Prolog
Andi
terbangun dari tidurnya, Ia berada di pinggir pantai di sebuah Pulau Entah Berantah.
Nama pulau tersebut memang Entah Berantah. Yang
Ia genggam hanyalah kartu berwarna merah dan satu
set kartu remy berjumlah total 55 lembar. Ia melihat lihat sekitar. Sayang,
karena terlalu dekat dengan bibir pantai, Ia terseret ombak dan terapung dengan
kondisi tidak sadar. Saat Ia sadar, Ia sudah
berada di pinggir pantai benua Messa. Benar benar padang pasir mematikan yang berukuran
hampir seperempatnya bumi. Andi kebingungan, bagaimana cara Ia pulang. Ia mondar-mandir
kebingungan. Tetapi, karena tidak hati-hati, Ia
terpeleset dan terseret ombak. Ia berpegangan pada kayu yang terombang ambing. Lalu
pingsan. Mengikuti arah arus laut dan
sampailah Ia ke benua E-Shard,
benua yang terbuat dari es dan salju.
Andi
bermimpi tentang tugasnya sebagai wasit sepak bola, dengan bosnya yang galaknya
minta nambah. Ia juga tidak tahu arah pulang ke mana. Andi mengingat-ingat saat
Ia bekerja menjadi wasit...
”Hhh... hhh... ” Andi berlari
tergesa-gesa.
“Ehm... ” Sang Bos menegur.
“Huff...
huff... ” Andi terengah-engah.
“Ehm... ” Sang Bos menegur kedua
kalinya.
“Hahh...
Hahh... ” Andi terengah-engah.
“EHHMMMM... ” Sang Bos menegur
ketiga kalinya.
“Haikk SIAP PAK!” Andi kaget.
“Ckck... ” sang Bos menggelengkan
kepala.
“Kan rumah kau sangat dekat sekali
dari sini, kenapa kau bisa terlambat sampai satu jam!” tanya sang Bos.
“Eh...
anu... kan rumah hunian saya ada
di perbatasan dua negara yang sedang konflik pak. “ jawab Andi.
“Tetapi
kan tidak sampai satu jam juga. ” Balas sang Bos.

“Sejak kapan terdapat medan perang dekat sini?” tanya Sang Bos.
Setelah
dua jam dimarahi dan panjang lebar menjelaskan, Andi melakukan profesi sehari-harinya
sebagai wasit...
“Pak,
pak bangun... ”
“Huh... ”
Andi terbangun dari mimpinya...
“Sial, ada
orang terdampar lagi. Kenapa Ia bisa
terdampar?” kata
Oso.
“Saya juga tidak tahu, tapi
dia hebat juga bisa bertahan di samudra E-Shard. “ sahut Anton.
“Ya sudah, cepat bawa dia
ke rumah pengobatan!” kata Oso.
“Ugh…” Andi pingsan lagi karena tak kuasa menahan sakit dari luka-lukanya.
STADION
GILA
Chapter I :
The Memorize...
“Bagaimana
kau ni Andi, para pemain yang melanggar kau biarkan
sedangkan kau asik bermain remi disini. ”
“...
”
Pertandingan sepak bola sedang
berlangsung, pertandingan sengit antara tim nasional negara Elzarta dengan tim
nasional negara Enndolia. Sebuah
pertandingan yang berlangsung di stadion dengan lapangan tergenang air, kursi
penonton yang satu kursinya dipakai dua orang, suasana bau apek dan sempit
berdesak–desakan, langit-langit stadion yang berkarat 24 karat padahal bukan
emas, dan yang terbaik adalah bau kentut berserakan. Sungguh stadion khusus
orang-orang VIP (Very Important Person).
“ITU
SUNARNO MELANGGAR SUDAH DUA KALI, CEPATLAH KAU BERIKAN PADA SI SUNARNO ITU... KARTU
MERAH!!!!”
“PRIIIIIT
PRIIIT. ” Andi meniup peluit sambil mengacungkan kartu.
“Sunarno
yang mana yah bos?” tanya Andi.
“Iih...
kau ni... TELADAN. Sunarno itu... pemain nomor 3 dari timnas Enndolia!” jawab sang Bos.
“Kartu
remi eh... kartu merah, Sunarno, pemain nomor 3 dari timnas Enndolia, keluar lapangan sekarang!” teriak cempreng Andi.
“Ada
apa men... ” balas Arno (sapaan Sunarno).
“Ada
apa... saya salah apa men... kenapa juga kartu remi men... yo... memangnya
salah saya apa yo men... yo... apa salah
saya men... hak asasi juga nggak
dilanggar para supermen... saya juga
nggak ngamen-ngamen... yang saya suka
paling cuma permen... gak suka baca cerpen...
memangnya apa, apa salah
saya. ”
“Shht...
” bisik Andi.
“Bos,
pelanggarannya apa ya?” bisik Andi.
“Iih...
kau ni... TELADAN. Tadi itu... bolanya
dilempar dilempar dilempar-lempar pake tangan ke udara, tetapi si Arno bukan
keeper gawang, ni kan juga bukan voli ato basket. “ jawab sang Bos
“Kata
bos saya, kamu bukan keeper dan ini bukan basket bukan voli, jadi mengapa kamu
lempar-lempar bolanya?” jawab Andi.
“Hah
yo semua kan...
“Fiuuh, dah
slesai pun. “ kata
Ron
“Hei dia
sadar!” sahut Anton
Rumah
pengobatan tanpa hawa beku seperti diluar, pakaian
mereka aneh. Si dokter pakai mantel bulu tebal, ada yang memakai seragam
pramuka lengkap yang terlihat seperti sudah mengalami berbagai petualangan saja,
dan yang satunya lagi memakai kulit hewan. Seperti dari suku yang berbeda.
“Hmm... (lukanya... sudah sembuh, apa yang terjadi,
dimana aku. )” pikir Andi.
“Hai Siapa kamu. “ kata Anton dengan gagah.
“Oh. Andi,
saya seorang wasit” jawab Andi
memperkenalkan diri.
“Hei, salam
kenal Andi, aku Kantoso panggil Oso saja. Dan ini dokter kita, Ohmron, panggil
Ron saja. “ jawab Oso.
“Hy. ” Sapa
Ron.
“Dimana
ini?” tanya Andi.
“Dimana
lagi ada tempat di bumi yang seperti ini. “ jawab Anton.
Andi
kaget. Ia pun segera berlari ke jendela berembun dan mengusapnya. Jangan-jangan
aku ada di... saat Ia melihat apa yang
ada di luar jendela, kekhawatiran Andi menjadi nyata. Ia berada di tempat
terbeku dan terjauh dari rumahnya. Ia lantas teringat kembali tentang apa yang
terjadi dengan stadion.
“...
Yo semua kan senang melihatnya dan pasti ingin bisa melakukannya YEAHH. ” Balas
Arno.
“INI
LHO INI LHO KARTU... EH???” kata Andi sambil mengacungkan selembar kartu remi, bukan kartu merah ataupun
kuning.
“HAHAHAHAHA”
semua tertawa kecuali sang Bos.
“Ehm...
”
“Hmm...
”
“Ape
sajalah yang kau lakukan ni sampe sampe engkau lalai TRIPLE COMBO!” bentak sang
Bos.
“eh...
anu... mungkin kartunya ketinggalan bos. “ kata Andi.
“pertama
terlambat, kedua maen remi, ketiga, lupa bawa kartu segala. “ kata sang Bos
marah.
(DESYAK DESYAK) (GUBRAK
DUAARRR) (suara pemain bonyok-bonyokan)
“lihatlah
akibat perbuatanmu TELADAN, para pemain bermain ngawur, kasar, tinja eh tinju-tinjuan,
bonyok-bonyokan. “ kata sang Bos marah.
(DESH SIUUT) (DESYAK) (WOSSH DUARR)
“I... Iya, maaf.
bos saya dapat ide, bagaimana jika mengecat kartu remi ini
menjadi kuning dan merah?” kata Andi mendapat ide.

“Hmm...
boleh juga. Kau punya cat merah dan kuningnya?” jawab sang Bos.
“Punya
punya, sebentar saya ambilkan dulu di rumah ya... “ jawab Andi.
“Oke
oke, yang cepat ya. “ jawab sang Bos.
(cepat kok)2 jam
kemudian(sangat cepat)
“HAH... HAH... HAH... ini bos catnya. “ kata Andi
terengah-engah.
“(ngorok). ” Bosnya tidur.
“Bos?”
“Hmm? Kau ni baru datang je, lama sekali kau,
sampai tertidur aku. Dah mulai cat sana!” kata Sang Bos.
“Ini kuas. ”
“Ini cat atau pewarna. ”
(DESYAK) (DESYAK) (Para pemain masih bermain
ngawur)
“Tunggu! Kau ambil catnya tadi dari rumahmu ya?”
tanya Sang Bos.
“Ya, kenapa?” jawab Andi.
“Dan katamu tadi kartunya tertinggal di rumahmu
ya?” tanya Sang Bos.
“Ya. “ jawab Andi.
“KENAPA KAU TIDAK AMBIL KARTUNYA SAJA!!!
TELADAN!!!” kata Sang Bos.
“Maafkan saya... “ kata Andi.
(DESYAK) (DESYAK) (DHESHYAK)
Kala itu seorang
pelukis amatir bernama Beni sedang melukis suasana pertandingan sepak bola. Beni
pun melihat Andi sedang mengecat kartu reminya.
“Hei, itu salah, mengecat pakai dua helai rambut.
Pelan-pelan. Biar bagus. Mana kuasnya, biarkan
saya sendiri saja yang mengecatnya. “ kata Beni.
“Tapi... ”
“Udah santai... aku aja yang ngerjain. “ kata Beni.
(Padahal mengecat cuma sebentar, yang ini pakai 1 helai rambut
hidung, dan 1 helai bulu ketiak. HOEEKK)
“Andi!” Panggil Sang Bos.
“Ya bos?” jawab Andi.
“Sudah, panggil saja perawat atau siapkan
dua puluh dua liang kuburan di lapangan ini
untuk mereka-mereka itu. Sudah lebih dari 2 jam mereka begitu terus. ” Perintah
Sang Bos.
(DESYAK) (DESYAK) (DHESHYAK)
“Siap bos, tapi saya membutuhkan
banyak pasir. “ kata Andi.
“Pesan satu ton saja sekalian
untuk perbaikan gedung, pesan via sms, kamu tulis saya dikte. “
kata Sang Bos.
“Siap!” kata Andi.
“Ehm. Pesan satu ton pasir... ” Sang Bos belum
menyelesaikan perkataannya, Beliau sudah tergoda oleh minuman
dingin yang dijual oleh seorang pedagang yang kebetulan lewat di depannya.
(pedagang minuman dingin lewat...
)

“... Es Es beli pak!” (Srruput... ah... ) Suara
Sang Bos meminum minuman dingin yang baru dibelinya.
Memang enak minum
minuman segar, dingin, saat hari sedang panas-panasnya siang
hari. Beliau pun tak dapat menahan untuk meminumnya
Srruput... ah...
“Pesan sudah terkirim!” kata Andi tidak
menyadari bahwa pesan yang dikirimnya salah.
Pak Santoso,
dipanggil Pak Santo. Menerima Short Message Service dari telepon seluler milik
Andi. Pak Santo membacanya, beliau pun merasa aneh, tetapi
bisnis tetap bisnis. Pak Santo mengirimkan satu ton pasir es (es serut) pesanan
Andi ke stadion. Panas matahari yang menyengat mencairkan sedikit demi sedikit
es menjadi air. Mengetahui kirimannya mencair, Pak Santo langsung tancap gas
supaya cepat sampai ke tujuan. Beliau
melewati taman bermain raksasa yang merupakan jalan pintas tercepat menuju
stadion jika setelahnya langsung belok kiri. Tetapi terdapat anak kecil bermain
layangan di sebelah kiri jalan. Karena kaget, Pak Santo pun banting setir ke
kanan. Ternyata di sebelah kanan ada 9. 896. 988 anak-anak yang sedang bermain.
Setelah tiga hari melewati semua anak tersebut, beliau sampai
di Dalan Sewu, yaituratusan jalan yang menuju ke tempat berbeda. Pak Santo
bingung, beliau akhirnya memilih jalan lurus
saja. Melewati hutan, lalu melewati laut, lalu gurun pasir.
Barulah sampai di Stadion Gila tempat Andi bekerja. Jauh amat ya?
Padahal jika tadi Pak Santo belok kiri, beberapa kilometer selanjutnya pasti
sudah sampai di Stadion. Tetapi karena Pak Santo tidak ingin mengKRIUKK anak
tidak berdosa, Pak Santo memilih menghindarinya yang membuatnya mengambil
resiko untuk menyebrangi 2 benua lalu kembali lagi untuk menuju ke Stadion.

Saat hampir sampai, terjadi sesuatu.
“Akhirnya,
hampir sampai. “ kata Pak Santo lega.
(Gluduk Glodak
Gladuk)
“Hah?”
(Glodak Glodak DUARR)
Karena tidak hati-hati, truk milik Pak Santo terguling
karena terkena batu yang berserakan di jalan. Pak Santo berusaha mengendalikan
truknya sebelum airnya tumpah. Tetapi sudah terlambat. Airnya tumpah dan mengombak
seperti tsunami menuju stadion. Alhasil, stadion pun menjadi seperti danau.

“Hey
hey hey, kenapa kamu bisa terdampar tadi?” tanya Oso membangunkan Andi dari
lamunannya.
“Emm...
aku tidak ingat. “ jawab Andi.
“Haha
pantas saja bagi orang yang terkena musibah, mereka biasanya hilang ingatan sementara.
Nanti kamu pasti ingat, saat itu terjadi, beritahu sang kepala desa. Kalau
begitu, aku pergi dulu. “ kata Oso.
E-Shard adalah benua yang unik,
berbentuk seperti bunga salju, memiliki spesies hewan yang tidak dapat
ditemukan di belahan bumi lain, bersuhu sangat dingin, jika badai, suhunya
dapat mencapai -120o Celcius. Entah bagaimana mereka bisa bertahan
dengan suhu extrem tersebut. Karena berbentuk seperti bunga salju, otomatis
E-Shard memiliki banyak teluk dan tanjung.
“(musibah...
?) (banjir saat itu... )” Gumam Andi.

“Dimana Oso?” kata Andi.
Andi pun mencari siapa dan dimana sang kepala desa.
Ia bertanya kesana kemari. Dan saat Ia
sampai di tempat kediaman kepala desa, Ia bertemu Oso.
“Pak Oso, kepala desanya mana?
Keburu lupa. “ tanya Andi.
Desa E-Shard merupakan desa yang lumayan makmur, kayu
bakar melampaui harga kristal jika tinggal di desa tersebut. Lokasinya cukup
strategis sehingga sering menjadi tempat singgah sementara para pelaut yang
kebetulan lewat. Kristal-kristal ini banyak ditemukan di penjuru E-Shard. Jika
dijual di tempat lain, harga kristal ini setara dengan 1 kg berlian 127 carat. Kristal-kristal
ini berasal dari bunga kristal es yang disebut Xflower. Belum ada yang dapat mengambilnya dan kembali hidup-hidup.
Hutan Xruce dan bunga keramat tersebut sudah dilindungi undang-undang
Internasional.

“Oh kepala desa, ada di ruang
itu. Ya sudah, aku keluar dulu. “ kata Oso.
“Kenapa aku harus memberitahu
kepala desa ya, ah mungkin informasi itu penting bagi mereka. ” Andi masuk
keruang yang dimaksud Oso.
(TOK TOK TOK) (Andi mengetuk pintu)
“Masuk!”
kata Oso. Andi
pun masuk. Ia bertemu Oso lagi disana. Sedang duduk di ruang dari kayu Ek. Di kursi
dan meja yang sepertinya bekas meja guru seperti di sekolah-sekolah pada
umumnya. Dengan bunga yang spesiesnya tidak dikenali di dalam vas marmer. Beberapa
buku dan berkas-berkas dokumen penting tertata rapi di atas lemari kayu tua yang diletakkan
di dekat jendela yang tertutup salju tebal.
“HAH Oso? Kepala desanya mana?
Perasaan tadi kamu keluar.
” Andi keheranan.
“Sebenarnya kepala desanya
adalah saya sendiri. “ kata Oso.
“Kenapa nggak dari tadi. Aku
sudah mondar-mandir mencari. “ kata Andi.
Oso adalah seorang kepala desa E-Shard, suka memakai kulit
hewan, dan jika ingin memberitahu sesuatu, pasti hanya diberi petunjuk saja. Oso
selalu mencoba untuk mengambil kristal yang berada jauh di inti hutan Xruce. Pernah
saat Oso dan tim yang dibentuknya mencoba mengambil kristal itu, timnya yang
awalnya 8 orang, saat kembali hanya tinggal 2 orang, salah satunya Oso sendiri.
“Pasti kamu sudah ingat kan. “
kata Oso.
“Uh, aku lupa lagi... “ kata Andi.
“Lho, kenapa kok lupa?” tanya Oso.
“Mikir bagaimana caranya
teleport kayak Pak Oso. Sulap atau sihir?” tanya Andi.
“Bukan sulap bukan sihir” kata Oso.
Oso berdiri dari kursinya,
berjalan ke arah lemari kayu tua, dan membukanya. JRENG JRENG!
“Lewat pintu sebelah... hehehe. “ kata Oso.
Ternyata itu sama
sekali bukan lemari, itu adalah sebuah pintu! Yang warnanya hampir sama dengan
sekitarnya, atau biasa
disebut ‘kamuflase’.
“Kenapa nggak dari tadi. “ kata
Andi.
Oso
paling tidak suka pulang dengan tangan kosong, walau diserang beberapa Vampir
saat misi mengambil kristal tersebut, Beliau
tegar dan tetap berusaha mengambil kristal itu, sayang, Beliau hanya berhasil membawa
pulang 2 buah kristal dengan digendong temannya karena saat itu Oso sekarat. Kenangan
itu meninggalkan bekas, kaki Oso terlihat normal, padahal kakinya adalah kaki
mekanik. Kaki itu masih bertahan hingga
saat ini setelah beliau
menjadi kepala desa.

“Nah, sekarang kamu ingat? Mau
aku catat. Dimana ya... ah ini dia, kamu
adalah orang ke 201 yang terdampar di sini dan salah satu dari 21 orang yang
bisa bertahan dari kekejaman Samudra E-Shard. “ kata Oso.
“pada zaman dahulu... eh saat itu... “ kata Andi sambil menceritakan
sepotong kisahnya.
Saat itu stadion
sedang banjir.
“Mengapa stadion ini menjadi
kolam renang. “ tanya Bosku sambil berenang.
“Mungkin pasir esnya mencair. “
kataku sambil berenang.
“TIDAAAK LUKISANKU HANCUUUR!”
kata Beni si pelukis amatiran sambil tenggelam.
“Darimana ada pasir es?” tanya Bosku.
“Tadi bos yang pesan. “ jawabku.
“Saya tidak memesannya. “ kata Bosku.
“Ini buktinya. “ jawabku sambil
menunjukkan telepon seluler milikku.
|

“Apakah saya berkata seperti
itu?” tanya Bosku.
“Ya. “ jawabku.
“TELADAN! Kalau begitu bagaimana
cara membersihkan semua ini?” kata Bosku.
“Saya punya pompa air raksasa
di rumah saya, pasti bisa membersihkan ini dengan cepat. “ kataku memberikan
usul.
“Tetapi harus cepat, sebelum
semuanya beradaptasi menjadi ikan. “ kata Bosku menyetujui usulku.
Aku pun pergi
kerumahnya untuk mengambil pompa air dan kembali ke stadion.
5 Jam kemudian(Berat
pompanya, makanya lama)
“UGHHH... UGHHH... BERAT... “
kataku.
“Ayo cepatlah, tinggal beberapa
meter lagi lobby lalu naik tangga ke ruang part
and service. Tinggi air tidak sampai sana. “ kata Bosku.
Pompa dipasang dan dinyalakan, air pun mulai surut. Tetapi
setelah airnya surut, tidak ditemukan siapa-siapa di stadion, kecuali Bosku.
“Akhirnya airnya surut juga. Andi,
tolong kamu ma... eh... Andi kemana. LHO semuanya ke mana?” kata Bosku
keheranan.
Ini
masih menjadi sebuah misteri... sampai
dua detik setelahnya, pak kameramen menemukan mereka semua sedang terseret arus
di selokan yang menuju ke laut. Mereka semua panik, kecuali Beni.
“AAA... “ (BYUR)Aku ‘nyemplung’ laut.
“AAAAAAAAAAAAA” Semuanya
meluncur dengan cepat ke arahku.
“???!!!!!!” Saya panik.
(DUAAR)
“Aduuh, kepalaku... “ kataku
kesakitan, bagaimana tidak sakit, seluruh isi stadion jatuh tepat di atas
kepalaku.
“WOOHOOOO!!! HAHAHA”Teriak Beni kegirangan.
“Malah senang orang itu. ”
“Kita
tersesat! Dimana kita?”
“... ”
“Terus
bagaimana selanjutnya?” tanya Oso.
“... ”
“OY!”
“... aku
lupa lagi” Andi lupa.
“HADEEH
lupa lagi. “ kata Oso.
“Tapi
menarik juga, (Si Andi ini sepertinya cocok menjadi tim pencari, kebetulan juga
kurang satu orangnya). ” Gumam Oso.
“Tapi
aku seorang wasit. “ kata Andi.
“Lho,
kamu dengar ya?” tanya Oso.
“Dengar
apa, ah sudahlah. Saya harus kembali ke Erk. Stadion tempat saya bekerja ada disana.
“ kata Andi.
“HAH
ERK, jauh amat. Berarti kamu terdampar
dari sana?” tanya Oso.
“Ceritanya
panjang. Tapi aku benar-benar harus kesana. “ jawab Andi (kebelet).
“Oh,
yasudah ke kamar kecil dahulu sana. “ kata Oso.
“Makasih...
“ jawab Andi.
(PIPIS) (BYUR)
“Ahh
lega. ” Leganya Andi.
“Sudah
lega? Sekarang aku memberimu sebuah misi
yang mudah. “ kata Oso.
“Mudah?”
tanya Andi hampir tidak percaya.
“Ya,
sangat mudah” jawab Oso.
(beberapa saat kemudian di hutan Xruce)
“Aah,
misi yang mudah katanya. ” keluh
Andi.
Andi dan Anton ditugaskan Oso untuk
menjadi tim pencari kristal. Kristal tersebut berada di jantung hutan Xruce. Tepatnya
di goa di tepi pantai E-Shard yang terjal dan curam. Pohon-pohon di hutan ini
kebanyakan berjenis pohon cemara (Spruce
tree) yang setiap
ujung daunnya terdapat kristal es yang tajam. Tidak banyak hewan di hutan ini, hanya
hewan-hewan terbuas dan terkuat saja yang dapat bertahan hidup di hutan ini.
“Kau akan kupercayakan sebagai
anggota tim ini!” kata Oso dengan semangat.
“Apa Cuma aku di tim ini?”
tanya Andi.
“Tidak hanya kau, Anton juga
ikut. “ jawab Oso.
“Benar nih mudah ?” tanya Andi
ragu-ragu.
“Iya,
memang mudah kan. “ sahut Anton.
“Mudah
darimana, tugasnya ditulis di kertas. Kamu bawa kertasnya kan ?” tanya Andi.
“Bawa
lah. Gak bawa matchi nanti nggak tahu jalan. “ jawab Anton.

“Masih
berapa jauh perjalanannya?” tanya Andi.
“Sudah
dekat, kira-kira 12 km lagi. “ jawab Anton.
“TUNGGU! DI DEPAN ADA SESUATU!” kata Anton
merasa ada yang tidak beres.
(ROAARR) (GRRR) (Suara hewan buas dari
kejauhan 4 km)
“!!!”
Andi dan Anton mulai waspada.
“Ada
apa Anton ?” tanya Andi.
Hari
semakin gelap. Mereka sedang
dalam perjalanan makin kedalam hutan.
Tiba-tiba mata-mata
biru cyan bersinar memandangi mereka dan
mengepung mereka. Moncong mereka yang
berwarna biru terang mengkilap perlahan keluar dari balik bayang-bayang.
Suasana semakin tegang, Andi sampai-sampai
melompat ke punggungnya Anton karena ketakutan. Pantulan cahaya dari mata-mata buas
hewan-hewan ganas nan aneh semakin jelas seperti siap menerkam. Seekor tikus
berjalan di depan mereka. Hewan-hewan itu pun makin dekat dan makin dekat. Sosok
hewan tersebut mulai terlihat jelas. Duri-duri kristal di punggung mereka
merefleksikan wajah ketakutan Andi. Dan...
Hewan-hewan itu pun melompat ke arah
mereka dan menerkam, mencincang, dan mengoyak... seekor tikus...
Chapter II : Oriental Away...
Mereka ditemukan terkapar lemah di
tepi hutan. Kondisi mereka mengenaskan. Dengan banyak bekas cakaran dan gigitan.
Mereka langsung dibawa ke rumah pengobatan.
“Ayo mulai operasinya!” kata Ron
Dr. Ron yang menangani mereka.
Memang beliau satu-satunya
dokter di desa ini. Tetapi beliau masih dokter pemula. 4 abad hari kemudian mereka sadar.
(Mimpi Andi) “Tolooong Tolooong!” kata Andi sambil berlari sendirian di hutan Xruce saat tengah
malam yang gelap gulita di tepi tebing yang terjal dan hanya membawa Xflower di
tangannya. (sesosok bayangan hitam
mengejar dengan kecepatan tinggi dan berkali-kali hilang dan muncul di sisi
Andi)

Saat Andi
terbangun, Ia sudah mendapati dirinya sudah tidak menggenggam Xflower
ditangannya. Ia pun mengingat saat misi mengambil Xflower bersama mamah
dedeh Anton.
Saat itu, malam hari yang gelap
gulita. Andi bersama Anton tidak memiliki senjata apapun kecuali sebuah tongkat
pramuka milik Anton, obor milik Anton, dan hal-hal kepramukaan lain milik Anton.
Sedangkan yang Andi miliki hanyalah Xflower yang bersinar biru terang, dan
beberapa kartu remy yang tersisa. Kartu remy itu digunakan saat para hantu yang
berwujud Kerangka yang membeku, menyerang mereka. Andi pun melemparkan salah
satu kartunya. Lalu kartu itu menembus dan memotong struktur tulang leher
dan memisahkan tengkorak-tengkorak para kerangka itu dari tempatnya. Sangking banyaknya jumlah
makhluk itu,
Andi dan Anton sampai mblenger melihat makhluk yang itu-itu aja. Pada saat mereka berhasil melewati para
kerangka hidup itu, mereka menemukan sebuah labirin.


Labirin itu
kecil, hanya saja labirin itu memiliki banyak rintangan dan jebakan. Tetapi
syukurlah setelah berputar-putar tidak lebih dari 190 kali di salah satu tempat
yang sama di labirin itu, mereka berhasil menemukan labirin lainnya. Dan sekali
lagi berputar-putar di labirin sampai-sampai pak kameramen ikut tersesat. Dan
AKHIRNYA! Kembali lagi ke pintu masuk labirin. Mereka sempat terkena 1001 jenis
depresi dari yang termainstream sampai tergreget. Mereka hampir menyerah, Andi
duduk terdiam. Pada saat yang sama, Anton menemukan Xflower tepat di tempat
Andi duduk sedang menusuk pantat Andi. Entah mengapa Andi tidak merasakannya.
Anton lalu mengambil Xflower dan berusaha
keluar dari labirin. Mereka bermalam di pintu labirin di dekat tanda SOS. Tetapi
malam itu Xflower
hilang
bersama bayangan
hitam yang bersembunyi di antara pepohonan. Anton berusaha menyembuhkan luka
Andi dan lukanya sendiri. Sampai keesokan harinya mereka kembali dengan cidera yang
cukup parah dengan
membawa oleh-oleh hipotermia. Mereka hanya membawa beberapa kristal. Kartu remy
milik Andi tersisa 51 lembar. Kartu yang lainnya tersangkut di leher kerangka
yang menyerang mereka.
“Mimpi buruk
ya, makanya baca bismillah sebelum tidur. “ kata Ron menyambut bangunnya Andi.
“Oh ya Anton? Anton di mana?” tanya Andi.
“Mmmm... Mmmm... ” Anton
tidak bisa berbicara karena seluruh tubuhnya dipenuhi perban sepanjang 8 km
dililitkan di tubuhnya.
“Anton? Eh?!” Andi tidak bisa
bergerak karena juga dililit perban sampai menyerupai pocong.
Setelah keduanya susah payah
melepaskan diri dari perban, meka dijenguk oleh Oso yang membawa obor untuk
menerangi benua yang selalu malam ini. 2 jam lamanya mereka berbincang-bincang. Tiba-tiba sosok bayangan hitam yang sama menampakkan diri sedang berdiri di kejauhan sambil
membawa Xflower. Entah mengapa Ia melakukan itu, mungkin untuk pamer kalau Ia yang
memegang Xflower. Naluri Anton tergugah, Ia berlari menuju sosok hitam tersebut dengan
melompat memecahkan jendela. Sepertinya sosok itu membuatnya mengingat
sesuatu. Anton
berteriak dengan bahasa alien, bukan, mungkin itu mantra. Lalu tiba-tiba sebuah balon udara berumur 14
tahun datang
dari arah berlawanan dengan Anton. Dengan cepat balon udara yang tidak ada pengemudi
di dalamnya itu bergerak ke arah Anton. Anton langsung menggengam tali yang
bergelantungan di bawah balon udara dan naik ke dalamnya untuk
mengejar sosok itu. Lalu sosok hitam itu pun berlari secepat angin kearah selatan dengan
meninggalkan aura-aura hitam pekat sebagai jejaknya. Andi pun meminta izin
untuk mengejar Anton. Oso memberitahu Anton sepertinya pergi kearah selatan,
arah benua Messa. Perjalanan pun akan dimulai... belum dimulai, masih akan
dimulai…
Andi
memulai perjalanannya dengan sebuah sekoci kayu kecil dan beberapa persediaan. Menyebrangi
samudra E-Shard berbekal sebuah kompas, sedikit uang, dan apel yang hampir
kadaluarsa.
“Maaf, hanya itu yang kami
bisa berikan. “ kata Oso.
“Baiklah... aku mulai
perjalanannya... doakan aku. “ kata Andi.
“Mari beri penghormatan
terakhir bagi Andi, SEMUA SIAP... HORMAT GRAK!” kata Oso.
Pada saat awal perjalanannya,
langit dan angin laut terlihat bersahabat. Tetapi setelah kaki Andi menyentuh
permukaan laut, tiba-tiba muncul badai petir hitam pekat yang pekatnya seperti
orang yang
menutup mata di tempat gelap. Seakan-akan badai itu sengaja menunggu Andi. Saat Andi tidak menyentuh air,
badai itu menghilang.
Andi menyadarinya dan langsung cepat-cepat berangkat. Tetapi Andi terkena cipratan air saat berada
ditengah laut
dan... badai itu kembali.

Dalam proses tenggelamnya sekoci
yang dinaiki Andi, Andi masih sempat berpikir bahwa bosnya pasti akan sangat
marah jika mengetahui bahwa dirinya tidak berada di stadion. Padahal Andi
tengah berada di tengah-tengah samudra dengan badai. Gemuruh makin menggelegar.
Angin laut bertiup 1234 kali lebih cepat daripada angin sepoi-sepoi. Petir
berkali-kali terlihat sedang menyambar lautan seperti sedang menari. Kapal
sekoci milik Andi hanya tinggal beberapa sentimeter lagi untuk tenggelam.
Setelah melewati warna-warni badai
petir yang kekuatannya 10 kalinya Thor, kapal sekoci milik Andi sudah tidak
bernyawa. Dan Andi pun terdampar di suatu Pulau Entah Berantah, pulau yang
berjarak hanya beberapa ratus kilometer saja dari benua Messa.
Saat Andi terbangun, Andi sudah
dikerubungi dan dipelototi banyak orang. Andi diam saja. Andi meminta sekoci. Sekoci
pun diberikan. Tetapi entah kenapa sekocinya terbuat dari baja. Saat Andi pamit
untuk berangkat kembali ke benua Messa, orang-orang itu masih memelototinya dengan
tatapan yang membuat merinding. Bahkan anak-anak mereka pun ikut memelototi
Andi. Walau Andi sudah berjarak 1 kilometer dari bibir pantai Pulau Entah
Berantah.
Saat memasuki wilayah perairan
Messa, Andi mulai merasakan panas pada bagian bawah sekocinya yang terbuat dari
baja yang ajaibnya dapat mengapung. Semakin mendekati benua Messa, semakin
memerah pula bagian bawah sekoci Andi. Andi melihat-lihat sekitar dan mendapati
terdapat kapal penangkap ikan yang menggeret jala yang besar. Dengan jala yang
terbuat dari rantai. Andi semakin dekat dengan benua Messa. Uap-uap air yang
menguap makin meluap-luap memenuhi udara dan menjadi kabut yang membuat jarak
pandang hanya 1 meter saja.
Andi berguling-guling seperti cacing
kepanasan. Andi menyadari dan merasakan panasnya air laut dan pasir di benua
Messa dan menyimpulkan bahwa sebenarnya benua Messa bukan benua yang luas. Ketinggiannya
pun dibawah permukaan laut rata-rata. Tetapi karena panas matahari berfokus
pada benua yang tidak pernah malam ini, maka kebanyakan air laut menguap dengan
cepat karena tidak tahan dengan panas dan menjadikan sebuah padang pasir yang
sebenarnya adalah dasar laut yang kering.

“Dimana ya kira-kira Anton berada?” gumam Andi.
Andi berjalan menyusuri padang pasir
Messa. Andi sudah mendapati sekocinya yang terbuat dari baja meleleh di
pinggiran pantai karena terkena panas. Andi berjalan-dan berjalan sambil
melihat para kru yang merekamnya bersantai di bayang-bayang dengan minuman
dingin nan menyejukkan berliter-liter tersedia di samping mereka. Sangking
sengsaranya sampai-sampai penulisnya nggak tega menulis kelanjutannya dan harus
mengubah jalan ceritanya. Setelah beberapa jalan ceritanya dilewati dan diubah,
sutradaranya memerintahkan untuk melanjutkan adegan ngenes yang tadi.
“Haus… Haus… “ kata Andi.
“Air… Air… “ kata Andi kehausan. (temannya
penulisnya juga haus karena puasa)
Tidak lama kemudian Andi menemukan
sebuah oasis. Andi pun berlari ke arah oasis yang ternyata hanyalah sebuah
fatamorgana belaka. Andi berputar-putar mengikuti fatamorgana. Lalu Andi
melihat oasis lagi, tetapi hanya dikira fatamorgana oleh Andi, padahal bukan. Di
oasis itu terdapat Anton yang sedang menikmati minuman segar berupa es degan
sambil berenang di oasis yang menyegarkan itu. Anton melihat Andi sedang
berjalan lemah lembut gemulai. Dengan segera Anton memberi uang Rp 3. 000,-
kepada penjual es degan. Anton pun memanggil Andi dari kejauhan.
“ANDI!!!” Teriak
Anton.
“???” Andi
menengok ke arah suara teriakan berasal.
“Siapa itu?”
Andi tidak bisa melihat Anton dengan jelas karena terik matahari yang
menyilaukan mata.
“Halo?” Suara
teriakan pun hilang tergantikan oleh suara langkah kaki yang perlahan menuju ke
arahnya dan…
(Splash) (Joosh)
“Aah… aah…
segar… “ kata Andi sambil disemprot dan disiram dan diguyur es degan oleh Anton.
“Semuanya
seharga Rp 12. 000,- . “ kata penjual es degan.
“Ntar ngutang
dulu… “ kata Anton.
Andi yang awalnya kering kepanasan
menjadi segar dengan bonus pliket-pliket di seluruh tubuh. Anton pun mengajak
Andi untuk menuju desa terdekat. Anton mengucapkan mantranya. Balon udara yang
pernah dipakai Anton untuk mengejar sosok bayangan hitam itu pun muncul dan
perlahan mendatangi Anton dengan perlahan tapi pasti. Anton mencengkram tali
yang bergelantungan di bawah balon dan naik ke dalam balon. Saat Andi akan
naik, balon udara itu tidak ingin dinaiki selain pemiliknya. Setiap kali Andi
naik, pasti pintu darurat yang berada di bawah balon terbuka dan menjatuhkan
Andi kembali ke pasir panas yang hampir berubah menjadi kaca. Ukuran balonnya
pun lebih besar daripada saat itu karena memuai.
“Kamu jalan
aja ya. Desanya sekitar 11-12 kilometer kearah barat daya. Kutunggu disana!”
kata Anton sambil mengendarai balon udaranya yang memiliki kecepatan maksimum
50 km/jam dan 75 km/jam jika saat badai.
“Pasrah deh… “
kata Andi sambil berjalan dan berjalan menuju desa.
Anton sudah menunggu 6 jam di desa
sambil menikmati es degan dingin dan segar. Memang kebanyakan minuman disana
adalah air kelapa atau degan, ditambah es menjadi es degan. Jika di Erk minuman
terkenalnya adalah cold lemon, di sini es degan.

Saat Andi datang, Andi sudah
disambut dengan ‘TAJIR’ berupa siraman es degan. Andi datang dengan keadaan
kurus kerontang bin kerempeng. Dan diobati dengan infus berupa air kelapa yang
membuatnya segar kembali. Andi sempat menjadi buruh untuk mendapat uang. Andi
teringat tentang Xflower yang dicuri sosok bayangan hitam. Andi pun
mendiskusikannya dengan Anton.
“Anton,
ngomong-ngomong, Xflower?” tanya Andi sambil menarik gerobak berisi kelapa.
“Hmm… aku
nggak bisa mengejarnya. “ jawab Anton sambil menemani Andi. .
“Memang, siapa
sebenarnya sosok bayangan hitam itu?” tanya Andi lagi.
“Lha kamu
tanya aku, aku tanya siapa?” jawab Anton.
“Eh… ngomong-ngomong…
menurut rumor… terdapat piramid keramat bonus angker di sekitar sini yang katanya,
orang yang masuk nggak bisa keluar lagi. Masuk kesana yuk!” kata Anton.
“Nggak mau…
semua orang pasti berpikiran sama denganku. “ kata Andi sambil menata ulang
kelapa-kelapa yang ada.
“Berarti aku
beda sendiri… padahal konon, katanya, menurut rumor yang tersebar, di dalam
seluk-beluk piramid itu terdapat urbanstone yang berjenis Firecrackstone. “
kata Anton sambil membantu Andi.
“Nih upahnya.
Makasih ya. “
“Urbanstone
itu kembang api?” tanya Andi sambil menerima upah sebesar Rp 2000,-.
“Bukan
kembang api, itu lho batu yang bisa memberi kekuatan kepada pemegangnya. “
jawab Anton.
“Sebentar…
membuka Google Translate… Ooh Firecrackstone itu batu petasan!” kata Andi.
“Bukan… “
Dan perdebatan ini berlangsung selama
24 jam 24 menit 24,24 detik dan penulisnya nggak mau kehabisan halaman jadi
nggak ditulis. Lalu pada keesokan harinya, Anton sudah membulatkan tekadnya
untuk memasuki piramid tersebut sementara Andi ikut dengan rasa sedikit
terpaksa. Mereka menjelajahi Messa berbekal es degan yang dibeli dari penjual
yang tadi dibayar ngutang untuk mencari keberadaan piramid itu. Sampai akhirnya
Anton tersandung ujung piramid itu.
“INI
PIRAMIDNYA!!!” kata Anton.
“Anton, aku
nggak yakin untuk memasukinya. “ kata Andi.
“Udah masuk
aja, ladies first. “ kata Anton sambil membuka katub penutup piramid di bagian
atas piramid.
“Aku laki-laki!”
kata Andi.
“Ya sudah,
aku duluan ya, bencong last. “ kata Anton.
Mereka pun memasuki piramid itu
lewat katub yang bertuliskan EMEREGENCY EXIT. Di dalam piramid itu terdapat
beberapa mesin uap, pipa-pipa, dan komputer ber OS Windows Vista yang Beta
dengan game Crysis, Witcher III, GTA VI, dan Pacman. Lalu mereka turun melewati
lift menuju lantai sebelumnya. ‘Ting’ pintu lift terbuka. Mereka menemui banyak
pohon dan semak belukar. Lalu mereka turun kembali menuju lantai sebelumnya
lagi. Saat pintu lift terbuka untuk ketiga kalinya, mereka mendapati pasar
betro disana. Lalu mereka turun lagi menuju lantai sebelum dan sebelumnya lagi.
Pintu lift terbuka untuk keempat kalinya, mereka mendapati banyak mesin arcade.
Merekapun memainkannya sebentar karena hanya memiliki beberapa koin. Dan lantai
yang terakhir adalah tempat dimana jasad-jasad para raja disimpan beserta harta-hartanya.
Anton berpikir bahwa disinilah batu itu pasti disimpan. Andi menggunakan
kristal yang Ia bawa dari E-Shard untuk penerangan.
“Pasti disini
tempatnya. “ kata Anton.
“Baiklah,
mari kita cari dahulu batu petasannya. “ kata Andi.
“Itu bukan
petasan. “ kata Anton sambil mencari Firecrackstone.
Saat batu itu ketemu, Anton langsung
mengambilnya dan menuju ke lift. Andi berpikir bahwa…
“Mengapa
semudah ini mengambil batu ini, mengapa orang-orang berkata bahwa orang yang
masuk tidak akan bida keluar lagi?”
“Lho kok
liftnya nggak bisa?” kata Anton.
“Ooh ternyata
orang-orang nggak bisa keluar karena liftnya rusak. “ kata Andi.
“Rusak! Mari
perbaiki dengan alat-alat darurat milikku. “ kata Anton.
Saat Anton sedang memperbaiki lift,
tiba-tiba… batu itu bersinar, menyala terang melebihi sinar dari kristal yang
dibawa Andi. Dan… BOOOM DUARRR. Batu itu meledak seperti petasan dan mencederai
Andi dan Anton. Liftnya pun bertambah rusak karena terkena ledakan.
“Tuh, apa
kubilang, petasan kan?” kata Andi.
“Sekarang bagaimana cara
keluar dari sini?” tanya Andi.
“Liftnya
rusak, bagaimana caranya keatas?” tanya Andi lagi panik.
“Bagaimana
cara bertahan disini?” tanya Andi lagi dan lagi.
“Shht...
“ kata Anton.
“Kalau
Kita disini selamanya bagaimana?” tanya Andi lagi, lagi, dan lagi.
“DIAM!
AKU SEDANG MEMIKIRKAN CARANYA!” kata Anton.
Tiba-tiba
terdengar suara teriakan. Seperti menjeritnya tokek. Dari langit-langit piramid
dan lantai piramid yang terbuat dari batu pasir muncul benda seperti tengkorak
lengkap dengan tulang-tulangnya, dengan mata oranye menyala dan berkobar
seperti api menatap Andi dan Anton. Lalu Andi berkata.
“Aduh...
makhluk ini lagi... bosan aku liatnya. “ kata mereka.
“Kemarin
kamu menggunakan kartumu kan, sekarang gunakan lagi!” kata Anton.
“Nggak mau, kartuku tinggal 51
lembar. Nanti nggak bisa main remy. “ kata Andi.
Tengkorak-tengkorak
itu mulai menyusun diri mereka sendiri. Salah satu kerangka
hidup sedang
memasang papan skor bertuliskan ‘Wins’. Kerangka yang lainnya terlihat sedang menghias
ruangan dan menulis ‘Skeletons Score’ dan ‘Visitors Score’. Kerangka yang lainnya lagi sedang
bersiap bertarung. Pertandingan dimulai dengan ditandai dengan bunyi lonceng
emas yang dipukul
oleh salah satu kerangka itu.
“Ooh
pertandingan tinju. Ayo bersiap. “ kata Anton.
“Jika
ini pertandingan tinju, mengapa para kerangka itu memakai pedang dan baju besi. “
tanya Andi.
(TING-TING)
Pertandingan
pun dimulai, pertandingan dua lawan seribu antara Andi, Anton dengan ‘Joe
Colony’ yaitu nama grup yang para tengkorak buat sendiri. Anton memaksa Andi
agar menggunakan bakatnya yaitu AKURASI DEWA saat melempar kartunya. Andi pun
memaksa Anton untuk menggunakan bakatnya yaitu memanggil balon udara menuju ke
arahnya.
(Desyak) (Desyak) (Desyak) (DUARR)
Setelah
beberapa saat bertarung, banyak tengkorak yang terbongkar-bongkar seperti
mainan bongkar pasang dan membanjiri ruangan itu. Tulisan di papan skor adalah...
Visitors Score
|
||
Andi
:
|
Kills
: 318
|
Deaths
: 0
|
Anton
:
|
Kills : 781
|
Deaths : 0
|
Skeletons Score
|
||
Damage : 180 / 200
|
Kills
: 0
|
Deaths : 999
|
“Sulit sekali bergerak di sini,
banjir tulang!” kata Andi.
“Tenang...
aku punya alat yang bisa mengatasi ini, jika aku menemukan ranselku. “ kata Anton.
“Tapi
masalahnya ranselmu tertimbun tulang-belulang. “ kata Andi.
“Seperti
mencari jerami di timbunan jarum. “ kata Anton.
“Terbalik...
pepatahnya... “ kata Andi.
“Dan
untuk menembus tulang-tulang ini membutuhkan alat yang ada di ranselku yang tertimbun tulang. “
kata Anton.
“Aduh...
“ kata Andi.
Setelah
susah payah mencari ransel milik Anton, mereka akhirnya bisa keluar dari
piramid dengan memperbaiki lift yang rusak. Tetapi mereka menyadari bahwa Firecrackstone
tertinggal di dalam piramid. Mereka pun kembali ke dalam piramid dengan lift
dan mencari Firecrackstone di timbunan tulang-belulang. Firecrackstone terlihat
lebih gelap daripada awal ditemukannya. Terdapat tulisan ‘Recharging... ‘ di
batu itu. Batu itu juga bersuara seperti bom yang akan meledak.
(Tiit tiit tiit)
“Suara apa itu?” kata Andi.
“Sepertinya
berasal dari batu ini. “ kata Anton.
“Batu
ini ada tulisannya... hmm... recharging... apa maksudnya?” kata Anton.
“Mungkin
itu cooldownnya sebelum meledak lagi. “ kata Andi.
“Ah...
biarkan... lumayan dapet batu keramat... “ kata Anton.
Mereka
segera kembali ke desa, saat mereka melihat kembali kondisi Firecrackstone,
warna Firecrackstone berubah menjadi lebih terang. Lebih oranye dan lebih
berkilau. Tetapi tulisan ‘Recharging... ‘ masih ada di batu itu. Entah ini batu
apa, seperti gabungan dari masa depan dan masa kecil bahagia pada saat bermain
petasan. Anton menatap batu itu, Ia pun teringat dengan masa kecilnya...
“Anton... Anton...
dimana kamu nak?”
“Aku disini
bu... “
“Ngapain nak...
makan malam sudah siap... “
“Lagi
membuat tugas proyek, BALON UDARA!”
“Wah... semoga
berhasil dengan tugas proyekmu... nah sekarang ayo makan dulu nak... “
“Aku datang
Emak... “
Anton dahulu tinggal di desa pedalaman hutan Ringo.
Tidak jauh dari pusat kota Erk. Hutan Ringo adalah hutan terbesar, walau sudah banyak
penebangan liar, tetapi luas hutan tersebut masih sangat luas karena
pertumbuhan segala tumbuhan dan hewan di sana sangat cepat berkat salah satu
dari 5 urbanstone yang banyak dicari orang. Urbanstone ini berjenis Razor. Tidak
pernah ada orang yang mampu dan mau mengambil kristal ini. Walau saat itu Anton
masih berumur 14 tahun, tetapi Anton sudah diangkat menjadi pembina pramuka
(bagi adik kelasnya). Ini pertama kalinya Anton membuat tugas proyek diluar
kepramukaan.
“Makan
malamnya apa?”
“Oseng-oseng.
”
Karena ini
pertama kalinya Anton melakukan tugas proyek diluar kepramukaan, Anton ingin
melakukan yang terbaik. Anton membuatnya dari bahan-bahan terbaik dan merawatnya dengan penuh
kasih sayang. Hingga kejadian itu... semua usaha Anton terbayar.
“Hey Anton...
Anton... “ kata Andi.
“Kamu
punya tanda-tanda sosok itu?” kata Andi.
“Hmm...
nggak, tapi mungkin sosok itu menuju ke suatu tempat. Bagaimana, kita cari dulu
di sekitar sini. “ kata Anton.
“Ayo!”
Dan
mereka pun mencari dan mencari dan terus mencari. Mulai dari Pulau Entah
Berantah sampai piramid yang tadi, Dari jurang terdalam sampai goa terpanjang,
dari bawah tempat tidur sampai atap rumah tetangga, dari sarang semut sampai
lubang cacing. Mereka masih tidak menemukan sosok itu. Tetapi mereka menemukan
aura htam yang merupakan jejak dari sosok itu. Aura itu mengarah ke Erk,
tepatnya desa Ringo, kampung halaman Anton...
Mereka
bertekad untuk pergi ke... pedagang es degan untuk membayar hutang sebesar Rp
12. 000,- . lalu mereka segera...
“Sebentar
jangan pergi dulu, bagaimana persiapan kita seperti persenjataan, bekal, dan
lainnya?” kata Andi.
“Santai
kalau masalah peralatan... aku punya banyak di ranselku. “ kata Anton.
“Kalau
masalah bekal?” tanya Andi.
“Bekal...
hanya cukup untuk beberapa hari saja sebelum busuk, kamu punya bekal apa?”
jawab Anton.
“Kalau
aku... “ Andi menunjukkan apel yang hampir kadaluarsa pemberian Oso.
“SAY
SOMETHING... “ kata Anton sambil menggelengkan kepala.
“Hmm...
Persenjataan?” tanya Andi.
“Hmm...
aku cuma punya kartu remiku. “ kata Andi.
“Ada
tongkatku. “ kata Anton.
“...
“ SETELAH
ITU TERJADILAH KIAMAT LALU KIAMATNYA NGGAK JADI.
Chapter III : Forest Darkness...
Setelah mempersiapkan semuanya, Anton
mengucapkan mantra ajaibnya. Balon udara Anton pun datang menjemput. Kali ini
Anton bercakap-cakap dengan balonnya supaya mau mengangkut Andi. Akhirnya
dengan terpaksa Balon itu mau nggak mau harus menurut. Saat sampai di pinggiran
pantai Entah Berantah, mereka melihat beberapa papan tanda. Tanda yang pertama
bertuliskan ‘BAHAYA’ dan tanda yang kedua bertuliskan ‘JANGAN TERUSKAN’,
sementara tanda yang terakhir bertuliskan ‘YANG BACA GILA’ . mereka langsung
berpaling dan memejamkan mata supaya tidak membacanya.
Tetapi
di bawah papan-papan tanda itu terdapat aura yang sama, yaitu aura hitam. Mereka
secara serentak berpikir “Pasti sosok hitam itu yang memasang tanda-tanda ini. ”.
“Baiklah mari kita ikuti arah ini dan
jangan pedulikan papan-papan tanda ini. “ kata Anton.
“Memang kenapa?” kata Andi sambil
memejamkan mata.
“Kamu nggak baca ta, kamu beruntung.”
kata Anton.
Dan
mereka melanjutkan perjalanannya menuju Erk. Perjalanan membosankan yang
melewati badai yang sama yang menerjang Andi, yang petirnya berserakan, yang
anginnya balapan, yang awannya besar-besaran, yang air hujannya jatuh
keroyokan, yang topannya nggak pusing-pusing. dan yang ombaknya tabrakan.
Sangking bosannya, mereka sampai
tertidur di dalam balon udara, main kartu di dalam balon udara, pesta minum teh
di dalam balon udara, main ular tangga, minum coklat panas, bermain
tic-tac-toe, minum es teh panas, main monopoly, main angry bird, minum coklat
panas, makan kue buatan nenek, sampai main bad pigiies di dalam balon udara
saat badai.
Dua hari kemudian, badai telah
berlalu... Anton mengecek sekitar. Karena kabut, jarak pandang jadi terbatas
walau Andi sudah meminjam teropong jarak dekat milik Anton. Sebenarnya itu
adalah teropong jarak jauh yang terbalik karena Andi tidak tahu cara memakainya.
Andi baru dapat melihat dengan jelas setelah Anton memberitahu cara memakainya.

(GUBRAK)
Andi tidak dapat melihat dengan
jelas kembali. Andi berusaha membalik-balik dan memutar-putar teropong itu
tetapi jarak pandang masih seperti ditutupi penghalang yang besar. Andi
merasakan balon udara tidak bergerak lagi. Tanpa teropong Ia hanya dapat
melihat daun dan kayu raksasa dimana-mana.
“Dimana ini. Anton, Kamu sedang apa?”
tanya Andi.
“Huh... buat pijakan biar bisa
turun, lho kok masih dipakai, udah lepas aja teropongnya, jangan dipakai terus.
“ kata Anton.
“Memang seberapa tinggi?” tanya Andi.
“Lihat aja sendiri.” jawab Anton.
Andi langsung merinding saat
mengetahui ketinggian dari pohon raksasa ini. Anton kembali melanjutkan
mengukir pohon hingga berbentuk pijakan dengan pisaunya. kata Anton, pohon
tempat balon udara ini tersangkut adalah pohon terkecil jika dibandingkan
dengan ukuran rata-rata pohon-pohon di sini. Sangking kecilnya, sampai-sampai
meteran ukuran 2 kilometer yang ditarik dari pucuk hanya akan sampai
sepertiganya dari ukuran pohon itu.
“Nggak terlalu tinggi, tadi kita
cuman terbang rendah 6 kilometer aja. Makanya kecantol pohon. “ jawab Anton.
“enam kilometer itu tinggi!” kata Andi.
“Kalau disini termasuk pendek. “
kata Anton sambil mengukir kulit kayu.
“Memangnya dimana ini?” tanya Andi.
“Erk. “ kata Anton.
“Erk bagian mana, kok nggak pernah
dengar?” tanya Andi sambil mendirikan tenda.
“Hutan hujan terbesar, hutan Ringo. “
jawab Anton sambil mendirikan tenda.
Hutan Ringo adalah hutan hujan terbesar
yang berada di benua Erk. Gedung-gedung tinggi hanya seukuran rumput yang liar
tumbuh di sini. Dibutuhkan kemampuan parkour tinggi untuk dapat bertahan di
hutan ini. Saat pagi hari, suasana sangat segar karena ukuran daunnya sangat
besar. Pohon-pohon yang tumbuh di hutan ini bukanlah pohon biasa, pohon-pohon
ini dapat tumbuh dan berkembang biak dalam satu malam. Kebanyakan pohon di sini
berumur panjang. Pohon-pohon di sini memproduksi oksigen dengan cepat dan tidak
membutuhkan karbon dioksida. Oleh karena itu, kota terbesar ada tidak jauh dari
hutan Ringo.

“NGOMONG DONG!”
“BILANG DONG!”
“Ooh, kamu sudah tahu daerah sini?”
tanya Andi.
“Tahulah, aku kan pengembara,
kecantol gini sudah biasa. “ jawab Anton.
Setelah mengukir pijakan, Anton dan
Andi dengan GANBATTE! berusaha melepas balon udara supaya balon tidak
tersangkut lagi. Beberapa hari kemudian, balon dapat dilepaskan setelah
menggundul setengah dari salah satu daun di pohon itu. Setelah itu, mereka
melipat tenda mereka masing-masing. Anton berpikir...
“Sudah lama aku nggak ke kampung
halaman, Andi ajak nggak ya... ajak nggak ya?”
“Ajak lah!” kata Andi.
“Lho, kamu dengar?” tanya Anton.
“Dengar apa. Ah sudahlah. Ajaklah
salah satu peliharaanmu ikut mengembara... “ kata Andi.
Tiba-tiba, terdapat suara yang
memanggil Anton. Anton mengenali suara itu, Ia pun mengucapkan hmm... semacam
sandi. Lalu, banyak anak kecil berumuran sekitar sepuluh tahun berseragam
pramuka lengkap turun dari pohon dengan lincahnya sambil menyapa Anton.
“Kak Anton... !!!” ucap mereka
secara serentak.
“Hai, bagaimana kabarnya setelah aku
meninggalkan kalian?” tanya Anton.
“BAIK SIAP SIAP YESS. “ ucap mereka
secara serentak.
“Anton terkenal juga ya... “ Gumam
Andi.
Tiba-tiba, Andi merasa aneh. Andi
menengok kebelakang karena merasa ada sosok yang berkali-kali lewat di
belakangnya. Tetapi tidak ada siapa-siapa. Lalu Andi menengok ke semak-semak
yang letaknya agak jauh dari kerumunan murid Anton, semak itu bergerak-gerak
menyimpan misteri. Lalu keluar seekor monyet dari semak-semak itu. Andi pun
merasa lega. Tetapi saat Andi menengok ke depan lagi, sosok bayangan hitam itu
telah berdiri tegak tepat didepan Andi. Lalu menghilang bersama Firecrackstone
yang dibawa Anton. Mengagetkan Andi. Anton dan murid-muridnya karena suaranya
yang mengerikan.
“AAAAA!!!” Suara teriakan Andi.
“Hah, ada apa. Regu elang, ikut
saya!” kata Anton.
“Siap!” ucap regu elang secara
serentak.
Andi sudah ditemukan terbujur kaku
dengan aura-aura hitam yang menyegelnya. Anton baru menyadari bahwa itu aura
yang sama. Anton juga menyadari Firecrackstone yang Ia bawa hilang. Aura-aura
itu membentuk kalimat yang berbunyi... ‘JIK* DALAM 2 H*RI URB*NSTONE:RAZOR B***M
DISERAHKAN, MAK* T*MANMU AK** KAKU KAYAK TIANG *ATU SELAM*NYA... ’
“Hei ada tulisan... mmm...
bacanya... klo dlm 2 days batu or dereng ing, then your friend will mmm... nggak
jelas nih tulisannya. “ kata salah satu murid Anton.
“Mana, oh dalam 2 hari, santai masih
lama... “ kata Anton sambil membaca tulisan itu.
“Kak, memang siapa dia?” tanya salah
satu murid Anton.
“Dia temanku, teman baruku. “ jawab Anton.
“Saat aku pergi ke E-Shard, aku
melihat dia terdampar... “ kata Anton.
“Kak, memangnya dimana tempatnya
Razor. Razor itu siapa?” tanya salah satu murid Anton.
“Baiklah, 2 hari kan. Murid-murid,
bersiap!” kata Anton.
“Siap!” ucap murid Anton secara serentak.
“Mmm... mmm... “ Andi ingin
memperingatkan mereka karena merasa ada yang janggal. Tetapi tidak bisa karena tubuhnya kaku. Hanya
matanya saja yang sanggup bergerak. Anton hanya dapat mendelik nggak jelas
kekanan dan kekiri.
Rombongan Anton dengan mudahnya
menuruti ancaman itu. Mereka pun langsung bablas menuju candi zaman prasejarah
tempat Razor disimpan. Karena Razor membuat seluruh hewan dan tanaman tumbuh
dan berkembang biak dengan cepat, jadi makhluk penjaganya pun tumbuh dan
berkembang biak dengan cepat.

Rombongan Anton pergi ke candi antik
itu dengan menyanyikan yel-yel kebanggaan mereka. Menurut legenda, candi itu
telah banyak menelan korban yang juga ingin mengambil Razor. Tetapi itu tidak
membuat Anton dan rombongannya gelisah sedikitpun, karena mereka tidak
mengetahui tentang ini.
Mereka terus berputar-putar sambil
terus menyanyikan yel-yel mereka. Saat salah satu murid Anton bertanya ‘Kemana
kita akan pergi’. Anton langsung berjalan terbalik. Para murid terus mengikuti
Anton tanpa mengetahui tujuannya.
Andi melihat mereka berjalan mundur
melewatinya. Mereka terus berjalan mundur memasuki rumah sakit jiwa dan keluar
lewat pintu belakang. Memasuki warkop, melewati atap rumah, sampai panti jompo.
Bisa dibayangkan bagaimana ekspresi orang-orang yang melihat mereka bejalan
mundur.
Mereka terus berjalan mundur sampai
memasuki sebuah perpustakaan di pusat kota Erk. Lalu Anton berhenti bejalan
mundur. Anton mulai mencari dan mencari buku berisi informasi tentang candi
itu. Setelah selesai membaca, Anton ingin meminjam buku itu. Anton baru ingat
bahwa Ia lupa membawa kartu tanda anggota perpustakaan. Lalu Ia pun kembali ke
desa Ringo dan kembali lagi ke kota Erk. Menunjukkan kartu tanda anggota
perpustakaan. Lalu meminjamnya, menunjukkannya kepada Andi, lalu berangkat
dengan persiapan setengah matang.
Seperti saat sebelumnya, mereka
selalu menyanyikan yel-yel kebanggaan mereka. Berjalan menuju candi antik
prasejarah bernuansa mengerikan dengan melewati tanah hutan Ringo yang sedikit
becek. Dinaungi daun-daun raksasa yang rindang, udara yang hampir seluruhnya
adalah oksigen karena produksi oksigen sangat cepat.
“Kak, disini tertulis... kekuatan
senjata minimal harus seperti golok.” kata salah satu murid Anton.
“Tongkatmu kan sudah kayak sabit
yang biasa digunakan grim reaper itu. Coba pakai jaket.” kata Anton.
“Nah... kayak grim reaper sekarang,
keren.” kata Anton.
“Ehm... kak, tapi... “kata murid
Anton yang tadi diberi jaket.
“Dah... keren kok... “ kata Anton.
“Tapi saya disini.” kata murid Anton
yang tadi diberi jaket.
Mereka pun membuka tudung kepalanya
dan menyadari bahwa itu adalah grim reaper sungguhan. Para murid berlari
kocar-kacir, Anton tiba-tiba berlari sangat cepat melebihi kecepatan MotoGP
yang lagi mogok.
“Apa-apaan tuh orang, udah enak-enak
dipuji keren kok malah lari.” kata Grim Reaper.
Mereka semua lari terbirit-birit
sampai saling tubrukan, saling kaget sendiri, dan lari lagi. Grim reaper
melihat mereka lari gak jelas padahal Ia cuman pingin selfie bareng mumpung
dikatain keren.
Salah satu murid menabrak sang grim
reaper dan mendorongnya jatuh tepat sebelum grim reaper itu pergi menghilang.
Karena terdorong, sabit milik grim reaper itu terjatuh ke tangan murid Anton
yang berjaket hitam hasil pemberian Anton.
“HOREEE AKU PUNYA SABIT SUNGGUHAN!”
kata murid Anton yang tadi diberi jaket hitam.
“Baiklah, kita punya waktu sebelum
grim reaper tadi menyadarinya.”
(Di tempat grim reaper) grim reaper
tadi menyadarinya, tetapi Ia membiarkannya. Ia lalu membuka sebuah lemari yang
penuh dengan sabit. Dan Ia mengambil salah satunya sebagai penggantinya.
Mereka pun melanjutkan perjalanan
dengan sabit baru. Tetapi menurut buku yang Anton pinjam, candinya terletak di
tempat Anton berdiri, tetapi Anton tidak menemukan candi itu. Mereka
berputar-putar mencari tanpa menengok keatas. Saat mereka menyerah, mereka
beristirahat dengan mendirikan tenda, dan menengok keatas. Candi itu ternyata
ada diatas mereka. Mereka pun memikirkan cara agar dapat naik keatas.
Mereka mencoba berbagai cara mulai
dari memanjat pohon sampai menyusun properti perpustakaan. Memanjat pohon tidak
berhasil. Menyusun properti perpustakaan seperti buku, bola globe, rak buku,
kursi, dan meja berhasil seimbang disusun dan dipanjat. Anton yang memanjat
pertama kali. Anton juga yang membuka pintu yang bertuliskan ‘spin to open’.
Didalam candi itu, terdapat gerbang
masuk dengan loket untuk membeli tiket bertuliskan ‘Welcome to Ancient Temple
have fun!’. Anton pun membeli tiket dan masuk lebih dalam. Pertama, mereka naik
roller coaster. Lalu masuk ke haunted house, lalu yang terakhir mereka naik
wahana octopus.
Saat akan melewati pintu keluar,
mereka dihadang beberapa tanaman hidup, tanaman obat atau TOGA, dan beberapa
tanaman hias. Semua berjalan tenang sampai saat rombongan Anton dan
murid-muridnya akan turun ke permukaan. Mereka tidak menemukan benda-benda yang
mereka susun seimbang. Mereka juga kaget karena tidak melihat permukaan tanah,
bumi, dan langit. semuanya gelap...
Anton mulai panik, Anton kembali ke
tempat loket. Orang yang tadinya menjual tiket padanya sudah menjadi
tulang-belulang yang tua. Semua wahana juga terlihat tua dan rapuh. Jaring
laba-laba banyak ditemukan di pojok-pojok ruangan yang awalnya terlihat baru
dan bersih. Anton lalu berpikir...
“Mengapa aku tidak mengetahui
tentang ini, padahal aku yang pertama kali membuat peta dunia, keliling dunia
berkali-kali. Tetapi, mengapa?”
Mereka berkeliling untuk mencari
celah keluar. Mereka memanfaatkan segala yang ada untuk dapat keluar. Semuanya
menjadi berwarna hitam putih. Apakah mereka bisa keluar, kita ketahui setelah
pesan-pesan berikut ini...
“****** **** *** *****” ***** ****.
Baiklah kembali lagi di Stadion
Gila, disponsori oleh ****. Andi yang terbaring di tengah hutan hanya diam
melihat hewan-hewan buas memperhatikannya. Tentu saja Andi merasa merinding.
Anton sedang berkeliling candi sambil memakan popcorn. Para murid Anton
masing-masing mempunyai popcorn mereka sendiri-sendiri.
Hewan yang mengelilingi Andi makin
banyak. Liur yang keluar dari mulut hewan-hewan itu pun mengalir seperti sungai
yang bisa digunakan sebagai wahana arung jeram. Anton masih bingung mencari
jalan keluar. Sampai Ia melihat tanda bertuliskan Lv.01.
“Level satu, apakah kita sedang
diuji?” Tanya salah satu murid Anton.
Tiba-tiba muncul tampilan hologram
dari hantu bertopeng. Hantu itu memberitahukan semua cara dan tips untuk dapat
melewati level satu.
“Ruang pertama, naik kedalam kereta
tambang yang tujuannya sudah diatur sedemikian rupa.”
Mereka pun mengikuti petunjuk dari
hantu itu, walau sedikit merinding. Anton naik gerbong ke-2. Kereta sedikit
demi sedikit menambah kecepatannya. Lalu sebuah senjata jatuh dari atas
ketangan murid berjaket hitam.
“Tarik tuas untuk mengerem. Tembak
beberapa musuh yang akan muncul menggunakan senjata itu...
*!^#)*$!&)$@&#!)@ (hantu itu rusak karena ditembak oleh murid berjaket
hitam).”
Semuanya memandangi murid dengan
jaket hitam itu dengan tatapan yang tidak mengenakkan.
“Apa?” Kata murid berjaket hitam.
Hantu itu telah rusak. Mereka
menyusuri tantangan ini tanpa petunjuk. Beberapa robot monster muncul dari
kanan dan kiri siap menyerang mereka. Skor terus berambah seiring jumlah musuh
yang dikalahkan. Tiba-tiba kereta berhenti dan menyuruh rombongan Anton untuk
keluar dari kereta. Anton menemukan sebuah peti mati berisi persediaan termasuk
senjata. Mereka mengambil seluruhnya termasuk tulang belulang orang yang meninggal
disini berabad-abad lalu.
Sementara Anton dan murid-muridnya
berusaha mencari Razor dan keluar dari sana. Andi bermimpi tentang suara-suara
aneh...
Jika semua Urbanstone... 7707 Its A
Trap... Digabungkan, bersatu kita teguh bercerai kita kawin lagi... A complete
power of ALL URBANSTONE... Kekuatan terhebat berada pada... menghasilkan
senjata terkuat, sapu lidi EMAK. Saat kau menggabungkan semua URBANSTONE, itu
bukan yang pertama kalinya... dapat digunakan untuk melawan yang jahat.
Pernah melihat adikmu yang nakal
ini... kak Anton?

“Hah
hah hah... “ Andi langsung terbangun dari mimpinya. Andi sudah tidak kaku lagi
dan Ia berada di rumahnya. Andi melihat keluar jendela, perang masih
berlangsung. Andi berusaha menenangkan diri dan memahami maksud dari mimpinya
itu. Andi segera membuka pintu untuk menuju ke stadion. Tetapi Ia tidak bisa
memegang gagang pintu. Gagang pintu hanya menembus tangannya. Andi menyadari
bahwa jiwanya telah terpisah dari tubuhnya...
“APA,
jadi dimana tubuhku?” Kata Andi sambil terbang menjelajahi Erk. Andi berkunjung
ke stadion. Andi melihat bosnya marah-marah dengan bahasa pedalaman papua. Andi
lalu mencari Anton tetapi tidak menemukan Anton dimana-mana. Andi juga melihat
tubuhnya sendiri terbujur kaku dan masih ditengah hutan dengan hewan-hewan buas
mengerubungi.
“Dimana
Anton, aku tidak bisa memegang apapun. Aku juga tidak bisa masuk kembali
kedalam tubuhku. Tolong aku!” Kata Andi.
“Percuma
saja, tidak ada*8**72 orang lain yang*023** akan mendengarmu.” Kata Kevin.
“Hah
siapa disana?” Tanya Andi.
“Maaf
telah*1462*** melibatkanmu di masalah keluarga ini. Maaf*81*299* juga saat itu
aku tidak**180* memperkenalkan diri.” Kata Kevin.
Andi
melihat sosok bayangan hitam yang sama dengan saat itu. Dengan mulut tersenyum
lebar dan mata berkobar muncul dari balik bayang-bayang. Sosok itu menatap
Andi.
“Namaku
Kevin... **219*“ Kata Kevin dengan senyum lebarnya.
“K-K-KAU...
!!!” Andi merinding. Tiba-tiba aura-aura hitam milik Kevin menutupi seluruh
langit Erk dan membuat seluruh Erk menjadi gelap gulita. Para penduduk
menganggapnya sebagai mendung.
“Biar*24**
aku jelaskan sedikit. Dua dari lima URBANSTONE **256*ada di genggamanku. Dan
karena kamu berwujud jiwa, maka*19*5 kamu tidak dapat mengambilnya dariku.”
Kata Kevin.
Anton
sedang menyelesaikan tantangan kelima, dimana terjadi peperangan antara robot
mainan Anton dengan robot mainan milik seorang tak dikenal yang menantangnya
bermain. Pertarungan itu berlangsung sangat sengit.

Pemenangnya
belum diketahui karena setiap ada yang kalah langsung respawn untuk bertanding
lagi. Anton dan orang tak dikenal itu terus bertanding. Murid-murid Anton
tertidur dibelakang Anton.
“M-Masalah
keluarga?” tanya Andi.
“*20*7Bukan
urusanmu*913” jawab Kevin.
“A-Apa
yang kau mau dariku?” tanya Andi.
“*0213Bukan
apa-apa**193 hanya sebagai tumbal*1683**” jawab Kevin.

Tidak seperti makhluk-makhluk aneh
yang ditemui Andi dan Anton sebelumnya, kali ini benar-benar mengerikan.
Mayat-mayat tiba-tiba muncul satu per satu dari tanah. Yang keluar pertama kali
adalah tangan, ada yang pantatnya terlebih dahulu, ada yang kepalanya, kakinya,
bahkan ‘anu’nya yang duluan keluar.
Andi
hanya melihat Anton dan murid-muridnya berlari kocar-kacir. Tetapi salah satu
murid Anton memakai sabitnya untuk melawan.
“♪ Panen panen panen kepala la la la... ♪” kata murid berjaket hitam sambil bernyanyi
riang gembira.
Kepala-kepala
berjatuhan. Sudah bertumpuk-tumpuk mayat hidup yang mati, tetapi para mayat
hidup masih saja berkeluaran dari dalam tanah.
Tempat
itu semakin sempit. Anton dan murid-muridnya terpojok di sudut candi. Salah
satu murid Anton masih mengayunkan sabit untuk mempertahankan diri. Sekali
ayun, tiga kepala jatuh. Mayat-mayat hidup yang sudah pernah mati itu semakin
memojokkan Anton dan murid-muridnya. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk bertahan.
Murid
Anton yang berjaket putih melawan para mayat hidup itu dengan gaya seperti
bruce lee. Karate dan kung fu digabungkan. Dan jadilah mayat-mayat hidup itu
satu per satu berlontaran.
Anton
memutuskan untuk melompat. Anton pun mengambil beberapa mayat hidup dan
menyuruh semua muridnya untuk mengambil satu mayat hidup per orang. Anton
memerintahkan untuk terjun dengan mayat hidup sebagai alas supaya saat mendarat,
luka bisa diminimalis.
“Grrrr...
kenapa *219***kakakku bisa **153**lolos!” tanya Kevin.
“hhelahjjsdwwwnadipfihsaifdvwd”
jawab salah satu mayat hidup.
“Ooh
jadi begitu**156**Ternyata pintar juga mereka *032**. Tapi tidak masalah,
*1836**mereka tidak tahu mereka ada dimana... hahaha*403**!” kata Kevin dengan
licik.
“Hei
aku mendengarnya!” kata Andi.
“??*190**Oh
maaf, lupakan saja yang tadi*938*” kata Kevin.
“Lain
kali pelan-pelan saja ngomongnya.” kata Andi.
Chapter IV : ???...
Setelah
beberapa jam terjun, Anton dan murid-muridnya membersihkan sepatu mereka dari
bekas darah dari mayat hidup dari candi prasejarah itu. Lalu, Anton menyadari
sesuatu.
“Dimana
lagi ini?” tanya salah satu murid Anton.
“P-Pulau
i-ini... “ gumam Anton.
Anton
baru saja menyadari sesuatu. Anton terlihat senang sekaligus panik. Murid-murid
Anton memperhatikan Anton. Tidak semua murid berkumpul. Murid yang lainnya
terjatuh di tempat yang berbeda.
“Haha
hahaha! Selesai juga akhirnya. AKHIRNYA SELESAI!!!” kata Anton bergembira.
“Apa
yang selesai?” tanya salah satu murid Anton.
“Ini
lho ini hahaha!!!” jawab Anton.
“Apa
itu?”
“Ooh
itu... aku nggak mengerti.”
“Kertasnya
terbalik” (membalik kertas)
“WAH!!!”
kata murid-murid Anton kagum.
Mereka memandangi sebuah kertas yang telah
diwarnai menggunakan spidol, cat, dan krayon. Sebuah peta dunia dengan kualitas
gambar anak TK berhasil dibuat oleh Anton. Anton menggambar duri-duri raksasa
nan tajam di pulau yang tidak berpenghuni itu karena saat terjun, yang pertama
menyambut rombongan Anton adalah batu-batu yang meruncing.

Tetapi
mereka selamat karena mayat hidup yang mereka jadikan alas melindungi mereka
dan menjadikan sepatu mereka berbau daging busuk. Sementara itu, murid Anton
yang lainnya sedang mencari jalan menuju ke tempat Anton, menuju ke arah kembang
api yang sebenarnya adalah jebakan.
Anton
juga melihat kembang api. Anton pikir itu adalah salah satu muridnya yang
meminta pertolongan. Anton pun pergi menuju kembang api itu dengan ditemani
beberapa muridnya. Mereka memanjat naik ke puncak batu runcing menggunakan tali
yang dilempar dan diikat diatasnya. Berayun-ayun seperti sapiderman, dan
melihat-lihat sekitar.
Anton
hampir sampai ke lokasi kembang api berada dengan berayun-ayun di ujung tanduk
raksasa yang terbuat dari batu.
“Itu
dia kembang apinya!” kata Anton.
Pada
saat bersamaan Anton menyadari bahwa itu adalah jebakan. Anton juga melihat
murid-muridnya yang di permukaan sedang menuju ke ‘jebakan’ itu. Segera Anton
memperingatkan mereka satu per satu. Sayang sekali, semua berhasil
diselamatkan.
Benda
yang mengeluarkan kembang api itu adalah Firecrackstone sendiri, oleh karena
itu Anton curiga.
“*10**Hah!
Sudah pasti dia menyadarinya*103*” kata Kevin.
“Hei
keluarkan aku dari sini! Hadeh... “ kata Andi dari balik jeruji tembaga dengan
aliran listrik.
“*102*Ternyata
tidak mudah ya... *301*” kata Kevin.
“Hei
ayolah, bagaimana kalau tubuhku kebelet pipis dan ngompol bagaimana?” tanya
Andi.
“*1*23Udah
DIAM KAU!” bentak Kevin sambil mengeluarkan tentakelnya dan mengikat Andi
dengan tentakel hitamnya itu.
“AAGH
UGH tapi aku benar-benar harus kesana. Kebelet nih... ” kata Andi.
Sementara
itu, para mayat hidup tergoda melihat sebuah kota dengan penuh otak segar, kota
Erk. Mereka pun berjatuhan dan membentuk jembatan yang tinggi dan panjang tersusun
dari mayat-mayat hidup yang sudah mati. Jembatan menjijikkan itu terus
bertambah panjang dan panjang. Pelan namun pasti menuju ke arah Erk.
Anton
segera memastikan bahwa itu Firecrackstone asli. Beberapa saat kemudian
Firecrackstone berwarna gelap lagi dan bertuliskan ‘Recharging...’. Saat itu
Anton berpikir bahwa suasana sudah aman. Anton pun memegang dan menyimpannya di
tas miliknya.
Murid-murid
Anton berkumpul untuk melihat batu apa itu. Anton langsung menunjukkannya.
“Ini
namanya Firecrackstone, ditemukan di sebuah piramid penuh bahaya. Bisa
mengeluarkan kembang api. “ kata Anton.
Tanpa
sepengetahuan mereka, Kevin menyadari bahwa mereka telah berdiri tepat diatas
jebakan. Langsung saja Kevin menekan tuas yang dipergunakan untuk membuat
secangkir kopi.
“Andi,
*132*kamu mau?*030**” tanya Kevin.
“Nggak
terima kasih... huh... hampir saja. ” kata Andi.
“Hampir
apa?” kata Kevin sambil menekan tombol bertuliskan ‘Activate Pitfall’.
Andi
dan murid-muridnya pun terjatuh kedalam lubang jebakan itu. Tetapi mereka
selamat karena di dasar lubang ada sebuah kolam yang tak terawat dan cukup
dalam untuk menahan laju terjatuhnya Anton dan rombongannya. Di dasar lubang
juga terdapat pintu yang menuju ke sebuah lab yang sudah ditinggalkan. Di sana,
mereka menemukan...
1.
Tongkat baseball
2.
Shotgun
3.
Gergaji mesin
4.
Semprotan racun
5.
Minigun
Sementara
itu, kota Erk sedang diserbu para mayat hidup yang berhasil membuat jembatan
dan melewati samudra. Ribuan tentara dikerahkan untuk melawan mayat-mayat hidup
itu. Alhasil terjadilah perang.

“Hahahaha**219*
aduh... sakit perutku*193**” kata Kevin.
“Tertawa
jangan terlalu keras. Tolonglah lepaskan saya. “ kata Andi.
“Baiklah
**1029** hahaha... “ kata Kevin sambil melepaskan seluruh tentakelnya yang
membelenggu Andi.
“Erk
ke arah mana?” tanya Andi.
“**201**Ke
arah sana.” Jawab Kevin.
Andi
pun menuju ke arah yang dituju. Sesampainya di Erk, Andi melihat kekacauan
dimana-mana. Susasananya sangat sepi dan hampir tidak ada orang. Tentakel Kevin
masih menutupi langit Erk. Mayat-mayat berserakan. Awan hitam tanpa hujan
menaungi Erk. Kota Erk terlihat seperti telah terkena bom atom.
Stadion
Gila adalah satu-satunya tempat yang terlihat baik-baik saja. Hanya seperti
dicat ulang menjadi berwarna merah.

Andi
mencari tahu apa yang terjadi. Tidak ada sesuatu pun yang bergerak, bahkan
angin tidak berhembus. Benar-benar sepi. Andi mencari-cari orang yang selamat.
Tetapi yang Ia temukan bukanlah orang, tetapi mantan orang (mayat hidup). Mengagetkan
Andi dengan mukanya yang setengah hancur dengan mulut penuh peluru.
“Sepertinya
aku pernah melihatmu... “ kata Andi.
“HKadfbw,kandliwnanldawinlsandksadfeiws(Siapa
yang bilang tadi, ada suaranya kok nggak ada orangnya?)”
“Ooh
ya aku ingat bahwa ini zombie, bukan mayat hidup. “ kata Andi.
“Sahdflewndgfaihfewbkahsdwbnoaifhowh!!!!!!!!(Siapa
lagi itu, hiii lari ah.....)”
Andi
masih berwujud jiwa, maka Andi harus segera kembali ke tubuhnya. Andi menuju
desa Ringo dan menemukan uang koin Rp 100 yang tergeletak di jalan. Sayang
sekali Andi tidak dapat mengambilnya. HARAM. Tubuh Andi masih berada di tengah
hutan. Tubuh Andi sudah tidak kaku lagi dan tidak beraura hitam lagi. Tetapi
tubuh Andi berlumut dengan sarang burung di atas kepalanya.
Andi
pun masuk ke tubuhnya lagi berdasarkan instruksi dari buku berjudul ‘How To
Enter A Body’ yang Ia temukan terbuka di perpustakaan Erk. Kartu tanda
perpustakaan milik Anton masih tergeletak di meja perpustakaan yang sudah tak
berpenghuni itu.
Desa
Ringo tidak tersentuh invasi mayat hidup. Saat Andi telah masuk ke tubuhnya
lagi, Andi langsung pergi ke kamar mandi terdekat untuk membersihkan semua
lumut, tanah, dan sarang burung dari tubuhnya.
Setelah
itu Andi memutuskan untuk berjalan-jalan menuju desa Ringo sambil menikmati
udara segar. Saat Andi sampai disana, Andi melihat tempat dibangunnya
rumah-rumah itu bukanlah di permukaan tanah. Rumah-rumah itu tergantung di
pohon-pohon yang dibonsai. Hanya beberapa pos dan tenda yang didirikan di
permukaan tanah.

Anton
masih bermain paintball bersama murid-muridnya. Paintball ini disediakan di lab
dengan alat-alat aneh lainnya. Skor mereka terus bertambah. Tetapi karena
paintball gun hanya satu, maka mereka bergantian bermainnya. Murid berjaket
hitam dan murid berjaket putih terus bersaing.

Andi
melewati gerbang desa dan disambut penduduk desa dengan hangat. Penduduknya
ramah-ramah. Andi disambut kepala desa Ringo sendiri.
Mereka
berbincang-bincang sebentar tentang keadaan Anton saat ini. Kades menceritakan
bahwa Anton sudah biasa untuk kondisi seperti itu. Bahkan malah banyak sekali
situasi yang lebih buruk dan berhasil ditangani Anton.
“Anton
tansah musna nang endi wae, nanging ing pungkasan temtunipun bali. “ ngandika
Kades.
“Hmm...
aku tidak mengerti. Bisakah anda menceritakan tentang Anton dan masa lalunya?“
kata Andi.
“Secret...
“ ngandika Kades.
Kepala
Desa selalu merahasiakan tentang
Anton. Kisah masa lalunya yang kelam sudah dilarang untuk diceritakan. Ceritanya
seperti ini...
Anton
dan Kevin mempunyai ibu kandung yang sama, ibunya Anton dan Kevin terkenal
sebagai orang yang paling galak kepada orang diluar keluarganya sendiri. Karena
sapu lidi yang selalu digunakannya terbuat dari...
“Menengo,
kok malah ngomong sing rahasia. Pokoke shht... “ ngandika Kades.
“Ada
apa?” tanya Andi.
“Ora,
mboten. “ ngandika Kades.
Sementara
itu, Anton sedang berlompat-lompat di trampolin raksasa. Murid-muridnya
menghitung kecepatan (v), percepatan gravitasi (g), dan jumlah rambut
masing-masing.
Desa
Ringo memang belum tersentuh para mayat hidup. Tetapi salah satu mata-mata dari
pemimpin dari mayat hidup itu mengetahui posisi desa Ringo. Mata-mata itu
menyamar sebagai orang biasa, sebelum dihadiahi lemparan kapak.
Tiba-tiba,
Anton teringat akan misinya untuk mengambil Razor. Anton lalu menasehati murid-muridnya
akan misi mereka.
“Kalian
ini, misi kalian belum selesai dan kalian sudah bermain di lab ini. Itu tidak
patut dilakukan. “ kata Anton.
“Bukankah
kak Anton yang melakukannya... ” protes para murid Anton.
“Eh...
mmm... hehe. Ya aku yang melakukannya. TAPI kita harus menemukan cara untuk
keluar dari sini. “ kata Anton.
“Tapi,
kita sudah pergi jauh dari pintu masuk. “ kata salah satu murid Anton.
“Ya
kita kembali ke pintu masuk, lalu kita mendaki ke atas dengan tali, lalu kita
membuat rakit untuk kembali ke Erk, lalu tidur di tenda yang nyaman. “ kata
Anton.
“SIAP!”
jawab para murid Anton dengan serentak.
“Walaupun
kalian berusaha keluar, **130*tapi tidak semudah itu kalian keluar dari
*024*laboratorium ini HUAHAHA!” kata Kevin.
Laboratorium
itu dilengkapi sistem yang memungkinkan ruangan-ruangannya berpindah tempat dan
berganti gravitasi. Setiap pintu ruangan bisa terhubung dengan ruangan mana
saja. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan persenjataan otomatis lengkap,
dinding besi yang tebal, CCTV, dan mesin pembuat kopi gratis.
Anton
dan murid-muridnya harus melalui setiap tantangan dan teka-teki yang ada pada
setiap ruangan. Karena laboratorium itu berada di wilayah medan magnet yang
kuat, maka kompas menjadi tidak berguna. Salah satu teka-tekinya adalah
menjawab soal ulangan dengan benar. Anton sangat kebingungan, sementara
murid-muridnya menjawab soal dengan santai-santai saja.
Para
mayat hidup mulai menyusun rencana untuk menginvasi desa Ringo. Para penduduk
di desa Ringo berusaha sekuat tenaga untuk bertahan. Anton saat itu berada di
puncak pohon. Melempari berlembar-lembar kertas bekas yang sudah disobek-sobek
menjadi potongan-potongan kecil yang diambil dari gerobak seorang pemulung. Kertas-kertas
itu dilempar dengan kecepatan tinggi mengarah tepat ke arah para mayat hidup.
Sekali lempar, tiga kertas memotong sembilan kepala mayat hidup tepat di
lehernya. Walau itu semua adalah kertas bekas, jika digabungkan dengan
kemampuan Andi yang dapat melempar benda dengan tepat. Maka, tepat juga
kenanya. Andi memperhitungkan kecepatan angin, kekuatan lemparan, massa, luas, volume
benda yang akan dilempar, dan percepatan gravitasi untuk melempar sesuatu
dengan tepat.
“Tarerarera!”
“Muga-muga
Anton ing kene saiki kanggo nulung kita kabeh. “ ngandika Kades.
Seakan-akan
kata-kata sang kepala desa dikabulkan, Anton bersama murid-muridnya tiba-tiba
datang dengan balon udaranya, lalu mereka tersangkut di pohon. Para mayat hidup
telah mengepung seluruh Erk. Andi mulai kehabisan kertas. Saat itulah Anton dan
para muridnya terjun langsung dari puncak pohon tempat balonnya tersangkut.
Menekan jumlah mayat hidup dengan senjata dan alat-alat yang diambil secara
ilegal dari lab.
“TEMBAK!!!”
(DUARRR)
“SERANG!!!”
“♪ Panen panen panen kepala la la la... ♪”
Murid
dengan jaket hitam dan murid dengan jaket putih terus bersaing untuk
mendapatkan ‘Kills’ terbanyak. Murid berjaket hitam melawan dengan sabit
mematikan milik grim reaper. Murid berjaket putih menggunakan karate dan kung funya
dengan kecepatan tinggi. Murid berjaket hitam mencetak 3 Kills dalam 2 detik.
Murid berjaket putih mencetak 1 Kills dalam 0.66 detik.
Beberapa
saat kemudian, Andi menemukan kertas lebih banyak. Tetapi, para mayat hidup itu
sudah terbaring kaku. Beberapa dari mayat-mayat hidup itu ada yang melarikan
diri. Ada yang tubuhnya penuh warna paintball. Ada yang matanya tertusuk
tongkat. Ada yang wajah dan tubuhnya hancur membentuk seperti kepalan tangan.
Dan ada tumpukan kepala.
“Yah...
sudah selesai. “ kesal Andi.
“Memangnya
kamu mau lagi?” tanya Anton.
“Nggak
sih, seru aja. “ jawab Andi.
Saat
itu, Kevin baru saja menyelesaikan membuat jebakan. Kevin pun mencari Anton.
Tetapi dilihatnya Anton sudah hilang dari lab itu. Kevin melihat tali yang
digunakan Anton untuk memanjat naik.
“**!*#()$*!30***KAK***ANTOOOOOOOOOOON!!!**@$)82304*)*@!”
kesal Kevin.
Kevin
pergi ke desa Ringo untuk mencari Anton. Saat dalam perjalanan, Kevin melihat
kekacauan di kota Erk. Kevin menyadari bahwa ini akibat dari keterlambatnya
dalam menekan tombol off pada mesin pembuat mayat hidup. Lalu Kevin mematikan
mesin itu dan kembali melanjutkan perjalanan menuju desa Ringo, kampung
halamannya.
Pada
saat yang sama, Anton menyadari bahwa Ia belum berhasil membawa Razor. Anton
pun pergi ke candi prasejarah itu lagi untuk mencari Razor. Andi masih tidak
ingin kembali ke stadion. Andi pun meminta izin untuk tinggal sementara disini.
Lalu Kades memandunya menuju rumah Anton.
“Betul
tidak apa-apa saya tinggal disini?” tanya Andi.
“Rapopo.
“ ngandika Kades.
Andi
berkeliling rumah dan menemukan sebuah kuburan di belakang rumah. Andi merasa
ngeri sekaligus penasaran. Disebelah batu nisan yang ukirannya sudah tidak
jelas lagi itu terdapat sebuah sapu lidi. Andi berpikir bahwa ini bisa
digunakan untuk membersihkan halaman rumah. Lalu Andi menyapu halaman rumah.
Beberapa
saat kemudian, Kevin datang dengan meninggalkan jejak seperti asap polusi. Andi
ketakutan. Ia bersembunyi di rumah Anton dengan meninggalkan sapu lidi itu
tergeletak di tanah padahal halaman rumah Anton belum bersih. Kevin tidak
membuat takut penduduk desa karena mereka sudah terbiasa dengan Kevin.
Kevin
mencari-cari Anton dan bertanya kepada semua orang di desa itu. Karena tidak
menemukan informasi apa pun, Kevin pergi ke rumahnya. Tetapi tiba-tiba Kevin
ketakutan karena melihat sapu lidi tua yang tadi digunakan untuk membersihkan
halaman. Lalu Kevin memberanikan diri untuk masuk ke rumahnya.

“*390**I-Ibu?*2109*”
kata Kevin dengan sedikit gagap.
Yang
kevin temukan malahan Andi yang sedang bersembunyi di dalam lemari tua. Kevin
langsung marah kepada Andi.
“**1830*Kenapa
kamu dirumahku!!! PERGI PERGI SANA*103**” bentak Kevin.
Karena
ketakutan, Andi mengambil apa pun yang ada di dekatnya dan melemparnya ke arah
Kevin. Tetapi saat Andi melempar sapu lidi itu dan mengenai Kevin, Kevin terlihat
error dan mulai melemah. Aura-aura hitam dan tentakel mengerikan mulai pudar.
Sebelum pingsan, Kevin sempat berkata.
“*130**Maafkan
aku ************284********1093*********ibu****1390*”
Terlihatlah
wujud asli Kevin. Seseorang yang lebih muda dari Anton. Dengan baju katun hitam
bergaris-garis putih. Celana yang terlalu panjang berwarna hitam. Kulit putih.
Wajah tamvan. Sangat berbeda jika dibandingkan dengan Kevin yang sebelumnya. Akhirnya
Kevin dibawa ke rumah sakit terdekat.
Andi
melanjutkan menyapunya. Saat membersihkan rumah, Andi menemukan sebuah foto.
Sebuah foto kenangan keluarga caturwarga. Tiba-tiba, sebuah ingatan merasuki
kepala Andi.
“Kamu
selalu dapat yang terbaik, hadiah terbaik, prestasi terbaik, kasih sayang
terbaik. Sementara aku?”
“Itu
bukan salahku... “
“Ini
semua tidak adil!”
Di
dalam ingatan itu, Andi melihat Anton dan Kevin bertengkar menggunakan kekuatan
masing-masing. Kevin menggunakan kekuatan gelapnya. Anton menggunakan segala
yang bisa dipakai untuk bertahan. Tetapi, tanpa sengaja, Anton membuat Kevin,
adikknya sendiri, terluka.
Tiba-tiba
semuanya berkabut. Andi tidak bisa melihat apa-apa. Andi hanya dapat mendengar
suara ledakan berkali-kali. Lalu Andi terbangun.
“Orang
tua. Mereka pasti bahagia saat bersama orang tua mereka. Haha yang pertama kali
kulihat adalah peperangan. Tepat diluar rumah. Haha!” gumam Andi.
“Aku
tidak pernah melihat orang tuaku. Kira-kira seperti apa ya mereka. dimana
mereka sekarang ya. “ gumam Andi.
Beberapa
minggu kemudian, Anton datang dengan membawa oleh-oleh batu keramat Razor.
Anton harus hati-hati saat memegangnya karena dapat menumbuhkan tanaman instan
saat digosok ke tanah. Razor membuat tanah kering menjadi subur dengan rumput
yang indah.

Dunia
sudah mulai tenang. Invasi mayat hidup sudah selesai. Mayat-mayat dikumpulkan
di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) khusus. Kevin menghilang dari rumah sakit
begitu saja. Andi melihat Anton sedang menaburi bunga sambil menangis di
kuburan di belakang rumah Anton yang merupakan kuburan ibunya sendiri. Andi
berpikir bahwa ini saatnya Ia pulang.
Dengan
izin Kades dan Anton, Andi diperbolehkan pulang. Yang Andi lihat di kota Erk
adalah pembangunan ulang setelah kehancuran. Andi pulang melewati stadion Gila
yang seperti tidak terjadi apa-apa. Sang Bos keluar dari stadion untuk
melihat-lihat keadaan. Karena tidak ingin diketahui bosnya, Andi berjalan
sambil tiarap. Tetapi Andi masih bisa terlihat dari jarak 2 kilometer karena
itu adalah sebuah lapangan luas yang sedang digunakan sebagai latihan tembak.
Sang Bos melihat sesuatu bergerak-gerak seperti ulat dari tempat latihan
tembak. Andi berlari dengan kencang karena takut ketahuan Sang Bos. Melewati
hutan Hollor yang ukurannya tidak lebih dari sebuah taman bermain. Dan akhirnya
sampai di rumah Andi.
Setelah
sampai di rumahnya, Ia melihat salah satu mayat hidup sedang minum es lemon
segar di rumahnya yang kotor karena ditinggalkan selama Ia pergi. Andi langsung
mengusir mayat hidup itu. Andi juga mengusir para hantu yang numpang tinggal
sementara di rumahnya.
Andi
memulai bersih-bersih rumahnya. Mulai dari loteng sampai ruang bawah tanah
semuanya dibersihkan. Saat membersihkan rumahnya, Andi menemukan sebuah Gear
yang antik. Lalu Andi teringat bahwa terdapat pintu antik yang rusak karena
kehilangan salah satu geriginya. Andi ingin tahu apa isinya. Tetapi, pintu itu
terdapat di dasar laut. Andi pun berencana mengajak Anton untuk berenang di
kolam renang.
“Kolam
renang?” tanya Anton.
“Maksudnya
laut.” Jawab Andi.
“Ooh
ayo kalau begitu.” Kata Anton.
Anton
segera memanggil balon udaranya untuk mengantar mereka ke tengah lautan dalam.
Lautan yang dihuni badai petir yang sama saat Andi berlayar menuju Messa. Anton
yang lebih dahulu terjun untuk menyelam tanpa alat apa pun. Sementara Andi,
memakai perlengkapan selam lalu terjun ke laut untuk menyelam.
“Bagaimana
cara kita kembali?” tanya pengunjung stadion.
“Aduh...
kepalaku... “ kata Andi.
Lalu
ada segerombolan hiu mendekati mereka. Mereka ketakutan terhadap hiu yang ingin
memberikan tumpangan itu. Andi memberanikan diri untuk mengendarai hiu itu.
Akhirnya yang lainnya menjadi sedikit berani untuk menaiki hiu-hiu itu.
Akhirnya mereka semua mengendarai hiu-hiu itu seperti superjet di air. Tetapi
mereka tidak tahu arah kemana pulang. Andi menyarankan agar mereka mengikuti
pipa yang mereka lewati tadi. Tetapi, badai petir hitam pekat datang dan
membuat Andi terdampar.
“GERONIMO!!!”
kata Anton.
“Tunggu!
Perlengkapan selammu nggak kamu pakai... “ kata Andi.
Mereka
menyelam semakin dalam, dan semakin dalam. Ternyata itu tempat yang salah.
Akhirnya mereka kembali naik kedalam balon lalu pergi ke sisi bumi yang lain.
Disana Anton juga terburu-buru untuk menyelam tanpa perlengkapan selam apa pun
sehingga Andi harus membawa 4 tabung oksigen lalu menghirup oksigennya secara
bergantian.


Anton
memang penyelam yang ‘lumayan’ handal. Anton menemukan posisi pintu itu 0.17
detik lebih cepat daripada Andi. Mereka sempat berurusan dengan hiu evolusi.
Setelah itu, mereka mencoba mengotak-atik pintu itu. Lalu mereka menemukan
bahwa jumlah Gear yang hilang adalah lima Gear. Andi hanya mempunyai satu Gear.
Mereka pun kembali ke Erk.
“Ternyata
butuh lima ya, masih kurang empat. “ kata Andi.
“Tapi
aku pernah dengar, Gear itu tersebar di seluruh bumi. Ayo cari yuk!” ajak
Anton.
“Bagaimana
ya, perjuangan pulang sangat-sangat sulit. Kalau kita pergi lagi, bagaimana
cara kita pulang?” tanya Andi.
“Santai!”
jawab Anton tidak memberikan solusi.
Mereka
pun ‘mengulang’ petualangannya kembali mengitari bumi. Terdampar lagi, bertemu
kerangka es lagi, terkena badai petir lagi, bertemu tengkorak hidup lagi,
nyangkut di pohon lagi, masuk candi prasejarah lagi, ketemu grim reaper lagi, adu
robot lagi, masuk lab lagi, bertemu Kevin lagi, lawan mayat hidup lagi, dan
lain-lain sampai menyelam lagi.
“Baiklah,
ada delapan Gear. Empat dari ini semua pasti palsu. “ kata Anton.
“Bagaimana
cara mengetahuinya?” tanya Andi.
“Nggak
tahu. Dicoba-coba saja satu per satu. “ jawab Anton.
Mereka
pun menguji keberuntungan dengan mencoba memasang satu per satu Gear pada pintu
bawah laut itu. Saat mereka berhasil menemukan kombinasi Gear yang tepat, pintu
itu terbuka. Dan isinya adalah...

“WAH!!!” kata Andi dan Anton secara
serentak.
Epilog
“Kosong?”
tanya Andi.
“Aku
tidak mengerti. “ kata Anton.
Mereka
pun kembali ke Erk dengan hati kecewa. Anton kembali ke rumahnya, sementara
Andi kembali bertugas sebagai wasit di stadion Gila. Andi diomeli bosnya selama
4 jam 59 menit 59 detik.
“Kau
ni, kucariin kau dimane-mane. Tetapi tak ada. Kemana saja kau ni?” tanya Sang
Bos.
“...”
“Ayolah
jawablah ane... kau mau kupecat?” kata Sang Bos.
“...”
Andi masih terdiam tanpa kata-kata.
“Beberapa
pertandingan dibatalkan karena wabah zombi tu. Kemana saja kau?” tanya Sang
Bos.
“IIH
KAU NI!!! kekuatan pecut api 18 karat!” kata Sang Bos.
(DUARRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR)
Suara mobil ambulan
terdengar nyaring. Jam analog dengan display hologram milik Sang Bos berdering
menandakan hari sudah malam. lalu langit-langit Erk mulai memadamkan
panel-panel cahaya raksasa nan canggih yang mengatur siang dan malam di Erk. Gedung-gedung
memasukkan diri mereka kedalam tanah.
Patroli malam
dijalankan. Lampu-lampu LED yang tergantung di langit-langit Erk dinyalakan
sebagai pengganti bintang. Stadion Gila masuk kedalam tanah meninggalkan Andi
dan Sang Bos berdiri di kegelapan malam dan hanya diterangi oleh lampu-lampu
helikopter yang sedang berpatroli.
Beberapa tahun
kemudian, kehidupan mereka kembali normal. Andi masuk world record : orang dengan
akurasi lemparan sangat tinggi. Sang Bos 54321 kali lebih galak daripada satu
detik lalu. Anton dan Kevin berbaikan kembali. Kekuatan Kevin hilang. Balon
udara Anton penuh dengan bekas jahitan karena terlalu sering robek.
Oso berhasil membuat
kapal pemecah es raksasa. Peperangan memperebutkan wilayah di depan rumah Andi
dimenangkan oleh Enndolia sehingga kewarganegaraan Andi berubah menjadi warga
negara Enndolia. Seluruh Urbanstone dikumpulkan untuk dikembalikan ke
tempatnya.
|





|
Andi dan Anton hanya
berhasil mengumpulkan tiga dari lima Urbanstone. Dua lainnya tidak diketahui
lokasinya. Tiba-tiba sebuah paket dari kardus bekas mi goreng sampai ke rumah
Andi tanpa ada pengirimnya. Andi secara perlahan membuka paket itu. Isinya
adalah beberapa bungkus mi goreng dan sebuah peti kecil dengan lubang kunci
rumit seukuran cincin. Lalu Andi teringat dengan bentuk cincin milik Sang Bos.
Lalu Andi membawanya ke
stadion Gila dan memberikannya kepada Sang Bos. Sang Bos menerimanya untuk
mengganjal pintu rumah. Tetapi Sang Bos mengenali bentuk dari lubang kunci di
kotak itu.
Semua Urbanstone
dikumpulkan di lapangan tembak Erk. Anton, Andi, dan Sang Bos juga
menghadirinya. Sang Bos menjadi bintang tamu disana. Beliau menempelkan
cincinnya pada lubang kunci tersebut. Lalu cincin itu berubah menjadi
capit-capit pembuka kaleng untuk membuka peti baja tersebut. Beliau mengejutkan
banyak orang dengan isi peti baja itu. QUARTZ! Quartz bukanlah hal baru bagi
Andi dan Anton. Tetapi mereka tetap takjub karena URBANSTONE KELIMA SELAMA INI
ADA PADA CINCIN SANG BOS!
Dan mereka pun hidup bahagia selamanya... ===Tamat===
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
just write!