hingga berbentuk pijakan dengan pisaunya. kata Anton, pohon tempat balon udara ini tersangkut adalah pohon terkecil jika dibandingkan dengan ukuran rata-rata pohon-pohon di sini. Sangking kecilnya, sampai-sampai meteran ukuran 2 kilometer yang ditarik dari pucuk hanya akan sampai sepertiganya dari ukuran pohon itu.
            “Nggak terlalu tinggi, tadi kita cuman terbang rendah 6 kilometer aja. Makanya kecantol pohon. “ jawab Anton.
             “enam kilometer itu tinggi!” kata Andi.
            “Kalau disini termasuk pendek. “ kata Anton sambil mengukir kulit kayu.
            “Memangnya dimana ini?” tanya Andi.
            “Erk. “ kata Anton.
            “Erk bagian mana, kok nggak pernah dengar?” tanya Andi sambil mendirikan tenda.
            “Hutan hujan terbesar, hutan Ringo. “ jawab Anton sambil mendirikan tenda.
            Hutan Ringo adalah hutan hujan terbesar yang berada di benua Erk. Gedung-gedung tinggi hanya seukuran rumput yang liar tumbuh di sini. Dibutuhkan kemampuan parkour tinggi untuk dapat bertahan di hutan ini. Saat pagi hari, suasana sangat segar karena ukuran daunnya sangat besar. Pohon-pohon yang tumbuh di hutan ini bukanlah pohon biasa, pohon-pohon ini dapat tumbuh dan berkembang biak dalam satu malam. Kebanyakan pohon di sini berumur panjang. Pohon-pohon di sini memproduksi oksigen dengan cepat dan tidak membutuhkan karbon dioksida. Oleh karena itu, kota terbesar ada tidak jauh dari hutan Ringo.
            “NGOMONG DONG!”
            “BILANG DONG!”
            “Ooh, kamu sudah tahu daerah sini?” tanya Andi.
            “Tahulah, aku kan pengembara, kecantol gini sudah biasa. “ jawab Anton.
            Setelah mengukir pijakan, Anton dan Andi dengan GANBATTE! berusaha melepas balon udara supaya balon tidak tersangkut lagi. Beberapa hari kemudian, balon dapat dilepaskan setelah menggundul setengah dari salah satu daun di pohon itu. Setelah itu, mereka melipat tenda mereka masing-masing. Anton berpikir...
            “Sudah lama aku nggak ke kampung halaman, Andi ajak nggak ya... ajak nggak ya?”
            “Ajak lah!” kata Andi.
            “Lho, kamu dengar?” tanya Anton.
            “Dengar apa. Ah sudahlah. Ajaklah salah satu peliharaanmu ikut mengembara... “ kata Andi.
            Tiba-tiba, terdapat suara yang memanggil Anton. Anton mengenali suara itu, Ia pun mengucapkan hmm... semacam sandi. Lalu, banyak anak kecil berumuran sekitar sepuluh tahun berseragam pramuka lengkap turun dari pohon dengan lincahnya sambil menyapa Anton.
            “Kak Anton... !!!” ucap mereka secara serentak.
            “Hai, bagaimana kabarnya setelah aku meninggalkan kalian?” tanya Anton.
            “BAIK SIAP SIAP YESS. “ ucap mereka secara serentak.
            “Anton terkenal juga ya... “ Gumam Andi.
            Tiba-tiba, Andi merasa aneh. Andi menengok kebelakang karena merasa ada sosok yang berkali-kali lewat di belakangnya. Tetapi tidak ada siapa-siapa. Lalu Andi menengok ke semak-semak yang letaknya agak jauh dari kerumunan murid Anton, semak itu bergerak-gerak menyimpan misteri. Lalu keluar seekor monyet dari semak-semak itu. Andi pun merasa lega. Tetapi saat Andi menengok ke depan lagi, sosok bayangan hitam itu telah berdiri tegak tepat didepan Andi. Lalu menghilang bersama Firecrackstone yang dibawa Anton. Mengagetkan Andi. Anton dan murid-muridnya karena suaranya yang mengerikan.
            “AAAAA!!!” Suara teriakan Andi.
            “Hah, ada apa. Regu elang, ikut saya!” kata Anton.
            “Siap!” ucap regu elang secara serentak.
            Andi sudah ditemukan terbujur kaku dengan aura-aura hitam yang menyegelnya. Anton baru menyadari bahwa itu aura yang sama. Anton juga menyadari Firecrackstone yang Ia bawa hilang. Aura-aura itu membentuk kalimat yang berbunyi... ‘JIK* DALAM 2 H*RI URB*NSTONE:RAZOR B***M DISERAHKAN, MAK* T*MANMU AK** KAKU KAYAK TIANG *ATU SELAM*NYA... ’
            “Hei ada tulisan... mmm... bacanya... klo dlm 2 days batu or dereng ing, then your friend will mmm... nggak jelas nih tulisannya. “ kata salah satu murid Anton.
            “Mana, oh dalam 2 hari, santai masih lama... “ kata Anton sambil membaca tulisan itu.
            “Kak, memang siapa dia?” tanya salah satu murid Anton.
            “Dia temanku, teman baruku. “ jawab Anton.
            “Saat aku pergi ke E-Shard, aku melihat dia terdampar... “ kata Anton.
            “Kak, memangnya dimana tempatnya Razor. Razor itu siapa?” tanya salah satu murid Anton.
            “Baiklah, 2 hari kan. Murid-murid, bersiap!” kata Anton.
            “Siap!” ucap murid Anton secara serentak.
            “Mmm... mmm... “ Andi ingin memperingatkan mereka karena merasa ada yang janggal.  Tetapi tidak bisa karena tubuhnya kaku. Hanya matanya saja yang sanggup bergerak. Anton hanya dapat mendelik nggak jelas kekanan dan kekiri.
            Rombongan Anton dengan mudahnya menuruti ancaman itu. Mereka pun langsung bablas menuju candi zaman prasejarah tempat Razor disimpan. Karena Razor membuat seluruh hewan dan tanaman tumbuh dan berkembang biak dengan cepat, jadi makhluk penjaganya pun tumbuh dan berkembang biak dengan cepat.
            Rombongan Anton pergi ke candi antik itu dengan menyanyikan yel-yel kebanggaan mereka. Menurut legenda, candi itu telah banyak menelan korban yang juga ingin mengambil Razor. Tetapi itu tidak membuat Anton dan rombongannya gelisah sedikitpun, karena mereka tidak mengetahui tentang ini.
            Mereka terus berputar-putar sambil terus menyanyikan yel-yel mereka. Saat salah satu murid Anton bertanya ‘Kemana kita akan pergi’. Anton langsung berjalan terbalik. Para murid terus mengikuti Anton tanpa mengetahui tujuannya.
            Andi melihat mereka berjalan mundur melewatinya. Mereka terus berjalan mundur memasuki rumah sakit jiwa dan keluar lewat pintu belakang. Memasuki warkop, melewati atap rumah, sampai panti jompo. Bisa dibayangkan bagaimana ekspresi orang-orang yang melihat mereka bejalan mundur.
            Mereka terus berjalan mundur sampai memasuki sebuah perpustakaan di pusat kota Erk. Lalu Anton berhenti bejalan mundur. Anton mulai mencari dan mencari buku berisi informasi tentang candi itu. Setelah selesai membaca, Anton ingin meminjam buku itu. Anton baru ingat bahwa Ia lupa membawa kartu tanda anggota perpustakaan. Lalu Ia pun kembali ke desa Ringo dan kembali lagi ke kota Erk. Menunjukkan kartu tanda anggota perpustakaan. Lalu meminjamnya, menunjukkannya kepada Andi, lalu berangkat dengan persiapan setengah matang.
            Seperti saat sebelumnya, mereka selalu menyanyikan yel-yel kebanggaan mereka. Berjalan menuju candi antik prasejarah bernuansa mengerikan dengan melewati tanah hutan Ringo yang sedikit becek. Dinaungi daun-daun raksasa yang rindang, udara yang hampir seluruhnya adalah oksigen karena produksi oksigen sangat cepat.
            “Kak, disini tertulis... kekuatan senjata minimal harus seperti golok.” kata salah satu murid Anton.
            “Tongkatmu kan sudah kayak sabit yang biasa digunakan grim reaper itu. Coba pakai jaket.” kata Anton.
            “Nah... kayak grim reaper sekarang, keren.” kata Anton.
            “Ehm... kak, tapi... “kata murid Anton yang tadi diberi jaket.
            “Dah... keren kok... “ kata Anton.
            “Tapi saya disini.” kata murid Anton yang tadi diberi jaket.
            Mereka pun membuka tudung kepalanya dan menyadari bahwa itu adalah grim reaper sungguhan. Para murid berlari kocar-kacir, Anton tiba-tiba berlari sangat cepat melebihi kecepatan MotoGP yang lagi mogok.
            “Apa-apaan tuh orang, udah enak-enak dipuji keren kok malah lari.” kata Grim Reaper.
            Mereka semua lari terbirit-birit sampai saling tubrukan, saling kaget sendiri, dan lari lagi. Grim reaper melihat mereka lari gak jelas padahal Ia cuman pingin selfie bareng mumpung dikatain keren.
            Salah satu murid menabrak sang grim reaper dan mendorongnya jatuh tepat sebelum grim reaper itu pergi menghilang. Karena terdorong, sabit milik grim reaper itu terjatuh ke tangan murid Anton yang berjaket hitam hasil pemberian Anton.
            “HOREEE AKU PUNYA SABIT SUNGGUHAN!” kata murid Anton yang tadi diberi jaket hitam.
            “Baiklah, kita punya waktu sebelum grim reaper tadi menyadarinya.”
            (Di tempat grim reaper) grim reaper tadi menyadarinya, tetapi Ia membiarkannya. Ia lalu membuka sebuah lemari yang penuh dengan sabit. Dan Ia mengambil salah satunya sebagai penggantinya.
            Mereka pun melanjutkan perjalanan dengan sabit baru. Tetapi menurut buku yang Anton pinjam, candinya terletak di tempat Anton berdiri, tetapi Anton tidak menemukan candi itu. Mereka berputar-putar mencari tanpa menengok keatas. Saat mereka menyerah, mereka beristirahat dengan mendirikan tenda, dan menengok keatas. Candi itu ternyata ada diatas mereka. Mereka pun memikirkan cara agar dapat naik keatas. 
            Mereka mencoba berbagai cara mulai dari memanjat pohon sampai menyusun properti perpustakaan. Memanjat pohon tidak berhasil. Menyusun properti perpustakaan seperti buku, bola globe, rak buku, kursi, dan meja berhasil seimbang disusun dan dipanjat. Anton yang memanjat pertama kali. Anton juga yang membuka pintu yang bertuliskan ‘spin to open’.
            Didalam candi itu, terdapat gerbang masuk dengan loket untuk membeli tiket bertuliskan ‘Welcome to Ancient Temple have fun!’. Anton pun membeli tiket dan masuk lebih dalam. Pertama, mereka naik roller coaster. Lalu masuk ke haunted house, lalu yang terakhir mereka naik wahana octopus.
            Saat akan melewati pintu keluar, mereka dihadang beberapa tanaman hidup, tanaman obat atau TOGA, dan beberapa tanaman hias. Semua berjalan tenang sampai saat rombongan Anton dan murid-muridnya akan turun ke permukaan. Mereka tidak menemukan benda-benda yang mereka susun seimbang. Mereka juga kaget karena tidak melihat permukaan tanah, bumi, dan langit. semuanya gelap...
            Anton mulai panik, Anton kembali ke tempat loket. Orang yang tadinya menjual tiket padanya sudah menjadi tulang-belulang yang tua. Semua wahana juga terlihat tua dan rapuh. Jaring laba-laba banyak ditemukan di pojok-pojok ruangan yang awalnya terlihat baru dan bersih. Anton lalu berpikir...
            “Mengapa aku tidak mengetahui tentang ini, padahal aku yang pertama kali membuat peta dunia, keliling dunia berkali-kali. Tetapi, mengapa?”
            Mereka berkeliling untuk mencari celah keluar. Mereka memanfaatkan segala yang ada untuk dapat keluar. Semuanya menjadi berwarna hitam putih. Apakah mereka bisa keluar, kita ketahui setelah pesan-pesan berikut ini...
            “****** **** *** *****” ***** ****.
            Baiklah kembali lagi di Stadion Gila, disponsori oleh ****. Andi yang terbaring di tengah hutan hanya diam melihat hewan-hewan buas memperhatikannya. Tentu saja Andi merasa merinding. Anton sedang berkeliling candi sambil memakan popcorn. Para murid Anton masing-masing mempunyai popcorn mereka sendiri-sendiri.
            Hewan yang mengelilingi Andi makin banyak. Liur yang keluar dari mulut hewan-hewan itu pun mengalir seperti sungai yang bisa digunakan sebagai wahana arung jeram. Anton masih bingung mencari jalan keluar. Sampai Ia melihat tanda bertuliskan Lv.01.
            “Level satu, apakah kita sedang diuji?” Tanya salah satu murid Anton.
            Tiba-tiba muncul tampilan hologram dari hantu bertopeng. Hantu itu memberitahukan semua cara dan tips untuk dapat melewati level satu.
            “Ruang pertama, naik kedalam kereta tambang yang tujuannya sudah diatur sedemikian rupa.”
            Mereka pun mengikuti petunjuk dari hantu itu, walau sedikit merinding. Anton naik gerbong ke-2. Kereta sedikit demi sedikit menambah kecepatannya. Lalu sebuah senjata jatuh dari atas ketangan murid berjaket hitam.
            “Tarik tuas untuk mengerem. Tembak beberapa musuh yang akan muncul menggunakan senjata itu... *!^#)*$!&)$@&#!)@ (hantu itu rusak karena ditembak oleh murid berjaket hitam).”
            Semuanya memandangi murid dengan jaket hitam itu dengan tatapan yang tidak mengenakkan.
            “Apa?” Kata murid berjaket hitam.
            Hantu itu telah rusak. Mereka menyusuri tantangan ini tanpa petunjuk. Beberapa robot monster muncul dari kanan dan kiri siap menyerang mereka. Skor terus berambah seiring jumlah musuh yang dikalahkan. Tiba-tiba kereta berhenti dan menyuruh rombongan Anton untuk keluar dari kereta. Anton menemukan sebuah peti mati berisi persediaan termasuk senjata. Mereka mengambil seluruhnya termasuk tulang belulang orang yang meninggal disini berabad-abad lalu.
            Sementara Anton dan murid-muridnya berusaha mencari Razor dan keluar dari sana. Andi bermimpi tentang suara-suara aneh...
            Jika semua Urbanstone... 7707 Its A Trap... Digabungkan, bersatu kita teguh bercerai kita kawin lagi... A complete power of ALL URBANSTONE... Kekuatan terhebat berada pada... menghasilkan senjata terkuat, sapu lidi EMAK. Saat kau menggabungkan semua URBANSTONE, itu bukan yang pertama kalinya... dapat digunakan untuk melawan yang jahat.
            Pernah melihat adikmu yang nakal ini... kak Anton?
            “Hah hah hah... “ Andi langsung terbangun dari mimpinya. Andi sudah tidak kaku lagi dan Ia berada di rumahnya. Andi melihat keluar jendela, perang masih berlangsung. Andi berusaha menenangkan diri dan memahami maksud dari mimpinya itu. Andi segera membuka pintu untuk menuju ke stadion. Tetapi Ia tidak bisa memegang gagang pintu. Gagang pintu hanya menembus tangannya. Andi menyadari bahwa jiwanya telah terpisah dari tubuhnya...
            “APA, jadi dimana tubuhku?” Kata Andi sambil terbang menjelajahi Erk. Andi berkunjung ke stadion. Andi melihat bosnya marah-marah dengan bahasa pedalaman papua. Andi lalu mencari Anton tetapi tidak menemukan Anton dimana-mana. Andi juga melihat tubuhnya sendiri terbujur kaku dan masih ditengah hutan dengan hewan-hewan buas mengerubungi.
            “Dimana Anton, aku tidak bisa memegang apapun. Aku juga tidak bisa masuk kembali kedalam tubuhku. Tolong aku!” Kata Andi.
            “Percuma saja, tidak ada*8**72 orang lain yang*023** akan mendengarmu.” Kata Kevin.
            “Hah siapa disana?” Tanya Andi.
            “Maaf telah*1462*** melibatkanmu di masalah keluarga ini. Maaf*81*299* juga saat itu aku tidak**180* memperkenalkan diri.” Kata Kevin.
            Andi melihat sosok bayangan hitam yang sama dengan saat itu. Dengan mulut tersenyum lebar dan mata berkobar muncul dari balik bayang-bayang. Sosok itu menatap Andi.
            “Namaku Kevin... **219*“ Kata Kevin dengan senyum lebarnya.
            “K-K-KAU... !!!” Andi merinding. Tiba-tiba aura-aura hitam milik Kevin menutupi seluruh langit Erk dan membuat seluruh Erk menjadi gelap gulita. Para penduduk menganggapnya sebagai mendung.
            “Biar*24** aku jelaskan sedikit. Dua dari lima URBANSTONE **256*ada di genggamanku. Dan karena kamu berwujud jiwa, maka*19*5 kamu tidak dapat mengambilnya dariku.” Kata Kevin.
            Anton sedang menyelesaikan tantangan kelima, dimana terjadi peperangan antara robot mainan Anton dengan robot mainan milik seorang tak dikenal yang menantangnya bermain. Pertarungan itu berlangsung sangat sengit.
http://membacafilem.files.wordpress.com/2011/10/real-steel-2.jpg
            Pemenangnya belum diketahui karena setiap ada yang kalah langsung respawn untuk bertanding lagi. Anton dan orang tak dikenal itu terus bertanding. Murid-murid Anton tertidur dibelakang Anton.
            “M-Masalah keluarga?” tanya Andi.
            “*20*7Bukan urusanmu*913” jawab Kevin.
            “A-Apa yang kau mau dariku?” tanya Andi.
            “*0213Bukan apa-apa**193 hanya sebagai tumbal*1683**” jawab Kevin.
http://www.signsofthezombieapocalypse.com/wp-content/uploads/signsofthezombieapocalypse_wpid-signsofthezombieapocalypse_238bfdcfe535e992828d384e2a289179.jpg            Andi pasrah dengan keadaan, sementara Anton sedang menempuh tantangan keenam. Kevin membangkitkan arwah-arwah para penjahat dari kelas teri sampai kelas gurami. Tetapi Kevin hanya mampu membangkitkan tubuhnya saja, sehingga terlihat seperti mayat hidup.
Tidak seperti makhluk-makhluk aneh yang ditemui Andi dan Anton sebelumnya, kali ini benar-benar mengerikan. Mayat-mayat tiba-tiba muncul satu per satu dari tanah. Yang keluar pertama kali adalah tangan, ada yang pantatnya terlebih dahulu, ada yang kepalanya, kakinya, bahkan ‘anu’nya yang duluan keluar.
            Andi hanya melihat Anton dan murid-muridnya berlari kocar-kacir. Tetapi salah satu murid Anton memakai sabitnya untuk melawan.
            “Panen panen panen kepala la la la... ” kata murid berjaket hitam sambil bernyanyi riang gembira.
            Kepala-kepala berjatuhan. Sudah bertumpuk-tumpuk mayat hidup yang mati, tetapi para mayat hidup masih saja berkeluaran dari dalam tanah.
            Tempat itu semakin sempit. Anton dan murid-muridnya terpojok di sudut candi. Salah satu murid Anton masih mengayunkan sabit untuk mempertahankan diri. Sekali ayun, tiga kepala jatuh. Mayat-mayat hidup yang sudah pernah mati itu semakin memojokkan Anton dan murid-muridnya. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk bertahan.
            Murid Anton yang berjaket putih melawan para mayat hidup itu dengan gaya seperti bruce lee. Karate dan kung fu digabungkan. Dan jadilah mayat-mayat hidup itu satu per satu berlontaran.
            Anton memutuskan untuk melompat. Anton pun mengambil beberapa mayat hidup dan menyuruh semua muridnya untuk mengambil satu mayat hidup per orang. Anton memerintahkan untuk terjun dengan mayat hidup sebagai alas supaya saat mendarat, luka bisa diminimalis.
            “Grrrr... kenapa *219***kakakku bisa **153**lolos!” tanya Kevin.
            “hhelahjjsdwwwnadipfihsaifdvwd” jawab salah satu mayat hidup.
            “Ooh jadi begitu**156**Ternyata pintar juga mereka *032**. Tapi tidak masalah, *1836**mereka tidak tahu mereka ada dimana... hahaha*403**!” kata Kevin dengan licik. 
            “Hei aku mendengarnya!” kata Andi.
            “??*190**Oh maaf, lupakan saja yang tadi*938*” kata Kevin.
            “Lain kali pelan-pelan saja ngomongnya.” kata Andi.

Chapter IV : ???...

            Setelah beberapa jam terjun, Anton dan murid-muridnya membersihkan sepatu mereka dari bekas darah dari mayat hidup dari candi prasejarah itu. Lalu, Anton menyadari sesuatu.
            “Dimana lagi ini?” tanya salah satu murid Anton.
            “P-Pulau i-ini... “ gumam Anton.
            Anton baru saja menyadari sesuatu. Anton terlihat senang sekaligus panik. Murid-murid Anton memperhatikan Anton. Tidak semua murid berkumpul. Murid yang lainnya terjatuh di tempat yang berbeda.
            “Haha hahaha! Selesai juga akhirnya. AKHIRNYA SELESAI!!!” kata Anton bergembira.
            “Apa yang selesai?” tanya salah satu murid Anton.
            “Ini lho ini hahaha!!!” jawab Anton.
            “Apa itu?”
            “Ooh itu... aku nggak mengerti.”
            “Kertasnya terbalik” (membalik kertas)
            “WAH!!!” kata murid-murid Anton kagum.
             Mereka memandangi sebuah kertas yang telah diwarnai menggunakan spidol, cat, dan krayon. Sebuah peta dunia dengan kualitas gambar anak TK berhasil dibuat oleh Anton. Anton menggambar duri-duri raksasa nan tajam di pulau yang tidak berpenghuni itu karena saat terjun, yang pertama menyambut rombongan Anton adalah batu-batu yang meruncing.
            Tetapi mereka selamat karena mayat hidup yang mereka jadikan alas melindungi mereka dan menjadikan sepatu mereka berbau daging busuk. Sementara itu, murid Anton yang lainnya sedang mencari jalan menuju ke tempat Anton, menuju ke arah kembang api yang sebenarnya adalah jebakan.
            Anton juga melihat kembang api. Anton pikir itu adalah salah satu muridnya yang meminta pertolongan. Anton pun pergi menuju kembang api itu dengan ditemani beberapa muridnya. Mereka memanjat naik ke puncak batu runcing menggunakan tali yang dilempar dan diikat diatasnya. Berayun-ayun seperti sapiderman, dan melihat-lihat sekitar.
            Anton hampir sampai ke lokasi kembang api berada dengan berayun-ayun di ujung tanduk raksasa yang terbuat dari batu.
            “Itu dia kembang apinya!” kata Anton.
            Pada saat bersamaan Anton menyadari bahwa itu adalah jebakan. Anton juga melihat murid-muridnya yang di permukaan sedang menuju ke ‘jebakan’ itu. Segera Anton memperingatkan mereka satu per satu. Sayang sekali, semua berhasil diselamatkan.
            Benda yang mengeluarkan kembang api itu adalah Firecrackstone sendiri, oleh karena itu Anton curiga.
            “*10**Hah! Sudah pasti dia menyadarinya*103*” kata Kevin.
            “Hei keluarkan aku dari sini! Hadeh... “ kata Andi dari balik jeruji tembaga dengan aliran listrik.
            “*102*Ternyata tidak mudah ya... *301*” kata Kevin.
            “Hei ayolah, bagaimana kalau tubuhku kebelet pipis dan ngompol bagaimana?” tanya Andi.
            “*1*23Udah DIAM KAU!” bentak Kevin sambil mengeluarkan tentakelnya dan mengikat Andi dengan tentakel hitamnya itu.
            “AAGH UGH tapi aku benar-benar harus kesana. Kebelet nih... ” kata Andi.
            Sementara itu, para mayat hidup tergoda melihat sebuah kota dengan penuh otak segar, kota Erk. Mereka pun berjatuhan dan membentuk jembatan yang tinggi dan panjang tersusun dari mayat-mayat hidup yang sudah mati. Jembatan menjijikkan itu terus bertambah panjang dan panjang. Pelan namun pasti menuju ke arah Erk.
            Anton segera memastikan bahwa itu Firecrackstone asli. Beberapa saat kemudian Firecrackstone berwarna gelap lagi dan bertuliskan ‘Recharging...’. Saat itu Anton berpikir bahwa suasana sudah aman. Anton pun memegang dan menyimpannya di tas miliknya.
            Murid-murid Anton berkumpul untuk melihat batu apa itu. Anton langsung menunjukkannya.
            “Ini namanya Firecrackstone, ditemukan di sebuah piramid penuh bahaya. Bisa mengeluarkan kembang api. “ kata Anton.
            Tanpa sepengetahuan mereka, Kevin menyadari bahwa mereka telah berdiri tepat diatas jebakan. Langsung saja Kevin menekan tuas yang dipergunakan untuk membuat secangkir kopi.
            “Andi, *132*kamu mau?*030**” tanya Kevin.
            “Nggak terima kasih... huh... hampir saja. ” kata Andi.
            “Hampir apa?” kata Kevin sambil menekan tombol bertuliskan ‘Activate Pitfall’.
            Andi dan murid-muridnya pun terjatuh kedalam lubang jebakan itu. Tetapi mereka selamat karena di dasar lubang ada sebuah kolam yang tak terawat dan cukup dalam untuk menahan laju terjatuhnya Anton dan rombongannya. Di dasar lubang juga terdapat pintu yang menuju ke sebuah lab yang sudah ditinggalkan. Di sana, mereka menemukan...
1.      Tongkat baseball
2.      Shotgun
3.      Gergaji mesin
4.      Semprotan racun
5.      Minigun
            Sementara itu, kota Erk sedang diserbu para mayat hidup yang berhasil membuat jembatan dan melewati samudra. Ribuan tentara dikerahkan untuk melawan mayat-mayat hidup itu. Alhasil terjadilah perang.
            “Hahahaha**219* aduh... sakit perutku*193**” kata Kevin.
            “Tertawa jangan terlalu keras. Tolonglah lepaskan saya. “ kata Andi.
            “Baiklah **1029** hahaha... “ kata Kevin sambil melepaskan seluruh tentakelnya yang membelenggu Andi.
            “Erk ke arah mana?” tanya Andi.
            “**201**Ke arah sana.” Jawab Kevin. 
            Andi pun menuju ke arah yang dituju. Sesampainya di Erk, Andi melihat kekacauan dimana-mana. Susasananya sangat sepi dan hampir tidak ada orang. Tentakel Kevin masih menutupi langit Erk. Mayat-mayat berserakan. Awan hitam tanpa hujan menaungi Erk. Kota Erk terlihat seperti telah terkena bom atom.
            Stadion Gila adalah satu-satunya tempat yang terlihat baik-baik saja. Hanya seperti dicat ulang menjadi berwarna merah.
 
            Andi mencari tahu apa yang terjadi. Tidak ada sesuatu pun yang bergerak, bahkan angin tidak berhembus. Benar-benar sepi. Andi mencari-cari orang yang selamat. Tetapi yang Ia temukan bukanlah orang, tetapi mantan orang (mayat hidup). Mengagetkan Andi dengan mukanya yang setengah hancur dengan mulut penuh peluru.
            “Sepertinya aku pernah melihatmu... “ kata Andi.
            “HKadfbw,kandliwnanldawinlsandksadfeiws(Siapa yang bilang tadi, ada suaranya kok nggak ada orangnya?)”
            “Ooh ya aku ingat bahwa ini zombie, bukan mayat hidup. “ kata Andi.
            “Sahdflewndgfaihfewbkahsdwbnoaifhowh!!!!!!!!(Siapa lagi itu, hiii lari ah.....)”
            Andi masih berwujud jiwa, maka Andi harus segera kembali ke tubuhnya. Andi menuju desa Ringo dan menemukan uang koin Rp 100 yang tergeletak di jalan. Sayang sekali Andi tidak dapat mengambilnya. HARAM. Tubuh Andi masih berada di tengah hutan. Tubuh Andi sudah tidak kaku lagi dan tidak beraura hitam lagi. Tetapi tubuh Andi berlumut dengan sarang burung di atas kepalanya.
            Andi pun masuk ke tubuhnya lagi berdasarkan instruksi dari buku berjudul ‘How To Enter A Body’ yang Ia temukan terbuka di perpustakaan Erk. Kartu tanda perpustakaan milik Anton masih tergeletak di meja perpustakaan yang sudah tak berpenghuni itu.
            Desa Ringo tidak tersentuh invasi mayat hidup. Saat Andi telah masuk ke tubuhnya lagi, Andi langsung pergi ke kamar mandi terdekat untuk membersihkan semua lumut, tanah, dan sarang burung dari tubuhnya.
            Setelah itu Andi memutuskan untuk berjalan-jalan menuju desa Ringo sambil menikmati udara segar. Saat Andi sampai disana, Andi melihat tempat dibangunnya rumah-rumah itu bukanlah di permukaan tanah. Rumah-rumah itu tergantung di pohon-pohon yang dibonsai. Hanya beberapa pos dan tenda yang didirikan di permukaan tanah.
            Anton masih bermain paintball bersama murid-muridnya. Paintball ini disediakan di lab dengan alat-alat aneh lainnya. Skor mereka terus bertambah. Tetapi karena paintball gun hanya satu, maka mereka bergantian bermainnya. Murid berjaket hitam dan murid berjaket putih terus bersaing.
http://www.artwallpaperhi.com/thumbnails/detail/20121017/multicolor%20paint%20black%20background%20splashes%201920x1080%20wallpaper_www.artwallpaperhi.com_3.jpg
            Andi melewati gerbang desa dan disambut penduduk desa dengan hangat. Penduduknya ramah-ramah. Andi disambut kepala desa Ringo sendiri.  
            Mereka berbincang-bincang sebentar tentang keadaan Anton saat ini. Kades menceritakan bahwa Anton sudah biasa untuk kondisi seperti itu. Bahkan malah banyak sekali situasi yang lebih buruk dan berhasil ditangani Anton.
            “Anton tansah musna nang endi wae, nanging ing pungkasan temtunipun bali. “ ngandika Kades.
            “Hmm... aku tidak mengerti. Bisakah anda menceritakan tentang Anton dan masa lalunya?“ kata Andi.
            “Secret... “ ngandika Kades.
            Kepala Desa selalu merahasiakan tentang Anton. Kisah masa lalunya yang kelam sudah dilarang untuk diceritakan. Ceritanya seperti ini...
            Anton dan Kevin mempunyai ibu kandung yang sama, ibunya Anton dan Kevin terkenal sebagai orang yang paling galak kepada orang diluar keluarganya sendiri. Karena sapu lidi yang selalu digunakannya terbuat dari...
            “Menengo, kok malah ngomong sing rahasia. Pokoke shht... “ ngandika Kades.
            “Ada apa?” tanya Andi.
            “Ora, mboten. “ ngandika Kades.
            Sementara itu, Anton sedang berlompat-lompat di trampolin raksasa. Murid-muridnya menghitung kecepatan (v), percepatan gravitasi (g), dan jumlah rambut masing-masing.
            Desa Ringo memang belum tersentuh para mayat hidup. Tetapi salah satu mata-mata dari pemimpin dari mayat hidup itu mengetahui posisi desa Ringo. Mata-mata itu menyamar sebagai orang biasa, sebelum dihadiahi lemparan kapak.
            Tiba-tiba, Anton teringat akan misinya untuk mengambil Razor. Anton lalu menasehati murid-muridnya akan misi mereka.
            “Kalian ini, misi kalian belum selesai dan kalian sudah bermain di lab ini. Itu tidak patut dilakukan. “ kata Anton.
            “Bukankah kak Anton yang melakukannya... ” protes para murid Anton.
            “Eh... mmm... hehe. Ya aku yang melakukannya. TAPI kita harus menemukan cara untuk keluar dari sini. “ kata Anton.
            “Tapi, kita sudah pergi jauh dari pintu masuk. “ kata salah satu murid Anton.
            “Ya kita kembali ke pintu masuk, lalu kita mendaki ke atas dengan tali, lalu kita membuat rakit untuk kembali ke Erk, lalu tidur di tenda yang nyaman. “ kata Anton.
            “SIAP!” jawab para murid Anton dengan serentak.
            “Walaupun kalian berusaha keluar, **130*tapi tidak semudah itu kalian keluar dari *024*laboratorium ini HUAHAHA!” kata Kevin.
            Laboratorium itu dilengkapi sistem yang memungkinkan ruangan-ruangannya berpindah tempat dan berganti gravitasi. Setiap pintu ruangan bisa terhubung dengan ruangan mana saja. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan persenjataan otomatis lengkap, dinding besi yang tebal, CCTV, dan mesin pembuat kopi gratis.
            Anton dan murid-muridnya harus melalui setiap tantangan dan teka-teki yang ada pada setiap ruangan. Karena laboratorium itu berada di wilayah medan magnet yang kuat, maka kompas menjadi tidak berguna. Salah satu teka-tekinya adalah menjawab soal ulangan dengan benar. Anton sangat kebingungan, sementara murid-muridnya menjawab soal dengan santai-santai saja.
            Para mayat hidup mulai menyusun rencana untuk menginvasi desa Ringo. Para penduduk di desa Ringo berusaha sekuat tenaga untuk bertahan. Anton saat itu berada di puncak pohon. Melempari berlembar-lembar kertas bekas yang sudah disobek-sobek menjadi potongan-potongan kecil yang diambil dari gerobak seorang pemulung. Kertas-kertas itu dilempar dengan kecepatan tinggi mengarah tepat ke arah para mayat hidup. Sekali lempar, tiga kertas memotong sembilan kepala mayat hidup tepat di lehernya. Walau itu semua adalah kertas bekas, jika digabungkan dengan kemampuan Andi yang dapat melempar benda dengan tepat. Maka, tepat juga kenanya. Andi memperhitungkan kecepatan angin, kekuatan lemparan, massa, luas, volume benda yang akan dilempar, dan percepatan gravitasi untuk melempar sesuatu dengan tepat.
            “Tarerarera!”
            “Muga-muga Anton ing kene saiki kanggo nulung kita kabeh. “ ngandika Kades.
            Seakan-akan kata-kata sang kepala desa dikabulkan, Anton bersama murid-muridnya tiba-tiba datang dengan balon udaranya, lalu mereka tersangkut di pohon. Para mayat hidup telah mengepung seluruh Erk. Andi mulai kehabisan kertas. Saat itulah Anton dan para muridnya terjun langsung dari puncak pohon tempat balonnya tersangkut. Menekan jumlah mayat hidup dengan senjata dan alat-alat yang diambil secara ilegal dari lab.
            “TEMBAK!!!”
(DUARRR)
            “SERANG!!!”
            “Panen panen panen kepala la la la...
            Murid dengan jaket hitam dan murid dengan jaket putih terus bersaing untuk mendapatkan ‘Kills’ terbanyak. Murid berjaket hitam melawan dengan sabit mematikan milik grim reaper. Murid berjaket putih menggunakan karate dan kung funya dengan kecepatan tinggi. Murid berjaket hitam mencetak 3 Kills dalam 2 detik. Murid berjaket putih mencetak 1 Kills dalam 0.66 detik.
            Beberapa saat kemudian, Andi menemukan kertas lebih banyak. Tetapi, para mayat hidup itu sudah terbaring kaku. Beberapa dari mayat-mayat hidup itu ada yang melarikan diri. Ada yang tubuhnya penuh warna paintball. Ada yang matanya tertusuk tongkat. Ada yang wajah dan tubuhnya hancur membentuk seperti kepalan tangan. Dan ada tumpukan kepala.
            “Yah... sudah selesai. “ kesal Andi.
            “Memangnya kamu mau lagi?” tanya Anton.
            “Nggak sih, seru aja. “ jawab Andi.
            Saat itu, Kevin baru saja menyelesaikan membuat jebakan. Kevin pun mencari Anton. Tetapi dilihatnya Anton sudah hilang dari lab itu. Kevin melihat tali yang digunakan Anton untuk memanjat naik.
            “**!*#()$*!30***KAK***ANTOOOOOOOOOOON!!!**@$)82304*)*@!” kesal Kevin.
            Kevin pergi ke desa Ringo untuk mencari Anton. Saat dalam perjalanan, Kevin melihat kekacauan di kota Erk. Kevin menyadari bahwa ini akibat dari keterlambatnya dalam menekan tombol off pada mesin pembuat mayat hidup. Lalu Kevin mematikan mesin itu dan kembali melanjutkan perjalanan menuju desa Ringo, kampung halamannya.
            Pada saat yang sama, Anton menyadari bahwa Ia belum berhasil membawa Razor. Anton pun pergi ke candi prasejarah itu lagi untuk mencari Razor. Andi masih tidak ingin kembali ke stadion. Andi pun meminta izin untuk tinggal sementara disini. Lalu Kades memandunya menuju rumah Anton.
            “Betul tidak apa-apa saya tinggal disini?” tanya Andi.
            “Rapopo. “ ngandika Kades.
            Andi berkeliling rumah dan menemukan sebuah kuburan di belakang rumah. Andi merasa ngeri sekaligus penasaran. Disebelah batu nisan yang ukirannya sudah tidak jelas lagi itu terdapat sebuah sapu lidi. Andi berpikir bahwa ini bisa digunakan untuk membersihkan halaman rumah. Lalu Andi menyapu halaman rumah.
            Beberapa saat kemudian, Kevin datang dengan meninggalkan jejak seperti asap polusi. Andi ketakutan. Ia bersembunyi di rumah Anton dengan meninggalkan sapu lidi itu tergeletak di tanah padahal halaman rumah Anton belum bersih. Kevin tidak membuat takut penduduk desa karena mereka sudah terbiasa dengan Kevin.
            Kevin mencari-cari Anton dan bertanya kepada semua orang di desa itu. Karena tidak menemukan informasi apa pun, Kevin pergi ke rumahnya. Tetapi tiba-tiba Kevin ketakutan karena melihat sapu lidi tua yang tadi digunakan untuk membersihkan halaman. Lalu Kevin memberanikan diri untuk masuk ke rumahnya.
            “*390**I-Ibu?*2109*” kata Kevin dengan sedikit gagap.
            Yang kevin temukan malahan Andi yang sedang bersembunyi di dalam lemari tua. Kevin langsung marah kepada Andi.
            “**1830*Kenapa kamu dirumahku!!! PERGI PERGI SANA*103**” bentak Kevin.
            Karena ketakutan, Andi mengambil apa pun yang ada di dekatnya dan melemparnya ke arah Kevin. Tetapi saat Andi melempar sapu lidi itu dan mengenai Kevin, Kevin terlihat error dan mulai melemah. Aura-aura hitam dan tentakel mengerikan mulai pudar. Sebelum pingsan, Kevin sempat berkata.
            “*130**Maafkan aku ************284********1093*********ibu****1390*”
            Terlihatlah wujud asli Kevin. Seseorang yang lebih muda dari Anton. Dengan baju katun hitam bergaris-garis putih. Celana yang terlalu panjang berwarna hitam. Kulit putih. Wajah tamvan. Sangat berbeda jika dibandingkan dengan Kevin yang sebelumnya. Akhirnya Kevin dibawa ke rumah sakit terdekat.
            Andi melanjutkan menyapunya. Saat membersihkan rumah, Andi menemukan sebuah foto. Sebuah foto kenangan keluarga caturwarga. Tiba-tiba, sebuah ingatan merasuki kepala Andi.
            “Kamu selalu dapat yang terbaik, hadiah terbaik, prestasi terbaik, kasih sayang terbaik. Sementara aku?”
            “Itu bukan salahku... “
            “Ini semua tidak adil!”
            Di dalam ingatan itu, Andi melihat Anton dan Kevin bertengkar menggunakan kekuatan masing-masing. Kevin menggunakan kekuatan gelapnya. Anton menggunakan segala yang bisa dipakai untuk bertahan. Tetapi, tanpa sengaja, Anton membuat Kevin, adikknya sendiri, terluka.
            Tiba-tiba semuanya berkabut. Andi tidak bisa melihat apa-apa. Andi hanya dapat mendengar suara ledakan berkali-kali. Lalu Andi terbangun.
            “Orang tua. Mereka pasti bahagia saat bersama orang tua mereka. Haha yang pertama kali kulihat adalah peperangan. Tepat diluar rumah. Haha!” gumam Andi.
            “Aku tidak pernah melihat orang tuaku. Kira-kira seperti apa ya mereka. dimana mereka sekarang ya. “ gumam Andi.
            Beberapa minggu kemudian, Anton datang dengan membawa oleh-oleh batu keramat Razor. Anton harus hati-hati saat memegangnya karena dapat menumbuhkan tanaman instan saat digosok ke tanah. Razor membuat tanah kering menjadi subur dengan rumput yang indah.
            Dunia sudah mulai tenang. Invasi mayat hidup sudah selesai. Mayat-mayat dikumpulkan di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) khusus. Kevin menghilang dari rumah sakit begitu saja. Andi melihat Anton sedang menaburi bunga sambil menangis di kuburan di belakang rumah Anton yang merupakan kuburan ibunya sendiri. Andi berpikir bahwa ini saatnya Ia pulang.
            Dengan izin Kades dan Anton, Andi diperbolehkan pulang. Yang Andi lihat di kota Erk adalah pembangunan ulang setelah kehancuran. Andi pulang melewati stadion Gila yang seperti tidak terjadi apa-apa. Sang Bos keluar dari stadion untuk melihat-lihat keadaan. Karena tidak ingin diketahui bosnya, Andi berjalan sambil tiarap. Tetapi Andi masih bisa terlihat dari jarak 2 kilometer karena itu adalah sebuah lapangan luas yang sedang digunakan sebagai latihan tembak. Sang Bos melihat sesuatu bergerak-gerak seperti ulat dari tempat latihan tembak. Andi berlari dengan kencang karena takut ketahuan Sang Bos. Melewati hutan Hollor yang ukurannya tidak lebih dari sebuah taman bermain. Dan akhirnya sampai di rumah Andi.
            Setelah sampai di rumahnya, Ia melihat salah satu mayat hidup sedang minum es lemon segar di rumahnya yang kotor karena ditinggalkan selama Ia pergi. Andi langsung mengusir mayat hidup itu. Andi juga mengusir para hantu yang numpang tinggal sementara di rumahnya.
            Andi memulai bersih-bersih rumahnya. Mulai dari loteng sampai ruang bawah tanah semuanya dibersihkan. Saat membersihkan rumahnya, Andi menemukan sebuah Gear yang antik. Lalu Andi teringat bahwa terdapat pintu antik yang rusak karena kehilangan salah satu geriginya. Andi ingin tahu apa isinya. Tetapi, pintu itu terdapat di dasar laut. Andi pun berencana mengajak Anton untuk berenang di kolam renang.
            “Kolam renang?” tanya Anton.
            “Maksudnya laut.” Jawab Andi.
            “Ooh ayo kalau begitu.” Kata Anton.
            Anton segera memanggil balon udaranya untuk mengantar mereka ke tengah lautan dalam. Lautan yang dihuni badai petir yang sama saat Andi berlayar menuju Messa. Anton yang lebih dahulu terjun untuk menyelam tanpa alat apa pun. Sementara Andi, memakai perlengkapan selam lalu terjun ke laut untuk menyelam.
            “Bagaimana cara kita kembali?” tanya pengunjung stadion.
            “Aduh... kepalaku... “ kata Andi.
            Lalu ada segerombolan hiu mendekati mereka. Mereka ketakutan terhadap hiu yang ingin memberikan tumpangan itu. Andi memberanikan diri untuk mengendarai hiu itu. Akhirnya yang lainnya menjadi sedikit berani untuk menaiki hiu-hiu itu. Akhirnya mereka semua mengendarai hiu-hiu itu seperti superjet di air. Tetapi mereka tidak tahu arah kemana pulang. Andi menyarankan agar mereka mengikuti pipa yang mereka lewati tadi. Tetapi, badai petir hitam pekat datang dan membuat Andi terdampar.
            “GERONIMO!!!” kata Anton.
            “Tunggu! Perlengkapan selammu nggak kamu pakai... “ kata Andi.
            Mereka menyelam semakin dalam, dan semakin dalam. Ternyata itu tempat yang salah. Akhirnya mereka kembali naik kedalam balon lalu pergi ke sisi bumi yang lain. Disana Anton juga terburu-buru untuk menyelam tanpa perlengkapan selam apa pun sehingga Andi harus membawa 4 tabung oksigen lalu menghirup oksigennya secara bergantian.
            Anton memang penyelam yang ‘lumayan’ handal. Anton menemukan posisi pintu itu 0.17 detik lebih cepat daripada Andi. Mereka sempat berurusan dengan hiu evolusi. Setelah itu, mereka mencoba mengotak-atik pintu itu. Lalu mereka menemukan bahwa jumlah Gear yang hilang adalah lima Gear. Andi hanya mempunyai satu Gear. Mereka pun kembali ke Erk.
            “Ternyata butuh lima ya, masih kurang empat. “ kata Andi.
            “Tapi aku pernah dengar, Gear itu tersebar di seluruh bumi. Ayo cari yuk!” ajak Anton.
            “Bagaimana ya, perjuangan pulang sangat-sangat sulit. Kalau kita pergi lagi, bagaimana cara kita pulang?” tanya Andi.
            “Santai!” jawab Anton tidak memberikan solusi.
            Mereka pun ‘mengulang’ petualangannya kembali mengitari bumi. Terdampar lagi, bertemu kerangka es lagi, terkena badai petir lagi, bertemu tengkorak hidup lagi, nyangkut di pohon lagi, masuk candi prasejarah lagi, ketemu grim reaper lagi, adu robot lagi, masuk lab lagi, bertemu Kevin lagi, lawan mayat hidup lagi, dan lain-lain sampai menyelam lagi.
            “Baiklah, ada delapan Gear. Empat dari ini semua pasti palsu. “ kata Anton.
            “Bagaimana cara mengetahuinya?” tanya Andi.
            “Nggak tahu. Dicoba-coba saja satu per satu. “ jawab Anton.
            Mereka pun menguji keberuntungan dengan mencoba memasang satu per satu Gear pada pintu bawah laut itu. Saat mereka berhasil menemukan kombinasi Gear yang tepat, pintu itu terbuka. Dan isinya adalah...
            “WAH!!!” kata Andi dan Anton secara serentak.

Epilog

            “Kosong?” tanya Andi.
            “Aku tidak mengerti. “ kata Anton.
            Mereka pun kembali ke Erk dengan hati kecewa. Anton kembali ke rumahnya, sementara Andi kembali bertugas sebagai wasit di stadion Gila. Andi diomeli bosnya selama 4 jam 59 menit 59 detik.
            “Kau ni, kucariin kau dimane-mane. Tetapi tak ada. Kemana saja kau ni?” tanya Sang Bos.
            “...”
            “Ayolah jawablah ane... kau mau kupecat?” kata Sang Bos.
            “...” Andi masih terdiam tanpa kata-kata.
            “Beberapa pertandingan dibatalkan karena wabah zombi tu. Kemana saja kau?” tanya Sang Bos.  
            “IIH KAU NI!!! kekuatan pecut api 18 karat!” kata Sang Bos.
(DUARRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR)
            Suara mobil ambulan terdengar nyaring. Jam analog dengan display hologram milik Sang Bos berdering menandakan hari sudah malam. lalu langit-langit Erk mulai memadamkan panel-panel cahaya raksasa nan canggih yang mengatur siang dan malam di Erk. Gedung-gedung memasukkan diri mereka kedalam tanah.
            Patroli malam dijalankan. Lampu-lampu LED yang tergantung di langit-langit Erk dinyalakan sebagai pengganti bintang. Stadion Gila masuk kedalam tanah meninggalkan Andi dan Sang Bos berdiri di kegelapan malam dan hanya diterangi oleh lampu-lampu helikopter yang sedang berpatroli.
            Beberapa tahun kemudian, kehidupan mereka kembali normal. Andi masuk world record : orang dengan akurasi lemparan sangat tinggi. Sang Bos 54321 kali lebih galak daripada satu detik lalu. Anton dan Kevin berbaikan kembali. Kekuatan Kevin hilang. Balon udara Anton penuh dengan bekas jahitan karena terlalu sering robek.
            Oso berhasil membuat kapal pemecah es raksasa. Peperangan memperebutkan wilayah di depan rumah Andi dimenangkan oleh Enndolia sehingga kewarganegaraan Andi berubah menjadi warga negara Enndolia. Seluruh Urbanstone dikumpulkan untuk dikembalikan ke tempatnya.
Recharging...
 
http://www.minclassics.com/newmixgem1211/m/citbraz528b.JPGgreen-crystal-shards-29944-1920x1080http://images.rapgenius.com/cbc593451ce2a78a2bfc15e1534d7bb6.997x1000x1.jpghttp://img.costumecraze.com/images/vendors/eloper/14014-Antique-Watch-Gears-Steampunk-Ring-large.jpg
Recharging...
 
            Andi dan Anton hanya berhasil mengumpulkan tiga dari lima Urbanstone. Dua lainnya tidak diketahui lokasinya. Tiba-tiba sebuah paket dari kardus bekas mi goreng sampai ke rumah Andi tanpa ada pengirimnya. Andi secara perlahan membuka paket itu. Isinya adalah beberapa bungkus mi goreng dan sebuah peti kecil dengan lubang kunci rumit seukuran cincin. Lalu Andi teringat dengan bentuk cincin milik Sang Bos.
            Lalu Andi membawanya ke stadion Gila dan memberikannya kepada Sang Bos. Sang Bos menerimanya untuk mengganjal pintu rumah. Tetapi Sang Bos mengenali bentuk dari lubang kunci di kotak itu.
            Semua Urbanstone dikumpulkan di lapangan tembak Erk. Anton, Andi, dan Sang Bos juga menghadirinya. Sang Bos menjadi bintang tamu disana. Beliau menempelkan cincinnya pada lubang kunci tersebut. Lalu cincin itu berubah menjadi capit-capit pembuka kaleng untuk membuka peti baja tersebut. Beliau mengejutkan banyak orang dengan isi peti baja itu. QUARTZ! Quartz bukanlah hal baru bagi Andi dan Anton. Tetapi mereka tetap takjub karena URBANSTONE KELIMA SELAMA INI ADA PADA CINCIN SANG BOS!

Dan mereka pun hidup bahagia selamanya... ===Tamat===